- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
TOMATO STRAWBERRY
TS
men.in.back
TOMATO STRAWBERRY
Jika aku bukanlah aku apakah kau masih mencintaiku
Spoiler for image:
Quote:
sebuah kisah cinta sederhana sepasang kekasih
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Genre : romantic fantasi
Penulis : Gilang
Quote:
CHAPTER 1
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Dimensi PART 1
Hari ini sopir angkot itu merasa kesal dengan celotehan istrinya, ia terus saja mengeluarkan kata-kata kasar hampir di setiap ucapannya, istrinya marah besar karena uang belanjanya makin hari makin berkurang, ia menyuruh suaminya untuk lebih giat dalam bekerja, dan menyuruhnya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik, ia berpikir memang ada benarnya juga karena mulai sepi penumpang semenjak ada angkutan umum lainnya,
“nasib-nasib”, katanya mengeluh.
Tiba-tiba ia melihat keramaian di terminal angkot yang akan ia tuju, seorang pria menghampirinya, membentangkan tangannya memberhentikannya yang sedang melaju santai
“tolong pak, emergensi!” pekiknya,
“ada apa pak?”, tanya si sopir penasaran,
“ada anak SMP tertabrak truck”, tambah bapak itu,
si sopir memang sedang kesal, tapi ia sebenarnya orang yang baik hati, disamping itu ia memiliki anak yang seumuran korban, dan ia memutuskan untuk membantunya, membawa ke rumah sakit terdekat. Ia langsung memarkirkan mobilnya di sebelah kerumunan orang yang membantu bocah malang tersebut.
“bapak-bapak, Ibu-Ibu, tolong bantu naikan saja ke angkot saya”, pintanya tulus. Semua orang yang berada disitu langsung membantu si korban, mengangkatnya ke angkot,
“siapa yang mau ikut menemani?”, tanyanya global. Kerumunan orang-oarang itu saling pandang.. lalu anak SMP wanita dengan seragam yang sama dengan korban datang menerobos diantara kerumunan,
“saya, saya, biar saya pak”, tanpa basa basi ia menghambur masuk ke dalam angkot,
“ayo pak, tolong pak.. kita harus cepat demi keselamatannya!”. Si sopir langsung menancap gasnya, tanpa lihat kanan kiri.
“sabar ya Za kamu pasti selamat”, ujar gadis itu sambil terus menangis.
Si sopir akhirnya menghentikan mobilnya di depan UGD rumah sakit terdekat, si korban langsung di bawa oleh tim medis yang memang sigap untuk situasi seperti ini, gadis cantik itu berlari mengkikuti korban bersama si sopir sampai ia dihentikan oleh petugas rumah sakit, karena batas wilayah penjenguk atau pembantu korban hanya sampai di situ. Mereka berdua menunggu di tempat yang telah di sediakan, lalu gadis itu menghubungi wali kelas korban agar segera menghubungi orang tua korban.
“sepertinya adik temannya?”, tanya si supir angkot
“ya pak, dia teman baik saya”, jawab si gadis sambil terus memegang buku matematika yang ia pinjam dari si korban. Murung.
“baiklah, kalau begitu, saya pulang dulu ya dik, karena saya harus kembali bekerja”, ucapnya, pamit.
“tolong terima ini pak”, gadis itu memasukan uang lima ratus ribu rupiah ke kantong kemeja si sopir angkot,
“maaf pak saya memaksa, dan tidak menerima penolakan, jadi mohon bapak terima!”, tambahnya memaksa.
Si supir sangat berterimakasih, ia tidak menyangka perbuatan baiknya berbuah manis.
“oia pak, saya boleh minta nomor telepon bapak?”, tanya gadis itu,
“ada dik, tapi untuk apa ya?”, jawabnya sambil merogoh kantong celananya, untuk mengambil ponsel bututnya dan mereka saling bertukaran nomor.
“baik nanti saya akan hubungi bapak, tolong simpan, saya Sherly”, ujar si gadis,
“baik dik, saya Karto”, tapi untuk apa ya dik?, tanyanya semakin penasaran,
“ayah saya sedang membutuhkan sopir pribadi, bapak akan saya rekomendasikan”,
pucuk di cinta bulanpun tiba, sudah jatuh tertimpa mas murni teriaknya dalam hati. Ia sangat bersyukur sudah di beri uang, ia juga akan segera memiliki perkerjaan yang lebih layak seperti yang istrinya selalu inginkan, semua itu berkat keikhlasannya membantu orang lain.
