Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lerakcliffheatAvatar border
TS
lerakcliffheat
A Book Under the Blue Sky
Hallo Esefteha!

Kali ini gue gak akan share cerita tentang detektif Karl. Gak kok gak (Lagian udah tamat juga).

Ketika gue lagi duduk bengong di dalam asrama, salah satu teman kamar gue bertanya "Man, gak buat cerita lagi?". Gue jawab "Gak lah. Gak ada inspirasi." Untuk beberapa saat dia terlihat seperti berpikir, kemudian dia kembali berbicara. "Gimana kalau lo ceritain kisah lo aja sama mantan lo yang udah 'itu'." Spontan gue bilang "Enggak ah. lagian juga itu udah masa lalu."

"Tapi bagus banget man kalau dibuat cerita" Kata dia.

Gue berpikir. Iya juga ya, gue memang punya kisah cinta yang menarik yang gue pendam sendiri selama ini. Tapi gue gak bisa buat dalam bentuk cerita yang sesungguhnya karena belum dapat persetujuan dari pihak yang bersangkutan, Oke, gue akan buat dalam bentuk fiksi dan akan sisipkan sedikit - demi sedikit kisah gue sama orang yang gue sayang.

Cerita yang mengisahkan tentang persahabatan
Cerita tentang balas dendam
Cerita tentang 2 orang yang berbeda filosofi hidup
Cerita tentang apa arti cinta di mata kita.
Cerita tentang kehilangan

So, i hope you will enjoy this story.

Happy Reading!

Quote:


Quote:
Diubah oleh lerakcliffheat 07-09-2014 22:48
anasabila
anasabila memberi reputasi
2
41.1K
279
Thread Digembok
Tampilkan semua post
lerakcliffheatAvatar border
TS
lerakcliffheat
#56
Hampir (Part Three)
“Lo tau darimana?” Tanya gue
“Kan Cia juga cewek bang! dihh..”
“Lo? Cewek? BAHAHAHAHAHAHAHAHA…” Tawa gue.
“Ih. Kok ketawa bang!”
“Ya iya! Lo fisik doang cewek! Tapi sifat? Mana ada sisi cewek itu keliatan”
“Ih… Bang Dave… Jahat!!” Cia mulai mukulin badan gue
“Ciaa!! Sakit!!!”
“Masa bodo!!!”
“CIAAA!!!!”

Malam itu diakhiri dengan badan gue yang babak belur karena pukulan-pukulan maut dari Cia dan kita sama-sama ketiduran. Tapi gue dapet satu pelajaran penting dari Cia. Gak butuh kekerasan untuk melawan hal jahat. Yang dibutuhkan adalah kebaikan. Kebaikan yang berasal dari hati.

><><><><><

Hari ini gue bakalan coba sekali lagi untuk bisa deketin Angel apapun resikonya. Gak peduli walau nanti reputasi gue harus berantakan, yang penting gue harus bisa mengakhiri rezim jahanam Angel! Gue gak tega liat Putri disiksa terus. Begitu jam istirahat, gue langsung ke kantin buat nungguin Putri yang sebentar lagi bakalan keluar dari keramaian di kantin dengan membawa banyak makanan. Sementara Stanley sama Darwin standby di atap sekolah.

“Dave. Siap. Sebentar lagi Putri bakalan keluar dan kita gak boleh gagal.” Kata Stanley dari HT.
“Sip! Dia udah keluar dari keramaian tuh!” Tambah Darwin.

Seperti hari-hari kemarin, Putri yang keluar dari keramaian pasti terjatuh dan gue selalu siap buat nolongin dia. Ini udah yang ke empat kalinya gue nolongin dia. Dan seperti biasa juga, dia bakalan lepas pelukan gue dan bilang terima kasih karena udah nolongin dia. Tapi kali ini ada yang berbeda. Gue gak balik badan. Setelah dia jalan agak jauh, baru gue buntutin dia. Melewati lapangan, GOR, dan pada akhirnya berhenti di taman bekalang sekolah. Gue gak ngerti kenapa Putri harus muterin satu sekolah cuman buat ke taman di belakang. Padahal dari kantin ada jalan potongnya. Ya, gue gak terlalu mikirin itu. Mata gue sekarang fokus dengan dua orang yang berada cukup jauh dari gue. Dua orang itu perempuan. Itu Putri dan Angel. Gotcha!

“Dave. Hati-hati ya. Gue rasa Angel ada feeling tuh kalau ada orang lain yang ngikutin Putri.” Kata Stanley
“Iye. Pasti. Gue pasti hati-hati kok!” Jawab gue.

Secara tiba-tiba, Angel menunjuk kearah gue dan berteriak “Siapa disana!”. Gue panik setengah mati. Aduh, ini harus gimana? Gue harus ngapain? Aduh gawat!!

