TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mata Kusmayadi mendadak sembab menceritakan anaknya, D, yang ditangkap aparat kepolisian, Mei 2016 lalu.

Kusmayadi mengungkapkan D sebenarnya dijebat aparat untuk membeli narkoba.

Kasus penangkapan anaknya itu diceritakan kembali oleh Kusmayadi di Ombudsman RI.

"Dia dikasi duit sama temannya Rp 250 ribu untuk beli Narkoba. Sebenarnya anak saya ini sudah enggak mau tapi dipaksa temannya akhirnya dia beliin," kata Kusmaydi di Ombudsman RI, Jakarta, Selasa (20/9/2019).

Kusmayadi menilai anaknya dijerat. Keyakinan tersebut dia peroleh karena sepeda motor yang dipinjamkan temannya ke anaknya ternyata punya polisi.

"Langsung ditangkap, dibawa mutar-mutar digebukin ulu hatinya," kata dia sedih.

Kusmayadi menuturkan kini anaknya mendekam di Rutan Cipinang, Jakarta Timur.

Dia berharap agar Ombudsman RI bisa membebaskan anaknya untuk menyelamatkan masa depan anaknya.

"Karir anak saya sudah enggak ada harapan, saya berjuang 12 tahun sekolahkan anak dari SD sampai SMA. Jadi merasa sedih dengan adanya begini karena bukan perbuatan dia sendiri tapi dijebak aparat itu," kata dia.

Karyadi sebenarnya sudah berusaha membebaskan anaknya untuk berdamai.

Namun permintaan uang Rp 100 juta tidak bisa dia penuhin.

"Kalau gitu saya nyerah. Saya pasrah, saya enggak bisa apa-apa kalau bisa gitu," kata dia.

Staf Penanganan Kasus Kontras, Satrio Wirataru, meminta Ombudsman untuk mengklarifikasi kepada Polri dan BNN mengenai kontrol delivery.

Wira menduga dalam proses tersebut aparat sengaja menjebak korban sehingga seolah-olah sebagai pembeli atau pengedar narkoba.

"Membuat bingung sebenarnya boleh atau tidak upaya penjebakan yang dilakukan polisi. Ada kasus kita lihat sangat subjektif. Biasanya penyidik menghilangkan fakta yang bisa meringankan korban," kata Wira pada kesempatan yang sama.

sumur: http://www.tribunnews.com/metropolit...narkoba?page=3

Kasus + dimanipulasi + peras = dapet duit banyak, SOP lama diulang-ulang molo...