- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Case Closed] Guruh Soekarnoputra : Bung Karno Lahir di Blitar
TS
butuhperubahan
[Case Closed] Guruh Soekarnoputra : Bung Karno Lahir di Blitar
Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Putra Proklamator Indonesia Soekarno, Guruh Soekarnoputra, berpendapat banyak amanat ayahnya yang tak dijalankan hingga kini. “Banyak keinginan almarhum yang tidak dipenuhi,” ujar Guruh saat dihubungi Tempo, Selasa, 6 November 2012.
Bung Karno, kata Guruh, tak pernah minta dimakamkan di Blitar, kota kelahirannya.“Dia cuma minta dimakamkan di bawah pohon rindang,” kata Guruh. Soekarno pun tak pernah minta dibuatkan cungkup makam atau bangunan.
Pemakaman di Blitar, pembuatan cungkup, dan bangunan di atas makam Bung Karno semuanya murni inisiatif Soeharto. “Bisa saja itu untuk kepentingan politik jelang kampanye,” kata dia.
Keluarga sendiri tak pernah mengusulkan Bung Karno untuk dijadikan pahlawan. “Menghargai Bung Karno bukan hanya memberi gelar, tapi juga memenuhi wasiatnya,” kata Guruh.
Menurut dia, tanpa diberikan gelar oleh pemerintah, Bung Karno sudah layak disebut sebagai pahlawan dari dulu. “Hanya resmi-resminya saja baru sekarang. Kenapa tidak dari dulu saja?” ujar dia.
Dua bapak proklamator Indonesia, Soekarno dan Muhammad Hatta, resmi ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Hari ini, upacara pemberian gelar pahlawan nasional akan diselenggarakan di Istana Merdeka pukul 11 siang."Keputusan Presidennya ditandatangani sore ini," kata Djoko Suyanto, Ketua Dewan Gelar dan Tanda Jasa Kehormatan, di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Selasa, 6 November 2012.
Namun, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan ini enggan menjelaskan alasan akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan. Tetapi dia memastikan pemberian gelar sudah melalui sidang dewan gelar kehormatan. "Besok pagi Presiden yang akan menjelaskan alasan pemberian tanda gelar," kata Djoko.
Bung Karno, kata Guruh, tak pernah minta dimakamkan di Blitar, kota kelahirannya.“Dia cuma minta dimakamkan di bawah pohon rindang,” kata Guruh. Soekarno pun tak pernah minta dibuatkan cungkup makam atau bangunan.
Pemakaman di Blitar, pembuatan cungkup, dan bangunan di atas makam Bung Karno semuanya murni inisiatif Soeharto. “Bisa saja itu untuk kepentingan politik jelang kampanye,” kata dia.
Keluarga sendiri tak pernah mengusulkan Bung Karno untuk dijadikan pahlawan. “Menghargai Bung Karno bukan hanya memberi gelar, tapi juga memenuhi wasiatnya,” kata Guruh.
Menurut dia, tanpa diberikan gelar oleh pemerintah, Bung Karno sudah layak disebut sebagai pahlawan dari dulu. “Hanya resmi-resminya saja baru sekarang. Kenapa tidak dari dulu saja?” ujar dia.
Dua bapak proklamator Indonesia, Soekarno dan Muhammad Hatta, resmi ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Hari ini, upacara pemberian gelar pahlawan nasional akan diselenggarakan di Istana Merdeka pukul 11 siang."Keputusan Presidennya ditandatangani sore ini," kata Djoko Suyanto, Ketua Dewan Gelar dan Tanda Jasa Kehormatan, di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Selasa, 6 November 2012.
Namun, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan ini enggan menjelaskan alasan akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan. Tetapi dia memastikan pemberian gelar sudah melalui sidang dewan gelar kehormatan. "Besok pagi Presiden yang akan menjelaskan alasan pemberian tanda gelar," kata Djoko.
