- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
TOMATO STRAWBERRY
TS
men.in.back
TOMATO STRAWBERRY
Jika aku bukanlah aku apakah kau masih mencintaiku
Spoiler for image:
Quote:
sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Quote:
CHAPTER 1
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Spoiler for INDEX:
INDEX
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
Diubah oleh men.in.back 02-01-2016 12:23
anasabila memberi reputasi
2
75.3K
Kutip
147
Balasan
Thread Digembok
Tampilkan semua post
TS
men.in.back
#30
Quote:
CHAPTER 9
Cemburu
Pagi itu di rumah Sherly merasakan nafasnya sesak, sekujur tubuhnya berkeringat, seluruh badannya kejang, dan sulit untuk membuka matanya, ia membuka mulutnya tapi rasanya sulit untuk berteriak yang terdengar hanya,
“non! Non, non Sherly...”, suara samar itu ada dari tempat lain, semakin mendekat dan mendekat, ia ingin berlari ke asal suara itu, ia ingin karena ia semakin kesulitan untuk bernafas,
“AAAAAAAAARGHHHH”, suara teriakan Sherly membuat ruangan bergetar,
Sherly akhirnya terbangun dari tidur dan mimpi buruknya, ia terengengah-engah nafasnya memburu, jantungnya berdegup kencang, sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat.
“non tidak apa-apa?”, kata mbak karti pembantunya yang sejak tadi duduk di sampingnya.
Sherly memeluk ibu itu, dan menangis, mbak karti lalu menenangkannya hingga tangis Sherly terhenti, dan tertawa karena lelucon yang dibuat mbak karti. Mbak karti wanita paruh baya yang merawat dan mengurus sherly sejak ia kecil, ia selalu bisa menghibur Sherly di saat sherly sedih.
“lagi-lagi aku bermimpi Riza mbak. Aku merasa dia masih ada di dekatku” katanya, mengusap sisa air matanya, mbok karti hanya tersenyum dan memeluknya kemudian ia berkata,
“dia memang masih ada di sekitar kita non, mbok tahu itu”, Sherly hanya tersenyum tipis.
“bzzz.. Bzzzz”, suara SMS di ponsel Sherly, ia segera membacanya setelah menghabiskan sarapan paginya.
“Inggrit? Tidak biasanya sms sepagi ini”. Gumamnya.
“kamu di mana Sher?, kamu lupa hari ini aku akan mengenalkan Dido padamu”
“Dido?” gumamnya bingung.
Oh dia itu.. Ia akhirnya teringat, sebelum ia tidur malam tadi, mereka bercakap di telepon, Inggrit janji mengenalkan seorang pria pada Sherly, dan ia pun menyetujuinya.
“tunggu tiga puluh menit lagi aku datang :-*”, balasnya.
“Ok! Gak pake kura-kura ya ;P”.
Di kafe AA, suasana pagi sangat nyaman masih banyak burung-burung yang hinggap di pepohonan, mereka berebut rumput-rumput kering untuk dijadikan sangkar, membuat damai semua pengunjung yang menikmati sarapan ataupun sekedar minum kopi.
Jam 10.15 pagi itu Sherly datang, ia sangat cantik memakai gaun warna peach diatas lututnya, sederhana namun tetap cantik karena ia memang cantik apapun pakaian yang ia kenakan.
Dido dan semua laki-laki memandanginya kagum.
“kau telat 20 menit!”, ujar Inggrit sebal, mengembungkan pipinya.
“sory, abis macet grit”, sherly mengelak.
“alasan klasik!”.
Dido hanya tersenyum geli melihat mereka berdua bertengkar sengit.
“udahlah grit, dia hanya lewat dua puluh menit, kalau menunggu wanita cantik seperti ini, dua puluh jam pun gue rela nunggu”, gombal dido,
“diem lu! Kenalan dulu baru gombal..!”, jawabnya sinis.
Sherly hanya tertawa kecil. Dido berdiri dan mengulurkan tangan untuk berjabat berkenalan,
“Dido”,
“Sherly”. Ia menjawab, keduanya tersenyum tersipu,
dan Dido terlalu lama menjabat tangan Sherly, karena terpaku oleh senyum manis Sherly.
“heey, kalian mau adu panco berdiri!?, kalian terlalu lama bersalaman!”, ejek Inggrit terkekeh.
