- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
100 Tahun Setelah Aku Mati [TAMAT]
TS
kulon.kali
100 Tahun Setelah Aku Mati [TAMAT]
Cover keren By Awayaye
Salam untuk semua warga jagad Kaskus, ane disini adalah newbie se newbie-newbienya, sekian lama menjadi Silent Rider akhirnya ane memutuskan untuk menulis cerita saya.
sebelumnya ane juga permisi dulu sama momod dan sesepuh pinisepuh yang menghuni sub forum SFTH semoga ada hikmah yang bisa diambil dari cerita ini.
dan mohon maaf jika banyak salah dalam penulisan cerita ini.
"Kita hidup di dunia yang sama dengan mereka, kita hanya berbeda dimensi dengan mereka, percayalah.. mungkin mereka ada disampingmu sekarang"
Nama saya Rizal panggil saja saya dg nama itu dicerita ini, saya orang jogja tulen, saat ini saya adalah a real man dalam arti saya adalah laki-laki dewasa. Kisahku ini akan menceritakan awal kehidupanku yang bisa dikatakan adalah pil pahit yg harus kutelan, akan banyak air mata yg tertumpah, dan ketakutan yang tergenang, sebaiknya siapkan hati kalian dan jangan parno..
saya Rizal, saya INDIGO !!
Dan kisah saya dimulaii..
....
INDEKS :
PART1
PART2
PART3
PART4
PART5
PART6
PART7
PART8
PART9
PART10
PART11
PART12
PART13
PART14
PART15
PART16
PART17
PART18
PART19
PART20
PART21
PART22
PART23
PART24
PART25
PART26
PART27
PART28
PART29
PART30
PART31
PART32
PART33
PART34
PART35
PART36
PART37
PART38
PART39
PART40
PART41
PART42
PART43
PART44
PART45
PART46
PART47
PART48
PART49
PART50
PART51
PART52
PART53
PART54
PART55
PART56
PART57
PART58
PART59
PART60
PART61
PART62
PART63
PART64
PART65
PART66(6)
PART67
PART68
PART69
PART70
100 TAHUN SETELAH AKU MATI
EPILOG
PART 1 (Teman masa kecil).
apakah kalian pernah main ayunan? saat kecil saya ingat betul ada ayunan yg dibuatkan dar ban bekas oleh bapak saya yg di ikatkan di sebuah pohon nangka, setiap pagi dan sore saya sering main disitu. sendirian karena di tempat tnggalku yg dulu tidak banyak anak seusiaku. sampai suatu hari saat saya tengah bermain ada yang mendorong ayunan pelan, saya menoleh dan dibelakang saya ada seorang anak perempuan seusia saya kala itu. Dia tersenyum dan berkata "aku ikut main yaa, aku sedih main sendiri terus" anak ini memakai baju terusan rok dengan warna putih berenda.
Saya : ayokkk.. Kamu siapa?
Kataku dengan khas suara anak usia 6 tahun..
"Sari"
Saya : oooo ayo main..
Kami pun bermain layaknya bocah tk pada umumnya, Sari ini waktu itu penampilanya sama seprti layaknya anak umur 6tahun biasa, seingatku dulu rambutnya panjang dan kulitnya putih sekali..
Sore menjelang kami dduk2 di dekat ayunan.
sari : pulang yaa.. Ibuku manggil..
Saya : mana?? Aku gak denger?
Sari : kamu belum bisa denger sekarang... Besok main lagi yaa..
sari berlari ke semak2 dan ga tau kemana dia pergi...
Oh iya saat itu saya tinggal di daerah semarang. Karena bapak saya tugas disana sebagai angkatan bersenjata. Tempatnya msh d desa jd rumah2 sdikit berjauhan..
Saya dijemput ibu saya yang muncul dr samping rumah.
Ibu : ayoo rizal mandi dulu, td main sama siapa?
saya : sama sari bukk
ibu : sari siapa nak?
saya : sari ya sari buk
saya dan ibu saya akhirnya masuk kerumah.
setelah pertemuanku dengan sari perlahannn saya merasa tak hanya keluarga saya yg tinggal disini... hari pertemuan dengan sari adalah hari kamis. selain hari kamis kami tidak pernah bertemu.. pertemuan kamipun brlangsung sudah bberapa minggu.. dan banyak kejadian anehh yg br saya sadari setelah sedikit lebih berumur..
diantaranya sari mennunjukan rumahnya tapi saya gak liat apa2
begitu ibu saya datang sari langsung pergi ngumpet. bahkan ibu saya sempat ikut mencarinya tp tidak pernah ketemu padahal saya yakin dia td dibalik pohon, dia juga sering memakan bunga, ya bunga melati dimakan mentah.
saya jg masih bocah kala itu dan pikiran saya blm sampai jauh.. tidak ada rasa khawatir sama sekali yabg saya tau saya punya teman bermain yang menyenangkan......