**
Sulit untuk tidak membuka mata karena sinar terang memaksa menembus kelopak mata bocah malang itu, mau tak mau ia membuka matanya perlahan menghalau sinar yang begitu terang dengan sebelah tangannya, ia mencoba duduk dengan lengan kanannya sementara yang kiri tetap menghalau sinar yang menyilaukan pandangannya, pandangannya berkeliling, hanya padang rumput hijau dengan satu pohon besar sejauh apapun ia memandang yang ia lihat adalah rerumputan hijau setinggi mata kakinya. Ia terkejut melihat sesosok tubuh di sampingnya entah dari mana asalnya
Spoiler for INDEX:
INDEX
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
CHAPTER 1 DIMENSI PART 1
CHAPTER 2 DIMENSI PART 2
CHAPTER 3 DIMENSI PART 3 DAN SHERLY
CHAPTER 4 PENGACAU
CHAPTER 5 IBU
CHAPTER 6 MERRY
CHAPTER 7 PERTEMUAN PERTAMA
CHAPTER 8 SHERLY DEWASA
CHAPTER 9 CEMBURU
CHAPTER 10 TUNANGAN
CHAPTER 11 SHERLY MULAI...
CHAPTER 12 ALAM BAWAH SADAR
CHAPTER 13 INGGRIT
CHAPTER 14 INGGRIT PART 2
CHAPTER 15 SUARA MERDU
CHAPTER 16 TRAGIS MELANDA
CHAPTER 17 JATI DIRI SEBENARNYA
CHAPTER 18 LUNA
CHAPTER 19 SHERLY MENGHILANG
CHAPTER 20 KERINDUAN
CHAPTER 21 ANTON SEBENARNYA
CHAPTER 22 SHERLY MENGETAHUI
CHAPTER 23 GRAND OPENING
CHAPTER 24 MERIAH MENCEKAM
END!
Diubah oleh men.in.back 02-01-2016 12:23
anasabila memberi reputasi
2
75.3K
Kutip
147
Balasan
Thread Digembok
Tampilkan semua post
TS
men.in.back
#8
Quote:
CHAPTER 3
Dimensi dan.. Sherly
Riza mendapatkan angkotnya setelah lama menunggu, perjalannya ke sekolah memerlukan waktu tiga puluh menit, walau begitu ia jarang terlambat datang ke sekolah ia hampir selalu tepat waktu entah karena satpam sekolah galak atau karena ia selalu ingin sarapan dengan Sherly.
Setelah ia sampai, ia langsung menuju warung makan di depan sekolah untuk sarapan, Sherly sudah menunggunya untuk menyalin PR, karena guru matematika mereka sangat kejam seperti induk ayam yang baru menetaskan telurnya dan sialnya berada di jam pertama.
Riza selalu kagum dengan pesona Sherly, ia selalu terlihat bersinar di banding gadis manapun di dunia ini, itu menurutnya,
Sherly terlahir dari keluarga yang kaya raya, ayahnya memiliki beberapa hotel bintang lima, hampir di seluruh indonesia, dan memiliki kebun kelapa sawit berhektar-hektar di Medan Sumatera Utara, Sherly memiliki wajah campuran dari Ibu dan Ayahnya, ibundanya berasal dari jerman, ia menurunkan kulit putih bersih, mata indah, berbola mata hijau, bibir mungil, dan tubuh tinggi semampai melebihi Riza.
“mana PR-nya?”, tanyanya singkat,
“nih”, Riza melemparkan buku matematiknya,
tanpa basa-basi Sherly segera menyalin PR Riza. Sepertinya Sherly sangat serius menyalin, Riza tak menghiraukan ia memesan sarapannya.
Sedangkan Sherly hanya meminum minuman favoritnya, yaitu jus tomat mix strawberry, yang menurut Riza itu seperti mencampurkan sekaleng cat tembok dengan oli bekas, sangat aneh. Suatu saat Riza mencobanya dan hampir memuntahkannya kembali di depan Sherly.
**
......
“benarkah aku tak bisa lagi kembali ketubuhku kek?”, tanya Riza berharap meskipun ia tahu tak banyak yang bisa ia perbuat apapun itu, ia tak bisa melawan takdir Tuhan.
Kakek itu tersenyum lembut, ia selalu seperti itu sepertinya tak ada beban di hatinya tak seperti Riza yang harus berpikir karena banyak pertanyaan yang belum ia ketahui, apa yang harus ia lakukan.
“Tuhan telah memberikanmu kesempatan, ambilah itu, apapun itu, pasti terbaik untukmu”, jawab si Kakek.
“mengenai tubuhmmu, kau memang tak bisa kembali, terima itu, orang-orang yang kau sayangi akan kembali padamu suatu saat kau hanya perlu bersabar dan berusaha”, tambah si Kakek. Riza menangis tersedu membayangkan ibu yang ia sayangi.