Dido tersadar dan segera melepaskan genggamannya, menggaruk kepalanya yang memang tidak gatal.
Mereka bertiga tertawa, dan akhirnya duduk berbincang.
...
“selamat pagi pak, Sherly ada di kafe, ia bersama temannya yang biasa dan satu laki-laki”
“laki-laki?”, gumam Riza.
Dia beranjak dari tempat tidur, dan dengan cepat masuk kamar mandi.
Sesampainya riza di kafe ia hanya mengamati sherly dan teman-temannya dari dalam mobil,
mereka sedang bercakap-cakap, dan tertawa. Riza mungkin cemburu, tapi ia tidak yakin siapa laki-laki itu.
”bagai mana kalau kita nonton sore ini?” ujar Dido,
“kita? Maksudnya kalian berdua?”, ejek inggrit.
“sore ini aku harus bertemu pacarku, karena ini malam minggu, kalian tidak akan menyadarinya karena kalian berdua jomlo”, ejeknya makin menyebalkan.
Mata mereka berdua tertuju pada Sherly.”apa??”, ucapnya pura-pura bodoh,
“oke oke, aku mau” tegas Sherly, terlihat pancaran bahagia di wajah Dido, dia tersenyum senang begitupun inggrit.
Sebenarnya sherly tidak begitu mengniginginkan, ia hanya tak enak pada inggrit namun ia berfikir tidak ada salahnya juga karena ia juga jomlo, tak akan ada yang tersakiti kecuali riza yang terus memantaunya dari dalam mobil, hatinya dibakar rasa cemburu, tapi apa yang bisa dia lakukan, dia bahkan belum mengenal Sherly di tubuh anton itu. Ia akhirnya tak tahan dan menancap pedal gas.
Malamnya anton mengunjungi AA Bar & kafe miliknya untuk urusan pekerjaan, setelah selesai ia duduk di samping bar, meminum sedikit wine, untuk melupakan harinya yang penat diiringi musik dari grup band yang ia kontrak untuk cafenya itu.
“tambah lagi winenya pak?”, ujar bartendernya,
“boleh, mmmm, kali ini aku mau whisky double Zak”, jawabnya,
“baik pak, sepertinya anda mengalami hari buruk?”, tanyanya lagi, Riza hanya tersenyum dan menghabiskan minumannya,
“sepertinya kau bisa membaca pikiranku Zak?”, bartendernya tersenyum,
“aku berdiri di sini sudah lebih dari sepuluh tahun pak, beragam wajah kutemui, hanya melihat raut wajah dan matanya saja,saya sudah mengetahui apa yang orang itu pikirkan, terlebih lagi dari minuman yang mereka pesan, bapak pasti mengerti yang saya maksud”, jawab bartendernya.
Zaki adalah bartender senior ia sudah berpengalaman lebih dari duapuluh tahun sebagai bartender, dan bekerja pada Anton untuk waktu yang lama, ia merupakan orang kepercayaan Anton.
“masalah wanita, kau tahu, itu menyulitkan..”, ujar Riza,
Zaki tertawa terbahak-bahak kali ini, Riza hanya kebingungan melihatnya.
“sejak kapan anda memusingkan masalah wanita pak? Anda bisa mendapatkan wanita manapun yang bapak mau, bapak punya segalanya”
“ini berbeda Zak”, jawabnya,
“apa maksud bapak, bapak mulai mencintai seseorang yang sulit?”
“begitulah, dia adalah teman masa sekolahku dulu, karena suatu hal akhirnya dia tidak akan mengingatku”
“itu rumit pak”, jawab Zaki, sambil memberikan segelas whisky double.
“sepertinya bapak harus membuatnya ingat, kalau bapak benar-benar mencintainya”, tambahnya,
“nikmati minumanmu pak, sepertinya tugas memanggilku”, ia tersenyum dan meninggalkan Riza dengan sopan
Kali ini Riza coba untuk melupakan harinya, matanya tertuju pada band, mereka sedang memainkan lagu cinta, lagu patah hati.
“ah kenapa juga harus lagu melow!” gumam riza sebal.
Ia akhirnya pergi ke toilet untuk buang air kecil, sepertinya ia terlalu banyak minum.
Di toilet ia bersebelahan dengan dua pria, mereka sedang membicarakan sesuatu.