berbeda dengan ibu saya. ya beliau mulai khawatirr. ternyata diam2 beliau sering mengintip saya. dan yang mengejutkan beliau berkata tidak melihat apa pun selain saya yg bermain sendiri dan berbicara sendiri !!!
kisah ini tentu juga banyak dialami anak2 dg kemanpuan kusus lain seperti saya pola yg selalu seperti ini, nanti akan saya ceritakan..
hari demi hari berlalu ibu melarang saya bermain lagi dengan sari. tiap saya curi waktu bermain ayunan di hari kamis sari pasti sudah duduk sambil mengayunkan ayunan pelan sambil bersenandung macapat jawa. dan setiap pulang kerumah dan ditanya main dimana saya jawab main sama sari. ibu pasti langsung memarahi saya. saya jg gak tau knp..
saking khawatirnya ibu menyuruh orang untuk mencopot ayunanya dan dipindah ke depan teras depan rumah.. tapi itu tidak membuat saya jera saya masih saja bermain di dekat pohon nangka dan asem jawa di belakang rumah. untuk apa lagi kalau bukan bermain dengan sari..
sampai akhirnya ibu marah besar dan meminta orang utk meratakan dan membersihkan halaman belakang rumah dr pepohonan. awalnya banyak yg gak ngebolehin krna rumah yg di huni kami sekarang adl rumah dinas tua dan pohon2 d belakang rumah jg sangat tua. dan orang yg dimintai tolong jg merasa keberatan. tp bukan ibuk namanya kalau sudah pnya keinginan harus terlaksana. setelah dapat meyakinkan bapak akhirnya pohon2 di halaman belakang ditebang. dan dibuat pelataran dr konblok..
disinilah kisah kelam saya dimulai dan akan berlanjut hingga saya dewasa.
symoel08 dan 111 lainnya memberi reputasi
96
5.4M
9K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
TS
kulon.kali
#4978
PART 51
Part 51 (Yarra Valley)
Risa, dia menyusulku sampai ke negara ini..dia menempuh ribuan kilometer untuk menemuiku,
Adalah kejutan yang sangat luar biasa saat pertama saya melihatnya secara tiba2 berada dihunianku
Wajah cantik yang selama 2 tahun ini hanya berada dianganku kini secara nyata sudah berada persis didepanku dan sangat mudah untuk kuraih.
“nduk ... kamu pergi sejauh ini?”
“disinilah aku mas, akhirnya aku bisa sampe ke kamu,tentunya ini berkat bantuan Dewi”
Saya menggenggam jemari lentiknya, merasakan hangat telapak tanganya. Saya memasukan jari ke sela2 jemarinya dan menggenggamnya lebih erat lagi..
Kami kembali bertatapan dan saya menikmati betul rona wajahnya yang memerah, mata kami saling berhadapan dan saya melihat binar matanya mulai berair, dua tetes air mata meluncur dari bola mata yang terlindung lensa minus itu..
“aku bersyukur mas bisa melihatmu setelah sekian lama”
“dan aku juga bersyukur punya pacar yang cukup gila buat nyusul aku sampe sini”
Pertama dan mungkinkah yang terakhir?, itulah sebuah kalimat tanya yang timbul dipikiranku saat melihat Risa. sudah bertahun-tahun saya mengenalnya, tidak terhitung berapa moment saya lewati denganya.. beberapa kali saya memflashback ingatanku saat kali pertama kami bertemu.
senyumanya, nada suaranya yang tinggi, sikap galaknya, tingkahnya yang aneh dan lucu, kelembutanya, kepintaranya...semuanya.... semuanya saya ingat..
bertahun-tahun kami lewati bersama dan sampai dia menyusulku tidak merubah perasaanku walau secuil, dah bahkan saya merasa lebih menyayanginya.
***
“mas tau gak?” ucapnya dengan cubitan khas yang mendarat dilenganku
“enggak” jawabku ketus dengan meringis karena menahan cubitan yang nylekit tapi selalu kurindukan itu..
“dihh... jawab dulu napa mas” jawabnya dengan nada suara sebal dan raut muka dibuat-buat
“yaa aku gak tau nduk, kamu gak ngasi tau apa2 langsung nanya tau gak -_-“
Jawabku dengan tak kalah heboh..
“hehehe, ini mas. Kamu tau gak ini apa?” risa menunjukan sebuah buku bersampul kulit dengan lubang yang menyerupai lubang kunci yang mengait buku iu...
“itu apa sih nduk? Kotak amal yak? Kok ada gemboknya segala? “
“ihhh,, kelamaan disini kok malah jadi bego sih mas?” jawabnya sambil sekali lagi mencubit lenganku yang sudah mulai terasa melepuh karena sejak pagi jadi sasaran empuk cubitanya, tapi Saya membiarkanya berbuat apa maunya, di tonjok pun mungkin saya ikhlas...