TEMPO
buat yg kemarin senang2 atas kesalahan pak Jokowi silahkan baca biar lebih cerdas
PLS share
Diubah oleh butuhperubahan 05-06-2015 08:01
0
34.5K
Kutip
399
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
macfac
#76
Quote:
Original Posted By n4z1►
“Bung Karno meninggal di zaman Pak Harto, sementara Pak Harto meninggal masih di zamannya sendiri,” demikian tulis KH. A.Mustofa Bisri –pengasuh pesantren Rodlatut Thalibin Rembang- dalam kolomnya di harian IndoPos, Selasa (29/1). Ungkapan itu mewakili kebesaran upacara pemakaman yang diadakan bagi kedua pemimpin negara ini.Memang, saat Soekarno wafat 21 Juni 1970, Soeharto sebagai Presiden merasa berkewajiban mengadakan upacara kenegaraan. Walau bisa jadi itu lebih pada upaya merangkul rakyat yang masih mencintai Proklamatornya dan menaikkan citranya sendiri yang baru tiga tahun menjabat Presiden.
Toh ada sejumlah wasiat Soekarno yang tidak mau dipenuhi Soeharto. Antara lain wasiat yang paling terkenal dari Soekarno untuk “dimakamkan di bawah pohon rindang, di tanah Parahyangan.” Menurut penafsiran keluarganya, kemungkinan besar tempat yang diminta Soekarno adalah di Bogor, tempat kediaman Ratna Sari Dewi salah satu istrinya ketika itu. Tempat yang dinamainya “Hing Puri Bhima Cakti” itu terletak di daerah Batu Tulis, Bogor. Kini tempat itu dimasukkan kompleks istana Kepresidenan Bogor setelah diambil alih Orde Baru.
Soeharto memilih memakamkan Soekarno di tanah kelahirannya, Blitar-Jawa Timur. Hal ini diduga sebagai upaya menjauhkan Soekarno dari ibukota negara sebagai kelanjutan pengasingan dirinya setelah dijatuhkan dari kursi kepresidenan. Dalam upacara kenegaraan di pemakaman, inspektur upacaranya adalah Letnan Jenderal Maraden Panggabean. Soeharto memang ikut hadir, tapi baru terlibat usai jasad Soekarno menyatu dengan tanah. Yang unik adalah, Soeharto tetap memberi hormat secara militer kepada makam Soekarno. Namun istrinya, Siti Hartinah tampak tak kuasa menahan perasaan. Dengan mata berkaca-kaca ia malah memeluk dan menciumi kaki pusara Soekarno. Lalu terlihat ia memberi hormat dengan posisi sungkem (tangan mengatup di depan hidung).
Walau kalah megah, jumlah pengantar jenazah justru lebih banyak dibandingkan Soeharto kemarin. Puluhan ribu orang memadati jalan-jalan yang dilalui iring-iringan kendaraan pembawa jenazah. Mulai dari Wisma Yaso (kini Museum Sejarah ABRI Satria Mandala) di jalan Gatot Subroto hingga Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma. Demikian pula di Blitar, ratusan ribu massa berdatangan dari berbagai penjuru. Tidak hanya dari Blitar, tapi juga dari kota-kota lain di Jawa dan Bali. Banyak terlihat rakyat menangis sepanjang jalan. Malah di beberapa tempat rakyat laku ndodok (berjongkok) begitu saja di pinggir jalan saat jenazah Soekarno lewat di hadapan mereka.
