Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jeniussetyo09Avatar border
TS
jeniussetyo09
Diary Mata Indigo - Sebuah Cerita Indigo Interdimensional
Salam Sejahtera Agan & Sista

Welcome to My Thread



Diary Mata Indigo - Sebuah Cerita Indigo Interdimensional


Thread ini dibuat untuk berbagi pengalaman dan cerita yang bisa dibilang… well, mungkin tidak bisa dikatakan biasa. Karena cerita dan pengalaman ini adalah cerita dan pengalaman yang dihasilkan dari penglihatan seorang yang bisa melihat “mereka”. Mereka yang tak kasat mata, mereka yang berada di alam sebelah. Mereka yang sering disebut dengan hantu, makhluk halus atau arwah.
Diary ini bercerita tentang apa yang dilihat, dialami dan dirasakan dari seorang Indigo. Istilah indigo adalah sebutan bagi mereka yang memiliki kemampuan indra keenam, dan dalam thread ini khusus hanya membahas tentang pengalaman Indigo Interdimensional, bukan indigo yang lain. Indigo Interdimensional adalah salah satu kemampuan Indigo dimana seseorang bisa melihat bahkan berkomunikasi dengan makhluk halus atau penghuni alam sebelah.

Isi thread ini sepenuhnya OOT karena di sini tidak bicara tentang pengertian atau pemahaman tertentu, tapi bicara tentang apa yang dilihat, dialami dan dirasakan. Bagi orang yang mungkin punya pemahaman atau pengertian yang berbeda dipersilahkan. Tapi yang jelas hal-hal itu tidak akan direspon, karena orang-orang Indigo adalah orang-orang yang berpikiran merdeka, karena sejak awal mereka memang berbeda. Mereka tidak suka dikontrol dan tidak suka diminta mengikuti pola yang sudah ada atau umum. Only God can judge me, begitu prinsip orang Indigo umumnya.

Thread ini tidak melulu akan berisi cerita yang bernuansa dark atau horror, karena di alam sebelahpun cerita yang sedih, lucu, bahkan mirispun ada. Alam “mereka” tidak sepenuhnya seperti cerita-cerita di film-film atau sinetron. Banyak pelajaran juga bisa diambil, dan semuanya akan berujung pada kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

Penulis tidak mengharapkan komentar yang menimbulkan perpecahan apalagi yang berbau SARA, akan tetapi jika ternyata ada juga yang berkomentar demikian, maka semoga mendapatkan hidayah dan semoga orang tersebut semakin dimulikan dan dan ditinggikan derajatnya oleh Tuhan Yang Maha Esa. Terlepas nanti ada syarat dan ketentuan berlakunya atau tidak.

Selebihnya ane cuma bisa mengucapkan, selamat menikmati. Enjoy….


PS :

Untuk memudahkan dan karena Diary ini terdiri dari beberapa part ane sediakan link nya. Dengan rendah hati ane juga tidak lupa menghimbau untuk membudayakan komeng bagi Agan & Sista. Cendol bila Agan & Sista ikhlas, rate jika berkenan, bata mohon ditiadakan emoticon-Blue Guy Peace
emoticon-Blue Guy Peace emoticon-Blue Guy Peace