“ini buku harian khusus mas” jawabnya sambil meraba cover kulit tebal itu....
“khusus untuk?”
“khusus untuk setiap moment kita, atau paling gak apa yang menyangkut tentang kita”
Saya menyaut buku itu dan berusaha melihat isinya, di gembok.. buku itu dikunci, dengan sebuah kait yang membuatnya tidak bisa dibuka.
“bukain dong nduk” pintaku padanya
“gak usah ya ” jawabnya dengan wajah tengil sambil memonyongkan bibirnya..
“dihh gitu ah kamu nduk” balasku sambil menjitak kepalanya pelan
“Heheh, buku ini udah lama banget mas, udah dari smp. aku belum pernah cerita ya?"
saya melirik kearah buku setebal kamus 1 triliun itu,di dalam halaman2nya seperti terselip beberapa potongan kertas yang terlihat menjembul.
“iya makanya sini to nduk, bukain ini kuncinya” ujarku dengan penasaran.
“ga mauk “ kali ini dia semakin mengejek dengan lebih memonyongkan bibirnya.
“hihh nih anak”
“hehe, besok ya mas.. pas aku balik ke jogja buku ini mau aku tinggal, aku udah nulis dari A sampe Z tentang kamu, apa sukanya, apa dukanya. pokoknya banyak, kayaknya berlebihan ya? Biarin wekkk :P, buku ini udah bantu aku biar gak lupa setiap moment yang aku abisin sama kamu mas. Otaku gak bisa menyimpen memori seefisien otakmu mas, dan buku ini udah banyak bantu aku, awalnya aku kira dengan bolak balik halaman buku ini bakal ngilangin kangenku sama kamu, api aku salah, setiap aku buka lembar tulisanku ini malah bikin tambah kangen, makanya abis dari sini mau aku tinggal aja “
Saya tersenyum mendengar jawabanya, saya menjulurkan tangan dan membelai lembut rambutnya,dengan gerakan pelan tangan saya turun dan merangkulnya sambil berjalan menyusuri perkebunan anggur di Yarra Valley Victoria, hari itu kami menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama berpisah.. dan Yarra Valley menjadi pilihan kami untuk menikmati matahari hangat di langit victoria...
***
Kami berteduh dibawah pohon cecille oak yang rimbun, pohon yang banyak ditemui di asia bagian utara dan eropa ini mungkin dibawa orang inggris waktu mereka pertama kali menginjakan kaki di Benua ini. Udara cukup menyengat siang itu, cuaca di Aussie memang sedikit lucu, kalian bisa merasa keddinginan, tapi setengah jam kemudian kalian akan merasakan hawa panas surya yang tidak diduga.
Saya menggenggam tangan putih Risa, dia menyadarkan kepalanya di lenganku, wajahnya yang damai terpejam dengan senyum yang tidak mau hilang dari wajahnya, kami duduk di rerumputan yang mulai merangas karena hawa panas, “negeri yang beruntung” seorang penulis australia pernah mengatakan itu, negara yang selama beberapa tahun saya tempati ini memang unik, selama ribuan tahun hanya ditempati oleh suku endemik Benua itu, dan baru tahun 1788 mulai dihuni oleh penjelajah asal inggris, Sydney menjadi Kota saksi dimana peradaban baru dunia lahir, setiap tahun semakin ramai pendatang2 baru dari eropa yang datang dan bermukim disini, mendirikan kota2 baru dan peradaban yang maju, negara yang menjadi bagian persemakmuran inggris ini dengan magisnya menyulap dataran kering menjadi tempat yang sangat layak huni dengan standar taraf hidup yang tinggi per kapita penduduknya. Saya memang pendatang baru yang hanya tinggal semmentara untuk merampungkan studi disini tapi lama kelamaan tempat ini membuatku kerasan, kedisiplinan warganya, kebersihan tempat umumnya, sistem pemerintahanya yang dekat dengan rakyat, pendidikan dan kesehatan merupakan hal utama yang menjadi konsentrasi pemerintahan disini. saya sering membandingkan dengan negara tempatku berasal lewat berita2 dari internet, ya sangat kontras perbandingannya, negara ini hampir unggul dari setiap aspek yang saya bandingkan..
Terutama masalah birokrasi atau administrasi. Menurut saya di Indonesia sedang dilanda kegilaan administrasi, semua hal harus sesuai jalur birokrasi dan administrasi yang bertele-tele, “yang penting administrasi beres, kalo urusan kenyataan dilapangan urusan belakangan” begitu yang saya rasakan dengan sisem kelola di Indonesia.