“gue dapet mangsa baru bro, 19 tahun, malem ini dia bakal gue bikin mabok, terus gue bawa ke hotel” katanya dengan sombong,
“haha, lu ini, emang perusak cewek, cewek mana lagi nih yang ketiban sial sama lu?”, ucap pria yang lain.
Cemburu
Pagi itu di rumah Sherly merasakan nafasnya sesak, sekujur tubuhnya berkeringat, seluruh badannya kejang, dan sulit untuk membuka matanya, ia membuka mulutnya tapi rasanya sulit untuk berteriak yang terdengar hanya,
“non! Non, non Sherly...”, suara samar itu ada dari tempat lain, semakin mendekat dan mendekat, ia ingin berlari ke asal suara itu, ia ingin karena ia semakin kesulitan untuk bernafas,
“AAAAAAAAARGHHHH”, suara teriakan Sherly membuat ruangan bergetar,
Sherly akhirnya terbangun dari tidur dan mimpi buruknya, ia terengengah-engah nafasnya memburu, jantungnya berdegup kencang, sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat.
“non tidak apa-apa?”, kata mbak karti pembantunya yang sejak tadi duduk di sampingnya.
Sherly memeluk ibu itu, dan menangis, mbak karti lalu menenangkannya hingga tangis Sherly terhenti, dan tertawa karena lelucon yang dibuat mbak karti. Mbak karti wanita paruh baya yang merawat dan mengurus sherly sejak ia kecil, ia selalu bisa menghibur Sherly di saat sherly sedih.
“lagi-lagi aku bermimpi Riza mbak. Aku merasa dia masih ada di dekatku” katanya, mengusap sisa air matanya, mbok karti hanya tersenyum dan memeluknya kemudian ia berkata,
“dia memang masih ada di sekitar kita non, mbok tahu itu”, Sherly hanya tersenyum tipis.
“bzzz.. Bzzzz”, suara SMS di ponsel Sherly, ia segera membacanya setelah menghabiskan sarapan paginya.
“Inggrit? Tidak biasanya sms sepagi ini”. Gumamnya.
“kamu di mana Sher?, kamu lupa hari ini aku akan mengenalkan Dido padamu”
“Dido?” gumamnya bingung.
Oh dia itu.. Ia akhirnya teringat, sebelum ia tidur malam tadi, mereka bercakap di telepon, Inggrit janji mengenalkan seorang pria pada Sherly, dan ia pun menyetujuinya.
“tunggu tiga puluh menit lagi aku datang :-*”, balasnya.
“Ok! Gak pake kura-kura ya ;P”.
Di kafe AA, suasana pagi sangat nyaman masih banyak burung-burung yang hinggap di pepohonan, mereka berebut rumput-rumput kering untuk dijadikan sangkar, membuat damai semua pengunjung yang menikmati sarapan ataupun sekedar minum kopi.
Jam 10.15 pagi itu Sherly datang, ia sangat cantik memakai gaun warna peach diatas lututnya, sederhana namun tetap cantik karena ia memang cantik apapun pakaian yang ia kenakan.
Dido dan semua laki-laki memandanginya kagum.
“kau telat 20 menit!”, ujar Inggrit sebal, mengembungkan pipinya.
“sory, abis macet grit”, sherly mengelak.
“alasan klasik!”.
Dido hanya tersenyum geli melihat mereka berdua bertengkar sengit.
“udahlah grit, dia hanya lewat dua puluh menit, kalau menunggu wanita cantik seperti ini, dua puluh jam pun gue rela nunggu”, gombal dido,
“diem lu! Kenalan dulu baru gombal..!”, jawabnya sinis.
Sherly hanya tertawa kecil. Dido berdiri dan mengulurkan tangan untuk berjabat berkenalan,
“Dido”,
“Sherly”. Ia menjawab, keduanya tersenyum tersipu,
dan Dido terlalu lama menjabat tangan Sherly, karena terpaku oleh senyum manis Sherly.
“heey, kalian mau adu panco berdiri!?, kalian terlalu lama bersalaman!”, ejek Inggrit terkekeh.
Dido tersadar dan segera melepaskan genggamannya, menggaruk kepalanya yang memang tidak gatal.
Mereka bertiga tertawa, dan akhirnya duduk berbincang.
...
“selamat pagi pak, Sherly ada di kafe, ia bersama temannya yang biasa dan satu laki-laki”
“laki-laki?”, gumam Riza.