Part 1 : Mata Indigo - Pendahuluan


Part 2 : Mata Indigo - Penyebab

Part 3 : Mata Indigo - Percobaan dari Eyang

Part 4 : Mata Indigo - Kelahiranku

Part 5 : Mata Indigo - Dinamika Alam Sebelah Part 1

Part 6 : Mata Indigo - Dinamika Alam Sebelah Part 2

Part 7 : Mata Indigo - Pak Sam Part 1

Part 8 : Mata Indigo - Pak Sam Part 2

Part 9 : Mata Indigo - Pak Sam Part 3

Part 10 : Mata Indigo - Tirakat Part 1

Part 11 : Mata Indigo - Tirakat Part 2

Part 12 : Mata Indigo - Setelah Tirakat Part 1

Part 13 : Mata Indigo - Setelah Tirakat Part 2

Part 14 : Mata Indigo – Residual Energi Part 1

Part 15 : Mata Indigo - Residual Energi Part 2

Part 16 : Mata Indigo - Tempat Angker

Part 17 : Mata Indigo - Romansa Alam Sebelah

Part 18 : Mata Indigo - "Mereka" yang Suka Membonceng

Part 19 : Mata Indigo - Merapi dan Sebuah Pertanda

Part 20 : Mata Indigo - Eyang Uyut Part 1

Part 21 : Mata Indigo - Eyang Uyut Part 2

Part 21 : Mata Indigo - Eyang Uyut Part 3

Part 22 : Mata Indigo : Eyang Uyut Part 4

Part 23 : Mata Indigo - Epilog (Eyang Uyut Part 5) - TAMAT

LINK : Lanjut SEASON 2

Sebuah Tulisan dari Agan Kris : Fakta-Fakta Tentang Diary Mata Indigo


Quote:




Quote:



Quote:


Quote:


Quote:



Berhubung cerita Season 1 nya dah Tamat, lanjut Season 2 nya di mari :SEASON 2 : DIARY MATA INDIGO

Quote:



Diary Mata Indigo - Sebuah Cerita Indigo Interdimensional


Mata Indigo – Pendahuluan

Seeing is believing, begitu quote yang mungkin Aku sendiri pun tidak tahu asalnya dari mana. Semua nya bersumber dari penglihatan. Mempercayai apa yang dilihat oleh mata. Tentu saja oleh mata kepala sendiri. Namun bagaimana jika yang mampu kulihat tidak seperti yang mampu orang lain lihat. Apakah hanya Aku yang harus percaya apa yang kulihat itu?

Indigo, sebutan itu pertama kali aku dapat dari sebuah buku berbahasa inggris yang kubaca. Sebenarnya itu buku milik paman ku, tapi sepertinya bisa menjawab apa yang terjadi pada diriku. Semenjak kecil aku bisa melihat sesuatu yang tidak dilihat orang biasa. Aku bisa melihat “mereka”. Sebutan mereka dalam keseharian bermacam-macam. Ada yang menyebutnya hantu, jin, setan, arwah, siluman dan lain sebagainya. Pada awalnya ini kusadari waktu aku berumur kurang lebih lima atau enam tahun. Aku bisa mengingatnya dengan persis.

Pada waktu itu hari sudah mulai gelap dan Azan Maghrib sudah setengah jam yang lalu berkumandang. Aku bersama Ibuku berjalan melewati jalanan menuju kompleks rumahku. Kami habis pulang dari tempat kerabat. Sebelum masuk ke komplek perumahan tempat kami tinggal, kami harus melewati sebuah bangunan sekolah tua yang tidak lagi terpakai. Di sebelah sekolah itu, di belakang taman bermain ada rumpun bambu yang sangat tinggi dan lebat. Sudah lama aku dengar di daerah situ, terutama di rumpun bambu itu banyak “penghuninya”. Ibu berjalan hampir seperti menyeretku. Langkahnya semakin cepat saat melewati sekolah itu, namun mataku seperti diarahkan tertuju pada taman bermain yang ada di dekat rumpun bambu. Lama kuperhatikan satu persatu alat bermain di situ. Mulai dari ayunan, perosotan, palang bermain, bak pasir,dan lain-lain. Tiba-tiba aku melihat ayunan yang ada di situ bergerak sendiri, dan kemudian tampak perlahan-lahan pada ayunan yang bergoyang itu terbentuk siluet yang semakin lama semakin jelas. Sosoknya seperti wanita menimang bayi dengan posisi agak membelakangi . Aku masih bisa melihat lengkungan tangannya seperti menggendong sesuatu. Lirih aku mendengar sosok itu bersenandung. Melantunkan nada lagu Nina Bobo. Sesaat aku melihat lehernya hampir menoleh ke arahku, namun tiba-tiba lengan Ibu menyentak ku sambil menghardik “Kamu jalan cepat sedikit”. Aku pun menurut dan mencoba menyamai kecepatan langkah ibu.

Itu pengalaman pertamaku. Aku sampai sekarang tidak pernah lupa pengalam itu. Aku mencoba menceritakan pengalaman itu pada Ibu beberapa hari kemudian. Namun Ibu hanya menjawab “ itu tidak ada”, “Kamu salah lihat”, “Itu cuma bayangan mu” dan semacamnya. Aku berusaha menerima hal itu walaupun pikiranku malah mengatakan sebaliknya. Penglihatan mata ku tidak salah.