Tapi tentunya tidak ada tempat yang nyaman selain rumah, jika saya diminta memilih akan tinggal dimana saya di masa yang akan datang besok maka saya akan langsung menjawab Indonesia, negara dengan sejuta pesona, terlepas dari semua ganjang-ganjing dan ribuan problemnya,dan juga kebusukan oknum pemerintahan di dalamnya, saya tetap mencintai negeriku.
Right or wrong is my country ada pepatah mengatakan seperti itu.
“jika ada masalah di negeriku, jika ada kebusukan yang dipelihara, jika ada orang benar dihukum maka yang harus membereskanya adalah kami pemuda” beberapa kali terbesit diotaku untuk untuk menjadi seorang guru agar bisa ikut andil dalam perbaikan pendidikan di Negaraku, tapi pikiran itu segera kutepis karena tidak cocok dengan bidang keilmuan yang sedang kutempuh.
Saya akan mengabdi dengan caraku sendiri, begitu kataku berulang2 dalam hati.
Saya menunduk dan melihat tanganku yang sedang digenggam erat oleh risa, di pergelangan tanganku melingkar gelang pemberian risa yang selalu setia terpasang disitu, saya menjadi teringat pada beberapa tahun lalu ketika kami bergandengan tangan akan terlihat perrbedaan warna yang mencolok, risa yang putih bersih akan terlihat kontras dengan warna kulitku yang dulu hitam karena terpapar polusi gara2 seharian berpanas2an di jalanan kota jogja yang semakin menjakarta, tapi kini karena lama tidak terkena sinar matahari dan polusi dalam jumlah besar tampaknya saya menjadi lebih putih. Risa ini adalah gadis yang sangat mudah beradaptasi termasuk dalam hal tidur, lihatlah gadis periang itu kini benar2 terlelap dengan santainya gelendotan dipundaku dengan suara nafas yang lembut, saya tersenyum sambil menikmati semilir angin yang mulai bertiup menyejukan.
Saya memainkan jemarinya, saya mengelus jari manis jemari lentik itu sambil berpikir, akankah suatu saat nanti sebuah cincin akan melingkar disitu? Tentunya jika ada cincin melingkar disitu harus saya yang memberikanya. Risa risa.. kedatanganmu kesini membuatku benar2 merasa di rumah, kamu adalah Indonesia kecilku..
Saya menyandarkan kepala kebatang pohon besar itu, saya memejamkan mata sambil membayangkan apa yang benar2 ingin saya lakukan setelah studiku selesai, saya harus segera mencari spesialisasi ilmu kedokteran apa yang benar2 ingin saya ambil, kira2 apa yang dibutuhkan orang2ku di Indonesia sana?
“Australians all let us rejoice,
For we are young and free;
We've golden soil and wealth for toil;
Our home is girt by sea;
Our land abounds in nature's gifts
Of beauty rich and rare;
In history's page, let every stage
Advance Australia Fair.
In joyful strains then let us sing,
Advance Australia Fair.”
Sayup2 saya mendengar potongan bait pertama dari lagu kebangsaan autralia advance Australia Fair karangan Peter Dodds McCormick, dan dari kejauhan tampak bendera berwarna biru dengan logo union jack dan bintang federasi berkibar tertiup angin. Saya menegadah sambil mengimajinasikan bahwa lagu yang saya dengar adalah lagu Indonesia Raya, dan yang berkibar itu adalah sang saka Merah-Putih.
"aku tidak akan lama disini, aku akan pulang"
**
“mas gak mau, gak enak itu, cari nasi padang aja yuk” omel risa saat kami makan disebuah kedai makanan tradisional australia di kompleks food court yang berada di komples perkebunan wisata itu.
“itu gara2 kamu sendiri kan nduk, udah makan aja bawel :P , siapa suruh pesen meat pie sama burger” ujarku dengan tak kalah bawel, penyakit sok taunya kambuh dengan sok sokan memesan makanan yang mungkin asing dilidahnya, dia memesan meat pie sebuah kue dengan daging yang lembek didalamnya, memang makanan ini adalah makanan tradisional yang populer disini, tapi untuk lidah orang indonesia apalagi dari jawa seperti Risa mungkin akan mutah karena eneg, dia juga memesan burger, FYI burger disini berbeda dengan burger yang dijual di toko waralaba sekitar rumah kalian, saya sudah mengatakan kalau burger disini pake telor yang becek sama dagingnya itu pake daging kangguru, tapi karena si Risa lagi “kumat” dia tetap nekat memesan kedua makanan itu, dan akhrinya dia mual2 dan ngotot untuk dicarikan makanan padang di daerah yang cukup sulit ditemukan disini, duhhh nih anak ...