Jadi, meski Soeharto beruntung wafat di zamannya sendiri -apalagi SBY adalah yuniornya- toh ternyata itu tidak membuatnya mampu menandingi kharisma Soekarno yang dikhianatinya. Pelajaran dari hal ini adalah, sebesar apa pun nama manusia semasa hidup, toh saat mati tak kuasa lagi ia mengaturnya…
https://lifeschool.wordpress.com/200...-dan-soeharto/
Membandingkan Pemakaman Soekarno dan Soeharto
Januari 30, 2008 · by bhayu · in Sejarah. ·
“Bung Karno meninggal di zaman Pak Harto, sementara Pak Harto meninggal masih di zamannya sendiri,” demikian tulis KH. A.Mustofa Bisri –pengasuh pesantren Rodlatut Thalibin Rembang- dalam kolomnya di harian IndoPos, Selasa (29/1). Ungkapan itu mewakili kebesaran upacara pemakaman yang diadakan bagi kedua pemimpin negara ini.Memang, saat Soekarno wafat 21 Juni 1970, Soeharto sebagai Presiden merasa berkewajiban mengadakan upacara kenegaraan. Walau bisa jadi itu lebih pada upaya merangkul rakyat yang masih mencintai Proklamatornya dan menaikkan citranya sendiri yang baru tiga tahun menjabat Presiden.
Toh ada sejumlah wasiat Soekarno yang tidak mau dipenuhi Soeharto. Antara lain wasiat yang paling terkenal dari Soekarno untuk “dimakamkan di bawah pohon rindang, di tanah Parahyangan.” Menurut penafsiran keluarganya, kemungkinan besar tempat yang diminta Soekarno adalah di Bogor, tempat kediaman Ratna Sari Dewi salah satu istrinya ketika itu. Tempat yang dinamainya “Hing Puri Bhima Cakti” itu terletak di daerah Batu Tulis, Bogor. Kini tempat itu dimasukkan kompleks istana Kepresidenan Bogor setelah diambil alih Orde Baru.
Soeharto memilih memakamkan Soekarno di tanah kelahirannya, Blitar-Jawa Timur. Hal ini diduga sebagai upaya menjauhkan Soekarno dari ibukota negara sebagai kelanjutan pengasingan dirinya setelah dijatuhkan dari kursi kepresidenan. Dalam upacara kenegaraan di pemakaman, inspektur upacaranya adalah Letnan Jenderal Maraden Panggabean. Soeharto memang ikut hadir, tapi baru terlibat usai jasad Soekarno menyatu dengan tanah. Yang unik adalah, Soeharto tetap memberi hormat secara militer kepada makam Soekarno. Namun istrinya, Siti Hartinah tampak tak kuasa menahan perasaan. Dengan mata berkaca-kaca ia malah memeluk dan menciumi kaki pusara Soekarno. Lalu terlihat ia memberi hormat dengan posisi sungkem (tangan mengatup di depan hidung).
Walau kalah megah, jumlah pengantar jenazah justru lebih banyak dibandingkan Soeharto kemarin. Puluhan ribu orang memadati jalan-jalan yang dilalui iring-iringan kendaraan pembawa jenazah. Mulai dari Wisma Yaso (kini Museum Sejarah ABRI Satria Mandala) di jalan Gatot Subroto hingga Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma. Demikian pula di Blitar, ratusan ribu massa berdatangan dari berbagai penjuru. Tidak hanya dari Blitar, tapi juga dari kota-kota lain di Jawa dan Bali. Banyak terlihat rakyat menangis sepanjang jalan. Malah di beberapa tempat rakyat laku ndodok (berjongkok) begitu saja di pinggir jalan saat jenazah Soekarno lewat di hadapan mereka.
Jadi, meski Soeharto beruntung wafat di zamannya sendiri -apalagi SBY adalah yuniornya- toh ternyata itu tidak membuatnya mampu menandingi kharisma Soekarno yang dikhianatinya. Pelajaran dari hal ini adalah, sebesar apa pun nama manusia semasa hidup, toh saat mati tak kuasa lagi ia mengaturnya…
https://lifeschool.wordpress.com/200...-dan-soeharto/
Salah. Pertimbangan Pak Harto makamkan Soekarno di Blitar adalah karena ada makam ibunya.
0
Kutip
Balas