Indigo interdimensional, mungkin itu sebutan bagi jenis Indigo milik ku. Aku bisa melihat mereka, merasakan kehadiran mereka. Bahkan jika aku mau, aku bisa berkomunikasi dengan mereka. Setelah pengalaman melihat sosok di bekas gedung sekolah itu, semakin sering aku melihat mereka. Aku bisa melihat di dapur rumahku ada sesosok wanita bergaun merah panjang dengan muka yang menyeramkan sering hilir mudik. Kadang sosok itu membuat suara-suara dan keributan di dapur, sampai-sampai Ayahku sering mengira Ibu ku ada di dapur padahal Ibu ku sedang tidak ada disitu.

Kondisi ini membuatku frustasi. Ayah dan Ibu seperti tidak menganggap apa yang selalu kuceritakan. Mereka malah menganggap Aku bocah penakut, bahkan menduga aku punya masalah kejiwaan. Kadang pun aku merasa mereka juga takut. Hidupku sendiri mulai tidak tenang. Saat tidur aku berusaha keras memejamkan mata, walaupun sebelumnya dari jendela aku melihat sosok tinggi besar, berbulu hitam dengan mata merah menyala dan bergigi taring menatapku dari bawah pohon mangga di dekat jendela kamarku. Hampir tiap malam yang kualami adalah suasana horor. Aku tidak berani sendiri. Bahkan untuk kencing atau ke kamar kecil sekalipun aku minta ditemani. Aku tidak berani melihat ke arah-arah tertentu. Karena Aku tahu di arah itu penampakan mereka akan kujumpai. Kadang ada yang muncul dengan kepala terjuntai dari atas lemari. Kepalanya panjang menjulur ke arahku. Kadang ada yang menindihku berupa sosok nenek-nenek saat aku tidur. Membuat napasku sesak setengah mati dan badanku kadang kejang-kejang. Persis sakit ayan. Ayah Ibu ku membawaku ke dokter. Tentu saja dokter tidak menemukan penyakit ayan di tubuhku.

Lama-kelamaan aku tidak hanya bisa melihat mereka, tetapi juga mendengar jelas suara mereka. Suara seperti geraman, desahan berat, cekikik tawa, dengusan napas, atau benda-benda yang mereka gerakkan bisa kudengar dengan jelas. Sampai pada titik itu aku merasa hidupku adalah mimpi buruk. Mimpi buruk yang panjang dan melelahkan. Aku mencoba lebih dekat dengan Tuhan. Sayangnya hal itu tidak berpengaruh banyak. Mereka memang seperti sedikit memberi batas padaku. Tetapi mata ini tetap bisa melihat mereka. Suara mereka juga masih bisa terdengar. Bagi ku mimpi buruk itu tidak terhenti. Sampai pada satu titik aku merasa Tuhan seperti tidak ada. Bahkan dalam tidur, saat aku bermimpi aku pun bertanya “ Tuhan Engkau dimana?”
Diubah oleh jeniussetyo09 13-06-2018 03:13
efti108
kikianto
boxy30
boxy30 dan 34 lainnya memberi reputasi
33
1.2M
1.2K
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
jeniussetyo09Avatar border
TS
jeniussetyo09
#205
MATA INDIGO – SETELAH TIRAKAT PART 1

Eyang yang khawatir dengan kondisiku setelah melakukan tirakat segera membawaku ke rumah sakit. Sebenarnya Aku menolak, namun Eyang sedikit memaksa. Akhirnya Aku menurut. Biasanya di rumah sakit Aku banyak sekali melihat penampakan “mereka”. Anehnya entah mengapa saat itu Aku sama sekali tidak melihat “mereka”. Aku mulai merasa optimis, tirakatku berhasil. Senang sekali rasanya. Dokter yang memeriksaku mengatakan kondisiku cukup baik. Meskipun agak lemah dan ada gejala-gejala mal-nutrisi tapi semua masih dalam keadaan yang aman. Dokter menyarankanku untuk segera memperbaiki pola makan ku.

Pulang dari rumah sakit, Eyang mengajakku mampir makan ke warung Sate Klathak Pak P*ng. Saat gigitan pertama memakan sate klathak tersebut, tanpa terasa air mata ku mengalir berlinang. Aku merasakan Sate itu rasanya enaaaaaa…….kkkkk sekaliii………. Aku begitu terharu memakannya. Itu efek karena hampir lebih dari 2 bulan Aku sama sekali tidak makan daging. Eyang cuma bisa heran melihat tingkahku yang se-lebay itu. Hari itu 2 piring sate dan 1 piring tongseng tandas Aku makan.