Saya memutar otak agar frekuensi suara bawel risa ini dapat turun, saya sudah merasa tidak enak dengan tatapan orang2 disekitarku, mungkin mereka menganggap kami adalah pasangan yang sedang bertengkar karena si cewek ketahuan hamil, soalnya risa disitu bergesture orang yang mual2 sambil memegangi perut.. Yassalammm
Saya mengambil daftar menu dan memesan satu makanan yang mungkin akan cocok dengan seleranya, makanan itu adalah chiko roll, makanan serupa kebab dengan isian daging dan sayuran, tapi kalian tau apa yang risa katakan? Bukan ucapan senang ataupun terimakasih, tapi dia makin kenceng memprotes
“mas!!, aku jauh2 sampe sini masak Cuma diajak makan martabak?, kalo ini mah bang zanuri pedagang martabak samping rumah juga bisa bikinin :P “ dan saat itu saya Cuma bisa mengurut jidat sambil bilang.
“wis sakarepmu nduk” (dah terserah kamu nduk).
Saya mengecek PDA dan membuka beberapa email masuk, bukan main senangnya saat mendapat email dari Mr.Nochka yang mengatakan bahwa ada penundaan jam mata kuliah dikarenakan beberapa sebab, lucky ....
“kenapa mas senyum2?,dapet gebetan baru ya?” tanya risa dengan menyelidik, mulutnya sik mengunyah beberapa butir anggur dan buah pulm yang kami petik tadi..
“besok aku gak ada kuliah nduk, jadi kita bisa jalan2 lagi ”
“ehh seriusan mas??, wahh pengertian banget mas dosenmu” ucapnya dengan berteriak sambil menggebrak meja sampai beberapa pengunjung lain kembali menoleh kearah kami, dan disitu saya Cuma bisa menunduk sambil menutup wajah dengan daftar menu..
“jangan bikin malu to nduk” ucapku dengan berbisik tapi cukup keras
“aku soh sebodo amat mas :P “ jawabnya cuek sambil menyedot milkshake sampai keluar bunyi srruuutttttt...
Hadeuhhhh bener2 nih anak..
****
Hari yang sempurna, ya benar2 hari yang sempurna..quality time yang sudah saya tunggu2 akhirnya terlaksana hari ini, kami berjalan menanjak, menaiki gundukan tanah yang menyerupai bukit, matahari sore berpendar indah, Yarra valley, sebuah tempat wisata kebun yang menyenangkan, sebenarnya bukan tempatnya yang membuat susana ini begitu indah. Tapi gadis didepanku, kini dia berada didepanku sambil tersenyum cantik sekali, ada 2 keindahan yang secara bersamaan kulihat.. pertama adalah paras cantik risa yang kini melingkarkan kedua tanganya di leherku, dan keindahan lain adalah latar tempat kami berdiri, sinar matahari yang mulai tenggelam dan meredup membuat gradasi warna yang indah, sinar jingga matahari terbenam mmbuat daun2 anggur dan pulm di Yarra Valley yang berguguran tampak kemilau, ditambah angin yang bertiup menerbangkan daun2 itu membuatku seolah berada di sebuah tempat di serial film Hollywood..
Wajah kami semakin dan saat Risa memejamkan mata saya membisikan sesuatu yang secara tidak sadar tapi ikhlas dan tulus meluncur dari mulutku...
“Risa maukah kamu menikah denganku?”
Risa seakan kaget, dengan cepat dia menutup mulutnya sambil memandangku seolah tidak percaya dengan kalimat cepat yang saya ucapkan tadi..
“mas.... kamu ??” ucapnya seakan tidak percaya ...
Risa, dia menyusulku sampai ke negara ini..dia menempuh ribuan kilometer untuk menemuiku,
Adalah kejutan yang sangat luar biasa saat pertama saya melihatnya secara tiba2 berada dihunianku
Wajah cantik yang selama 2 tahun ini hanya berada dianganku kini secara nyata sudah berada persis didepanku dan sangat mudah untuk kuraih.
“nduk ... kamu pergi sejauh ini?”
“disinilah aku mas, akhirnya aku bisa sampe ke kamu,tentunya ini berkat bantuan Dewi”
Saya menggenggam jemari lentiknya, merasakan hangat telapak tanganya. Saya memasukan jari ke sela2 jemarinya dan menggenggamnya lebih erat lagi..
Kami kembali bertatapan dan saya menikmati betul rona wajahnya yang memerah, mata kami saling berhadapan dan saya melihat binar matanya mulai berair, dua tetes air mata meluncur dari bola mata yang terlindung lensa minus itu..
“aku bersyukur mas bisa melihatmu setelah sekian lama”
“dan aku juga bersyukur punya pacar yang cukup gila buat nyusul aku sampe sini”
Pertama dan mungkinkah yang terakhir?, itulah sebuah kalimat tanya yang timbul dipikiranku saat melihat Risa. sudah bertahun-tahun saya mengenalnya, tidak terhitung berapa moment saya lewati denganya.. beberapa kali saya memflashback ingatanku saat kali pertama kami bertemu.
senyumanya, nada suaranya yang tinggi, sikap galaknya, tingkahnya yang aneh dan lucu, kelembutanya, kepintaranya...semuanya.... semuanya saya ingat..
bertahun-tahun kami lewati bersama dan sampai dia menyusulku tidak merubah perasaanku walau secuil, dah bahkan saya merasa lebih menyayanginya.