**
Sore itu hujan mengguyur hampir seluruh kota, hantaman petir Cumiekan telinga, Riza hanya terdiam di apartemen ia masih terkejut dengan perubahan ini, jelas saja ia baru berumur empat belas tahun, harus berada di tubuh seorang pria dewasa berumur tiga puluh tahun, ia tak tahu di tubuh siapa ia berada, hanya sedikit informasi dan ia harus belajar mengerti semua itu semuanya membuat pecah kepalanya. Tapi ia bukan orang yang mudah menyerah, ia mulai berdiri dan membulatkan tekadnya untuk menjalani semua keanehan ini, ia akan berusaha menjadi orang yang ia gunakan tubuhnya ini, ia mulai menyemangati isi kepalanya sendiri, dan mulai menggelataki isi apartemen untuk mengetahui nama pemilik tubuh ini, ia mulai dari dompet yang berada di meja sofa yang berada di samping tempat tidurnya, ia menemukan banyak barang-barang standart yang dapat di temukan di dompet setiap orang; uang tunai delapan ratus ribu rupiah, kartu tanda pengenal, surat izin mengemudi kendaraan roda dua, dan beberapa kartu ATM juga kartu kredit, ia lebih tertarik pada,
"kartu tanda pengenal" ini dia. bathinnya.
nama anton anji, lahir.. dan bla.. bla.. ia menyadari bahwa ia harus keluar untuk menenangkan pikirannya, ia keluar kamar dan tercengang dengan kemewahan yang memanjakan matanya, apartemen ini memiliki satu ruang keluarga, ruang makan, dapur bersih dan dua kamar mandi, belum lagi kamar yang ada di atas ruangan keluarga, di desain sedemikian megahnya, developer apartemen ini benar-benar serius mendesign kamar apartemen layaknya di sebuah rumah mewah,
mata Riza tertuju pada meja sofa ruang keluarga, ada beberapa potongan pizza, mungkin sebelum mati Anton memakan beberapa, itu membuat bulu kuduk Riza merinding, ia segera membuangnya, lalu menemukan dua buah kunci, ia mengamati itu adalah dua buah kunci mobil, ia sangat gembira, selama ini ia tidak di izinkan menyetir oleh ibunya hanya karena ia tidak memiliki surat izin mengemudi dan belum cukup umur, yang sebenarnya ia mahir mengendarai roda empat,
suatu saat ia diam-diam belajar mengendarai mobil ibunya, hasilnya uang jajan bulanannya di potong, tapi ia terus mengulangi itu, sampai akhirnya ia mahir mengemudi.
Ia bergegas menuju parkiran pribadi di apartemen anton, sangat mudah menemukan letak parkiran, karena di setiap koridor apartemen di pasangi penujuk ruangan. ia menekan alarm kunci mobilnya setibanya di parkiran, dan mengikuti asal suara alarm, dari suara alarmnya saja ia mengetahui bahwa itu mobil mewah, benar saja,
"Mini Cooper sport"
kini ada di depannya, yang sebebelumnya hanya ada dalam mimpinya.
ia sudah tidak sabar untuk menginjak pedal gas, dan merasakan kemewahan mobil itu. Ia berkeliling mengintari kota Bandung yang sedang di guyur hujan deras, ia mencintai kotanya itu, ia tumbuh besar di kota kembang tersebut tepatnya di daerah Dago. Ia baru menyadari ia ingin berkunjung ke rumahnya karena hari ini adalah hari kematian tubuhnya.
Dimensi dan.. Sherly
Riza mendapatkan angkotnya setelah lama menunggu, perjalannya ke sekolah memerlukan waktu tiga puluh menit, walau begitu ia jarang terlambat datang ke sekolah ia hampir selalu tepat waktu entah karena satpam sekolah galak atau karena ia selalu ingin sarapan dengan Sherly.
Setelah ia sampai, ia langsung menuju warung makan di depan sekolah untuk sarapan, Sherly sudah menunggunya untuk menyalin PR, karena guru matematika mereka sangat kejam seperti induk ayam yang baru menetaskan telurnya dan sialnya berada di jam pertama.
Riza selalu kagum dengan pesona Sherly, ia selalu terlihat bersinar di banding gadis manapun di dunia ini, itu menurutnya,
Sherly terlahir dari keluarga yang kaya raya, ayahnya memiliki beberapa hotel bintang lima, hampir di seluruh indonesia, dan memiliki kebun kelapa sawit berhektar-hektar di Medan Sumatera Utara, Sherly memiliki wajah campuran dari Ibu dan Ayahnya, ibundanya berasal dari jerman, ia menurunkan kulit putih bersih, mata indah, berbola mata hijau, bibir mungil, dan tubuh tinggi semampai melebihi Riza.
“mana PR-nya?”, tanyanya singkat,
“nih”, Riza melemparkan buku matematiknya,
tanpa basa-basi Sherly segera menyalin PR Riza. Sepertinya Sherly sangat serius menyalin, Riza tak menghiraukan ia memesan sarapannya.