2 hari berlalu setelah itu. Selama 2 hari itu Aku sama sekali tidak melihat mereka. Hanya saja pernah Aku merasakan seperti ada orang yang memperhatikan ku. Setelah itu terasa seperti ada hembusan angin dingin yang membuat bulu kuduk ku bediri, yang Aku yakini itu adalah tanda-tanda kehadiran “mereka”. Namun Aku tidak melihat penampakan mereka. Aku benar-benar merasa lega. Mata Indigoku sepertinya sudah tertutup

Aku pun menjalani hari-hari seperti biasa dengan perasaan yang lebih tenang. Sampai pada suatu hari, pada suatu siang yang panas terik, saat pulang sekolah tiba-tiba motorku mogok. Saat itu posisiku tengah berada di pinggir jalan raya C*lom*b*, persis di depan gerbang Kampus UN*. Aku coba starter motorku berulangkali namun motorku masih belum mau menyala. Mungkin busi nya kotor atau aki nya sudah waktunya diganti. Saat sedang asyik mengutak-atik motor, tiba-tiba ada seorang Ibu-ibu mengenakan pakaian daster warna merah yang ditutup jaket coba memanggilku. Rambutnya keriting panjang dibiarkan tergerai.

“Mas… Mas lihat anak Saya? Perempuan. Kira-kira usia nya 8 tahun, pakai rok putih sama sandal hello kity…….”, kata Ibu-ibu itu

Aku menghentikan kegiatanku dengan motorku. “Ada fotonya Bu”, tanyaku kemudian. Ibu itu menggeleng. Aku kasihan melihatnya. Wajah ibu itu tampak begitu kelelahan dan cemas. Ada rona pucat di matanya. Kesedihan dan kekhawatiran jelas terpancar. Aku jadi ingat Ibu ku. Pasti Ibu ku juga khawatir kalau anaknya hilang, dan akan mencari nya seperti yang dilakukan Ibu ini.

“Ayo Bu, Saya bantu cari”. Aku benar-benar berniat ingin membantu Ibu itu. Kami berjalan menyusuri Jalan Raya C*lom*b*. Setiap orang yang kutemui di ruko-ruko, termasuk tukang parkir di sepanjang jalan itu kutanyai satu persatu. Aku sebenarnya sempat menanyakan ke Ibu itu kenapa anaknya bisa hilang, tapi sepertinya Ibu itu sengaja tidak menjawab atau berpura-pura tidak mendengar. Berhubung Aku memang sudah niat ingin membantu, Aku tidak terlalu mempermasalahkan. Saat hampir mendekati perempatan S*gan, diseberang jalan dekat rumah makan sate S*mir*no Aku melihat seorang anak kecil seperti kebingungan dan menangis. Ciri-cirinya persis sama seperti yang digambarkan oleh Ibu itu. Perempuan, rambutnya dikuncir dua, mengenakan rok putih dan sandal hello kitty.

“Lha itu….. itu anaknya bukan Bu?”, tanyaku pada Ibu itu sambil menunjuk anak tadi.

“Chikaaaaa !!!……”, Ibu itu berteriak memanggil

“Mamaaaaaaa !!!………”, Anak yang menangis di seberang jalan itu merespon panggilan Ibu itu. Aku hantarkan Ibu itu menyeberang jalan. Sampai di seberang Ibu dan Anak itu berpelukan. Mereka berdua lalu menangis bagaikan dua orang yang sudah lama sekali tidak bertemu. Lama mereka berdua bertangisan dan saling berpelukan. Seakan tidak memperdulikan ku yang sedari tadi ada di situ melihat mereka.