Dia beranjak dari tempat tidur, dan dengan cepat masuk kamar mandi.
Sesampainya riza di kafe ia hanya mengamati sherly dan teman-temannya dari dalam mobil,
mereka sedang bercakap-cakap, dan tertawa. Riza mungkin cemburu, tapi ia tidak yakin siapa laki-laki itu.
”bagai mana kalau kita nonton sore ini?” ujar Dido,
“kita? Maksudnya kalian berdua?”, ejek inggrit.
“sore ini aku harus bertemu pacarku, karena ini malam minggu, kalian tidak akan menyadarinya karena kalian berdua jomlo”, ejeknya makin menyebalkan.
Mata mereka berdua tertuju pada Sherly.”apa??”, ucapnya pura-pura bodoh,
“oke oke, aku mau” tegas Sherly, terlihat pancaran bahagia di wajah Dido, dia tersenyum senang begitupun inggrit.
Sebenarnya sherly tidak begitu mengniginginkan, ia hanya tak enak pada inggrit namun ia berfikir tidak ada salahnya juga karena ia juga jomlo, tak akan ada yang tersakiti kecuali riza yang terus memantaunya dari dalam mobil, hatinya dibakar rasa cemburu, tapi apa yang bisa dia lakukan, dia bahkan belum mengenal Sherly di tubuh anton itu. Ia akhirnya tak tahan dan menancap pedal gas.
Malamnya anton mengunjungi AA Bar & kafe miliknya untuk urusan pekerjaan, setelah selesai ia duduk di samping bar, meminum sedikit wine, untuk melupakan harinya yang penat diiringi musik dari grup band yang ia kontrak untuk cafenya itu.
“tambah lagi winenya pak?”, ujar bartendernya,
“boleh, mmmm, kali ini aku mau whisky double Zak”, jawabnya,
“baik pak, sepertinya anda mengalami hari buruk?”, tanyanya lagi, Riza hanya tersenyum dan menghabiskan minumannya,
“sepertinya kau bisa membaca pikiranku Zak?”, bartendernya tersenyum,
“aku berdiri di sini sudah lebih dari sepuluh tahun pak, beragam wajah kutemui, hanya melihat raut wajah dan matanya saja,saya sudah mengetahui apa yang orang itu pikirkan, terlebih lagi dari minuman yang mereka pesan, bapak pasti mengerti yang saya maksud”, jawab bartendernya.
Zaki adalah bartender senior ia sudah berpengalaman lebih dari duapuluh tahun sebagai bartender, dan bekerja pada Anton untuk waktu yang lama, ia merupakan orang kepercayaan Anton.
“masalah wanita, kau tahu, itu menyulitkan..”, ujar Riza,
Zaki tertawa terbahak-bahak kali ini, Riza hanya kebingungan melihatnya.
“sejak kapan anda memusingkan masalah wanita pak? Anda bisa mendapatkan wanita manapun yang bapak mau, bapak punya segalanya”
“ini berbeda Zak”, jawabnya,
“apa maksud bapak, bapak mulai mencintai seseorang yang sulit?”
“begitulah, dia adalah teman masa sekolahku dulu, karena suatu hal akhirnya dia tidak akan mengingatku”
“itu rumit pak”, jawab Zaki, sambil memberikan segelas whisky double.
“sepertinya bapak harus membuatnya ingat, kalau bapak benar-benar mencintainya”, tambahnya,
“nikmati minumanmu pak, sepertinya tugas memanggilku”, ia tersenyum dan meninggalkan Riza dengan sopan
Kali ini Riza coba untuk melupakan harinya, matanya tertuju pada band, mereka sedang memainkan lagu cinta, lagu patah hati.
“ah kenapa juga harus lagu melow!” gumam riza sebal.
Ia akhirnya pergi ke toilet untuk buang air kecil, sepertinya ia terlalu banyak minum.
Di toilet ia bersebelahan dengan dua pria, mereka sedang membicarakan sesuatu.
“gue dapet mangsa baru bro, 19 tahun, malem ini dia bakal gue bikin mabok, terus gue bawa ke hotel” katanya dengan sombong,
“haha, lu ini, emang perusak cewek, cewek mana lagi nih yang ketiban sial sama lu?”, ucap pria yang lain.
0
Kutip
Balas