***
“mas tau gak?” ucapnya dengan cubitan khas yang mendarat dilenganku
“enggak” jawabku ketus dengan meringis karena menahan cubitan yang nylekit tapi selalu kurindukan itu..
“dihh... jawab dulu napa mas” jawabnya dengan nada suara sebal dan raut muka dibuat-buat
“yaa aku gak tau nduk, kamu gak ngasi tau apa2 langsung nanya tau gak -_-“
Jawabku dengan tak kalah heboh..
“hehehe, ini mas. Kamu tau gak ini apa?” risa menunjukan sebuah buku bersampul kulit dengan lubang yang menyerupai lubang kunci yang mengait buku iu...
“itu apa sih nduk? Kotak amal yak? Kok ada gemboknya segala? “
“ihhh,, kelamaan disini kok malah jadi bego sih mas?” jawabnya sambil sekali lagi mencubit lenganku yang sudah mulai terasa melepuh karena sejak pagi jadi sasaran empuk cubitanya, tapi Saya membiarkanya berbuat apa maunya, di tonjok pun mungkin saya ikhlas...
“ini buku harian khusus mas” jawabnya sambil meraba cover kulit tebal itu....
“khusus untuk?”
“khusus untuk setiap moment kita, atau paling gak apa yang menyangkut tentang kita”
Saya menyaut buku itu dan berusaha melihat isinya, di gembok.. buku itu dikunci, dengan sebuah kait yang membuatnya tidak bisa dibuka.
“bukain dong nduk” pintaku padanya
“gak usah ya ” jawabnya dengan wajah tengil sambil memonyongkan bibirnya..
“dihh gitu ah kamu nduk” balasku sambil menjitak kepalanya pelan
“Heheh, buku ini udah lama banget mas, udah dari smp. aku belum pernah cerita ya?"
saya melirik kearah buku setebal kamus 1 triliun itu,di dalam halaman2nya seperti terselip beberapa potongan kertas yang terlihat menjembul.
“iya makanya sini to nduk, bukain ini kuncinya” ujarku dengan penasaran.
“ga mauk “ kali ini dia semakin mengejek dengan lebih memonyongkan bibirnya.
“hihh nih anak”
“hehe, besok ya mas.. pas aku balik ke jogja buku ini mau aku tinggal, aku udah nulis dari A sampe Z tentang kamu, apa sukanya, apa dukanya. pokoknya banyak, kayaknya berlebihan ya? Biarin wekkk :P, buku ini udah bantu aku biar gak lupa setiap moment yang aku abisin sama kamu mas. Otaku gak bisa menyimpen memori seefisien otakmu mas, dan buku ini udah banyak bantu aku, awalnya aku kira dengan bolak balik halaman buku ini bakal ngilangin kangenku sama kamu, api aku salah, setiap aku buka lembar tulisanku ini malah bikin tambah kangen, makanya abis dari sini mau aku tinggal aja “
Saya tersenyum mendengar jawabanya, saya menjulurkan tangan dan membelai lembut rambutnya,dengan gerakan pelan tangan saya turun dan merangkulnya sambil berjalan menyusuri perkebunan anggur di Yarra Valley Victoria, hari itu kami menghabiskan waktu bersama setelah sekian lama berpisah.. dan Yarra Valley menjadi pilihan kami untuk menikmati matahari hangat di langit victoria...
***
Kami berteduh dibawah pohon cecille oak yang rimbun, pohon yang banyak ditemui di asia bagian utara dan eropa ini mungkin dibawa orang inggris waktu mereka pertama kali menginjakan kaki di Benua ini. Udara cukup menyengat siang itu, cuaca di Aussie memang sedikit lucu, kalian bisa merasa keddinginan, tapi setengah jam kemudian kalian akan merasakan hawa panas surya yang tidak diduga.