Sedangkan Sherly hanya meminum minuman favoritnya, yaitu jus tomat mix strawberry, yang menurut Riza itu seperti mencampurkan sekaleng cat tembok dengan oli bekas, sangat aneh. Suatu saat Riza mencobanya dan hampir memuntahkannya kembali di depan Sherly.
**
......
“benarkah aku tak bisa lagi kembali ketubuhku kek?”, tanya Riza berharap meskipun ia tahu tak banyak yang bisa ia perbuat apapun itu, ia tak bisa melawan takdir Tuhan.
Kakek itu tersenyum lembut, ia selalu seperti itu sepertinya tak ada beban di hatinya tak seperti Riza yang harus berpikir karena banyak pertanyaan yang belum ia ketahui, apa yang harus ia lakukan.
“Tuhan telah memberikanmu kesempatan, ambilah itu, apapun itu, pasti terbaik untukmu”, jawab si Kakek.
“mengenai tubuhmmu, kau memang tak bisa kembali, terima itu, orang-orang yang kau sayangi akan kembali padamu suatu saat kau hanya perlu bersabar dan berusaha”, tambah si Kakek. Riza menangis tersedu membayangkan ibu yang ia sayangi.
**
Sore itu hujan mengguyur hampir seluruh kota, hantaman petir Cumiekan telinga, Riza hanya terdiam di apartemen ia masih terkejut dengan perubahan ini, jelas saja ia baru berumur empat belas tahun, harus berada di tubuh seorang pria dewasa berumur tiga puluh tahun, ia tak tahu di tubuh siapa ia berada, hanya sedikit informasi dan ia harus belajar mengerti semua itu semuanya membuat pecah kepalanya. Tapi ia bukan orang yang mudah menyerah, ia mulai berdiri dan membulatkan tekadnya untuk menjalani semua keanehan ini, ia akan berusaha menjadi orang yang ia gunakan tubuhnya ini, ia mulai menyemangati isi kepalanya sendiri, dan mulai menggelataki isi apartemen untuk mengetahui nama pemilik tubuh ini, ia mulai dari dompet yang berada di meja sofa yang berada di samping tempat tidurnya, ia menemukan banyak barang-barang standart yang dapat di temukan di dompet setiap orang; uang tunai delapan ratus ribu rupiah, kartu tanda pengenal, surat izin mengemudi kendaraan roda dua, dan beberapa kartu ATM juga kartu kredit, ia lebih tertarik pada,
"kartu tanda pengenal" ini dia. bathinnya.
nama anton anji, lahir.. dan bla.. bla.. ia menyadari bahwa ia harus keluar untuk menenangkan pikirannya, ia keluar kamar dan tercengang dengan kemewahan yang memanjakan matanya, apartemen ini memiliki satu ruang keluarga, ruang makan, dapur bersih dan dua kamar mandi, belum lagi kamar yang ada di atas ruangan keluarga, di desain sedemikian megahnya, developer apartemen ini benar-benar serius mendesign kamar apartemen layaknya di sebuah rumah mewah,
mata Riza tertuju pada meja sofa ruang keluarga, ada beberapa potongan pizza, mungkin sebelum mati Anton memakan beberapa, itu membuat bulu kuduk Riza merinding, ia segera membuangnya, lalu menemukan dua buah kunci, ia mengamati itu adalah dua buah kunci mobil, ia sangat gembira, selama ini ia tidak di izinkan menyetir oleh ibunya hanya karena ia tidak memiliki surat izin mengemudi dan belum cukup umur, yang sebenarnya ia mahir mengendarai roda empat,
suatu saat ia diam-diam belajar mengendarai mobil ibunya, hasilnya uang jajan bulanannya di potong, tapi ia terus mengulangi itu, sampai akhirnya ia mahir mengemudi.
Ia bergegas menuju parkiran pribadi di apartemen anton, sangat mudah menemukan letak parkiran, karena di setiap koridor apartemen di pasangi penujuk ruangan. ia menekan alarm kunci mobilnya setibanya di parkiran, dan mengikuti asal suara alarm, dari suara alarmnya saja ia mengetahui bahwa itu mobil mewah, benar saja,
"Mini Cooper sport"
kini ada di depannya, yang sebebelumnya hanya ada dalam mimpinya.
ia sudah tidak sabar untuk menginjak pedal gas, dan merasakan kemewahan mobil itu. Ia berkeliling mengintari kota Bandung yang sedang di guyur hujan deras, ia mencintai kotanya itu, ia tumbuh besar di kota kembang tersebut tepatnya di daerah Dago. Ia baru menyadari ia ingin berkunjung ke rumahnya karena hari ini adalah hari kematian tubuhnya.
0
Kutip
Balas