“Dave! Dengerin gue! Jangan sampe lo keluar sampe dia teriak untuk yang ketiga…” belum sempet Stanley nyelesain kalimatnya, Angel teriak lagi. “Keluar sekarang atau reputasi lo hancur di sekolah ini!” Aduh mati gue. Refleks, kaki gue melangkah secara perlahan dan mengarah ketempat Angel berada. Stanley teriak-teriak setengah mati dari HT buat ngelarang gue nyamperin Angel. Tapi percuma, gue keburu takut dan badan gue tanpa gue sadari bergerak dengan sendirinya. Sekarang gue tepat dihadapan Angel. Tatapannya masih tajam dan dingin.

“Mau lo apa, mesum?” tanya Angel.
Gue bingung mau jawab apa. Aduh, gue harus bisa mikir cepet! Tapi apa?! Apa?! Pandangan gue arahkan ke Putri dan… Gue dapet ide!

“Memangnya kenapa Angel?” Tanya gue dengan lembut.
“Cih. Sekali lagi gue tanya. Mau ngapain disini? Gak usah sok lembut gitu deh.” Gue bisa merasakan keangkuhan dan ketidaksukaan dia terhadap jawaban gue di setiap kalimatnya.

Gue memang sengaja gak mau kasih jawaban yang kasar karena gue tau itu hanya memperkeruh suasana. Gue inget perkataan Cia semalem, harus jadi baik. Sekarang, mari kita coba.

“Gue gak boleh yah kesini? Gue cuman mau liat keadaan Putri aja kok. Sekalian mau ngeliat lo… Angel.” Adoh. Ini jawaban rada konyol. Khamtek.
“Udah gue bilang sama lo. Jauhin Putri. Masih gak ngerti juga?” Kini nada kesal mulai terasa.
“Gue gak bisa Angel. Gue gak bisa. Karena gue… Gue…” Gue sengaja tahan kalimat ini karena gue mau Angel yang jawab.
“Suka sama Putri? Cih. Dasar mesum.”
“Lo sendiri yang bilang. Bukan gue.”
“Gue bilang ya sama lo. Lo gak bisa…”
“Mba Angel… Itu makanannya gak mau di habisin dulu?" Tanya Putri.

Makanan? Jadi… Makanan ini, semua makanan ini punya… Angel? Tiga bungkus nasi goreng, dua mie ayam dan dua eskrim magnum ini, punya Angel? SELERA MACAM APA INI! PEREMPUAN MACAM APA DIAAA!!! Bener-bener, Angel from Hell. Gak salah gue kasih julukan itu. Pas dengan selera makannya yang kayak orang baru bebas dari neraka dan kembali ke bumi.

“Oh… Jadi makanan ini punya Angel? Wah wah wah. Selera makan lo gede juga ya.” Kata gue.
“Berisik. Mesum.”
“Hmm… Bukannya mau sok baik, tapi…” Gue mulai mendekatkan diri ke Angel dan memegang tangannya. “Kalau lo makan sebanyak ini, lo bisa sakit nantinya. Kalau lo sakit, semua bakalan repot bahkan Putri sekalipun.” Kali ini tangan kanan gue mulai memegang pipinya. Entah ini dorongan dari mana, tapi secara gue melakukan semuanya secara refleks. “Gue gak mau lo sakit, Angel. Tapi gue janji…” Sebelum gue menyelesaikan kalimat gue, gue pegang kedua pipinya dengan kedua tangan gue, setelah itu gue menyelesaikan kalimat terakhir. “Gue janji gue akan ada disamping lo ketika lo sakit. Bahkan, gue yang akan ngerawat lo, Angel.”

Pipi Angel seketika berubah menjadi merah. Tatapan dingin nan jahanam hilang berganti dengan tatapan yang seakan tidak percaya kalau ada cowok yang berani seperti ini di depan dia. Matanya berkaca-kaca, namun dia bertahan untuk tidak menangis. Gue lalu melepaskan tangan gue dari kedua pipinya, berbalik badan dan mulai berjalan pergi meninggialkan Angel yang masih diam terpaku.

“KEREN! Lo keren Dave!!! Naluri lo main banget!” Teriak Stanley dari HT.
“KEMENANGAN!!! YEAHH!!” Tambah Darwin.
“Iya. Ini kemenangan pertama kita. Next, kita hancurkan dia melalui kencan. Gue siap buat hal itu.”
“YA! Ini hebat! Great job, three knights!”

Gue yakinkan dalam hati gue bahwa sebenarnya mudah menaklukan Angel. Gue hanya butuh kesabaran, niat dan hal yang disebut dengan perhatian. Ya, Angel mulai mencair seperti es yang terkena terik sinar matahari. Pelan tapi pasti, dendam gue hampir terbalaskan.

><><><><><
Diubah oleh lerakcliffheat 15-09-2014 01:24
0