Saya menggenggam tangan putih Risa, dia menyadarkan kepalanya di lenganku, wajahnya yang damai terpejam dengan senyum yang tidak mau hilang dari wajahnya, kami duduk di rerumputan yang mulai merangas karena hawa panas, “negeri yang beruntung” seorang penulis australia pernah mengatakan itu, negara yang selama beberapa tahun saya tempati ini memang unik, selama ribuan tahun hanya ditempati oleh suku endemik Benua itu, dan baru tahun 1788 mulai dihuni oleh penjelajah asal inggris, Sydney menjadi Kota saksi dimana peradaban baru dunia lahir, setiap tahun semakin ramai pendatang2 baru dari eropa yang datang dan bermukim disini, mendirikan kota2 baru dan peradaban yang maju, negara yang menjadi bagian persemakmuran inggris ini dengan magisnya menyulap dataran kering menjadi tempat yang sangat layak huni dengan standar taraf hidup yang tinggi per kapita penduduknya. Saya memang pendatang baru yang hanya tinggal semmentara untuk merampungkan studi disini tapi lama kelamaan tempat ini membuatku kerasan, kedisiplinan warganya, kebersihan tempat umumnya, sistem pemerintahanya yang dekat dengan rakyat, pendidikan dan kesehatan merupakan hal utama yang menjadi konsentrasi pemerintahan disini. saya sering membandingkan dengan negara tempatku berasal lewat berita2 dari internet, ya sangat kontras perbandingannya, negara ini hampir unggul dari setiap aspek yang saya bandingkan..
Terutama masalah birokrasi atau administrasi. Menurut saya di Indonesia sedang dilanda kegilaan administrasi, semua hal harus sesuai jalur birokrasi dan administrasi yang bertele-tele, “yang penting administrasi beres, kalo urusan kenyataan dilapangan urusan belakangan” begitu yang saya rasakan dengan sisem kelola di Indonesia.
Tapi tentunya tidak ada tempat yang nyaman selain rumah, jika saya diminta memilih akan tinggal dimana saya di masa yang akan datang besok maka saya akan langsung menjawab Indonesia, negara dengan sejuta pesona, terlepas dari semua ganjang-ganjing dan ribuan problemnya,dan juga kebusukan oknum pemerintahan di dalamnya, saya tetap mencintai negeriku.
Right or wrong is my country ada pepatah mengatakan seperti itu.
“jika ada masalah di negeriku, jika ada kebusukan yang dipelihara, jika ada orang benar dihukum maka yang harus membereskanya adalah kami pemuda” beberapa kali terbesit diotaku untuk untuk menjadi seorang guru agar bisa ikut andil dalam perbaikan pendidikan di Negaraku, tapi pikiran itu segera kutepis karena tidak cocok dengan bidang keilmuan yang sedang kutempuh.
Saya akan mengabdi dengan caraku sendiri, begitu kataku berulang2 dalam hati.
Saya menunduk dan melihat tanganku yang sedang digenggam erat oleh risa, di pergelangan tanganku melingkar gelang pemberian risa yang selalu setia terpasang disitu, saya menjadi teringat pada beberapa tahun lalu ketika kami bergandengan tangan akan terlihat perrbedaan warna yang mencolok, risa yang putih bersih akan terlihat kontras dengan warna kulitku yang dulu hitam karena terpapar polusi gara2 seharian berpanas2an di jalanan kota jogja yang semakin menjakarta, tapi kini karena lama tidak terkena sinar matahari dan polusi dalam jumlah besar tampaknya saya menjadi lebih putih. Risa ini adalah gadis yang sangat mudah beradaptasi termasuk dalam hal tidur, lihatlah gadis periang itu kini benar2 terlelap dengan santainya gelendotan dipundaku dengan suara nafas yang lembut, saya tersenyum sambil menikmati semilir angin yang mulai bertiup menyejukan.
Saya memainkan jemarinya, saya mengelus jari manis jemari lentik itu sambil berpikir, akankah suatu saat nanti sebuah cincin akan melingkar disitu? Tentunya jika ada cincin melingkar disitu harus saya yang memberikanya. Risa risa.. kedatanganmu kesini membuatku benar2 merasa di rumah, kamu adalah Indonesia kecilku..
Saya menyandarkan kepala kebatang pohon besar itu, saya memejamkan mata sambil membayangkan apa yang benar2 ingin saya lakukan setelah studiku selesai, saya harus segera mencari spesialisasi ilmu kedokteran apa yang benar2 ingin saya ambil, kira2 apa yang dibutuhkan orang2ku di Indonesia sana?
“Australians all let us rejoice,
For we are young and free;
We've golden soil and wealth for toil;
Our home is girt by sea;
Our land abounds in nature's gifts
Of beauty rich and rare;
In history's page, let every stage
Advance Australia Fair.
In joyful strains then let us sing,
Advance Australia Fair.”
Sayup2 saya mendengar potongan bait pertama dari lagu kebangsaan autralia advance Australia Fair karangan Peter Dodds McCormick, dan dari kejauhan tampak bendera berwarna biru dengan logo union jack dan bintang federasi berkibar tertiup angin. Saya menegadah sambil mengimajinasikan bahwa lagu yang saya dengar adalah lagu Indonesia Raya, dan yang berkibar itu adalah sang saka Merah-Putih.
"aku tidak akan lama disini, aku akan pulang"
**
“mas gak mau, gak enak itu, cari nasi padang aja yuk” omel risa saat kami makan disebuah kedai makanan tradisional australia di kompleks food court yang berada di komples perkebunan wisata itu.