Aku mencoba memalingkan pandanganku ke arah lain. Memberikan sedikit privasi bagi mereka. Mataku tertumbuk pada keramaian yang ada di dekat situ. Beberapa orang berkerumun mengelilingi sesuatu. Karena penasaran Aku mencoba mendekati kerumunan itu dan melihat apa yang ada di tengah kerumunan itu. Tampak dua buah tubuh ditutup Koran tergeletak tidak bergerak. Orang-orang di situ berkasak-kusuk atas sebuah tabrak lari yang menewaskan seorang Ibu dan seorang anak perempuan. Katanya motor mereka ditabrak dari belakang, Si Ibu terlindas mobil sedangkan anaknya sempat terseret beberapa meter. Aku perhatikan tubuh yang ditutup koran itu. Darahku seperti terkesiap. Tubuh Ibu-ibu yang berlumuran darah itu mengenakan daster merah yang ditutup jaket, sedangkan tubuh anak kecil itu mengenakan rok putih dan sandal yang tergeletak di dekatnya adalah sandal….hello kitty. Persis seperti yang dikenakan oleh Ibu-ibu dan anak yang tadi kutemui.

Cepat Aku menoleh ke tempat Ibu dan anak tadi yang kutinggalkan tidak jauh dari situ. Mereka masih di sana, menangis berpelukan. Aku seakan tidak percaya dengan penglihatanku. Sangking tidak percayanya Aku sampai melihat bolak-balik ke dua arah itu untuk memastikan. Sampai akhirnya Aku yakin, Ibu dan anak yang sedang bertangisan, dan 2 jasad yang sudah tergeletak tak bernyawa itu adalah orang yang sama. Sejenak Aku merasa bingung dengan apa yang harus kulakukan. Pantas sepertinya orang-orang yang kutanyai waktu menanyakan anak kecil tadi seperti tidak melihat Ibu-ibu berdaster itu.

Bingung Aku harus melakukan Apa. Namun seperti ada yang membimbing aku berjalan pelan mendekati dua insan Ibu Anak yang masih berpelukan dan bertangisan itu. Aku lihat Si Ibu dengan penuh kasih sayang dan masih berlinang air mata menciumi dan tidak hentinya memeluk anak kecil itu. Tangisan Si Kecil sudah agak mereda

“Bu…. Ibu sama adik ini sebetulnya sudah meninggal kan?”, entah apa yang ada dalam pikiranku sehingga berkata demikian.

Ibu itu melihat ke arahku dengan tatapan sedih, sementara anaknya malah kembali menangis mendengar perkataanku. Aku spontan ingin menenangkan tangis anak itu dan menjulurkan tangan ku hendak membelai kepalanya. Namun tanganku seperti menembus dan menyentuh udara kosong. Ibu itu lalu berusaha menenangkan tangis Si Anak kembali. “Chika anak manis, ndak boleh nangis, bentar lagi Ibu ajak Chika pergi ke tempat yang bagus ya? Nanti Chika bisa main sepuasnya disana”.
Ucapan Ibu itu rupanya mampu membuat Si anak tenang kembali. Hanya sesekali isaknya terdengar.

Ibu itu lalu berkata, “Terima kasih sudah membantu Ibu Mas, kalau Ibu tidak menemukan Chika mungkin bakal selamanya Ibu akan mencarinya di sepanjang jalan tadi. Maaf ya Mas. Ibu sudah merepotkan. Semoga kebaikan Mas ini menjadi pahala. Lemah teles ya Mas, Gusti Allah sing mbales ”. Trenyuh hatiku mendengar kata-kata Ibu itu.

“Iya Bu, semoga amal ibadah Ibu diterima dan Ibu dan anak Ibu selalu berbahagia”, spontan Aku menjawab

Selesai berbicara seperti itu Aku melihat ada seperti seberkas cahaya putih yang melingkupi mereka berdua, seperti datang menjemput dan menyinari mereka.

“Da…da Om……”, Anak itu sempat Aku lihat melambai ke arahku dengan manis. Wajahnya begitu bercahaya. Lama kelamaan mereka menghilang dari hadapanku bersama dengan berkas cahaya itu. Seketika Aku menghembuskan napas lega. Ada kedamaian tidak terlukiskan yang menyelimuti hati. Senang melihat Ibu dan Anak itu bisa bertemu lagi dan sepertinya Aku merasa mereka akan bahagia di alam sana.

Tapi sesaat kemudian Aku tersadar dan terhenyak……. SIALAAAAAAANNNNN !!!!!! Ternyata kemampuan Indigo ku masih ada……. TIDAAAAAAAKKKK!!!!!!!
Diubah oleh jeniussetyo09 31-10-2016 07:26
axxis2sixx
mmuji1575
efti108
efti108 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Tutup