“itu gara2 kamu sendiri kan nduk, udah makan aja bawel :P , siapa suruh pesen meat pie sama burger” ujarku dengan tak kalah bawel, penyakit sok taunya kambuh dengan sok sokan memesan makanan yang mungkin asing dilidahnya, dia memesan meat pie sebuah kue dengan daging yang lembek didalamnya, memang makanan ini adalah makanan tradisional yang populer disini, tapi untuk lidah orang indonesia apalagi dari jawa seperti Risa mungkin akan mutah karena eneg, dia juga memesan burger, FYI burger disini berbeda dengan burger yang dijual di toko waralaba sekitar rumah kalian, saya sudah mengatakan kalau burger disini pake telor yang becek sama dagingnya itu pake daging kangguru, tapi karena si Risa lagi “kumat” dia tetap nekat memesan kedua makanan itu, dan akhrinya dia mual2 dan ngotot untuk dicarikan makanan padang di daerah yang cukup sulit ditemukan disini, duhhh nih anak ...
Saya memutar otak agar frekuensi suara bawel risa ini dapat turun, saya sudah merasa tidak enak dengan tatapan orang2 disekitarku, mungkin mereka menganggap kami adalah pasangan yang sedang bertengkar karena si cewek ketahuan hamil, soalnya risa disitu bergesture orang yang mual2 sambil memegangi perut.. Yassalammm
Saya mengambil daftar menu dan memesan satu makanan yang mungkin akan cocok dengan seleranya, makanan itu adalah chiko roll, makanan serupa kebab dengan isian daging dan sayuran, tapi kalian tau apa yang risa katakan? Bukan ucapan senang ataupun terimakasih, tapi dia makin kenceng memprotes
“mas!!, aku jauh2 sampe sini masak Cuma diajak makan martabak?, kalo ini mah bang zanuri pedagang martabak samping rumah juga bisa bikinin :P “ dan saat itu saya Cuma bisa mengurut jidat sambil bilang.
“wis sakarepmu nduk” (dah terserah kamu nduk).
Saya mengecek PDA dan membuka beberapa email masuk, bukan main senangnya saat mendapat email dari Mr.Nochka yang mengatakan bahwa ada penundaan jam mata kuliah dikarenakan beberapa sebab, lucky ....
“kenapa mas senyum2?,dapet gebetan baru ya?” tanya risa dengan menyelidik, mulutnya sik mengunyah beberapa butir anggur dan buah pulm yang kami petik tadi..
“besok aku gak ada kuliah nduk, jadi kita bisa jalan2 lagi ”
“ehh seriusan mas??, wahh pengertian banget mas dosenmu” ucapnya dengan berteriak sambil menggebrak meja sampai beberapa pengunjung lain kembali menoleh kearah kami, dan disitu saya Cuma bisa menunduk sambil menutup wajah dengan daftar menu..
“jangan bikin malu to nduk” ucapku dengan berbisik tapi cukup keras
“aku soh sebodo amat mas :P “ jawabnya cuek sambil menyedot milkshake sampai keluar bunyi srruuutttttt...
Hadeuhhhh bener2 nih anak..
****
Hari yang sempurna, ya benar2 hari yang sempurna..quality time yang sudah saya tunggu2 akhirnya terlaksana hari ini, kami berjalan menanjak, menaiki gundukan tanah yang menyerupai bukit, matahari sore berpendar indah, Yarra valley, sebuah tempat wisata kebun yang menyenangkan, sebenarnya bukan tempatnya yang membuat susana ini begitu indah. Tapi gadis didepanku, kini dia berada didepanku sambil tersenyum cantik sekali, ada 2 keindahan yang secara bersamaan kulihat.. pertama adalah paras cantik risa yang kini melingkarkan kedua tanganya di leherku, dan keindahan lain adalah latar tempat kami berdiri, sinar matahari yang mulai tenggelam dan meredup membuat gradasi warna yang indah, sinar jingga matahari terbenam mmbuat daun2 anggur dan pulm di Yarra Valley yang berguguran tampak kemilau, ditambah angin yang bertiup menerbangkan daun2 itu membuatku seolah berada di sebuah tempat di serial film Hollywood..
Wajah kami semakin dan saat Risa memejamkan mata saya membisikan sesuatu yang secara tidak sadar tapi ikhlas dan tulus meluncur dari mulutku...
“Risa maukah kamu menikah denganku?”
Risa seakan kaget, dengan cepat dia menutup mulutnya sambil memandangku seolah tidak percaya dengan kalimat cepat yang saya ucapkan tadi..
“mas.... kamu ??” ucapnya seakan tidak percaya ...
Diubah oleh kulon.kali 15-10-2016 07:31
symoel08 dan 20 lainnya memberi reputasi
21