Selama mengunjungi laboratorium NCREE, rombongan UPH diberi kesempatan melihat protipe sistem bangunan tahan gempa sistem base-isolation yang telah dikembangkan oleh mereka. Prinsip bangunannya adalah bangunan atas dan bangunan bawah terpisah secara struktur, sehingga ketika terjadi gempa yang getarannya merambat dari tanah ke bagian bangunan bawah tidak diteruskan ke bagian bangunan atasnya. Karena tidak ada getaran gempa yang diteruskan ke bangunan atas maka secara teori sistem tersebut dapat menghasilkan suatu sistem bangunan tahan gempa yang sangat efektif. Jadi ibarat seperti pepatah lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Untuk membuktikan bahwa teori tersebut benar dapat digunakan maka laboratorium NCREE membuat prototipe bangunan dalam skala penuh untuk nanti dapat dipergunakan juga sebagai salah satu gedung kantornya. Bangunan tersebut dibangun tepat disamping gedung kantor pusat NCREE, di dekat kampus NTU, Taipei. Kami mengunjungi gedung prototipe tersebut dengan diantar oleh prof Shyh sehingga dapat diperoleh penjelasan yang menyeluruh.
Bangunan bertingkat pada Gambar, sepintas akan terlihat seperti bangunan tinggi yang lain,seperti halnya juga di Indonesia. Tetapi ternyata itu merupakan prototipe skala 1:1 bangunan tahan gempa dengan sistem base isolation. Keunikan bangunan tersebut dibanding sistem serupa yang telah dibangun, adalah bahwa isolasi atau pemisahan struktur atas dan struktur bawah bangunan tidak berada di bawah, di level pondasi sebagaimana biasa, tetapi berada di lantai dua. Jika diperhatikan dengan seksama maka lantai dua pada bangunan tersebut memang terlihat kosong. Fungsi lantai tersebut hanya digunakan sebagai lokasi penempatan base isolation dan kesananya tidak bisa diakses melalui lift atau tangga terbuka, tetapi tangga dengan pintu khusus terkukunci. Karena bersama dengan prof Shyh maka sistem isolasi yang digunakan pada gedung dapat diketahui.
Hal yang berbeda pada lantai dua gedung itu adalah bahwa lantainya benar-benar terlihat kosong dari fungsi lantai bangunan pada umumnya. Lantai tersebut tidak dilengkapi dinding penutup sebagaimana terlihat pada Gambar 9. Jadi keberadaan lantai tersebut hanya dikhususkan sebagai tempat memasang sistem base isolation.
Sistem base-isolation sendiri sebenarnya terlihat biasa-biasa, kecuali yang jelas-jelas terlihat berbeda adalah terlihat adanya semacam dashpot atau shock-absorber besar yang terpasang pada arah horizontal dan ditempatkan pada arah yang saling tegak lurus. Dashpot yang dimaksud terlihat pada Gambar 9 di atas. Adapun base-isolation-nya sendiri ditempatkan pada kolom, lihat kolom di sebelah kiri dengan bentuk lekukan yang merupakan penutup dari sistem isolasi struktur-nya. Adanya isolasi tersebut maka kolom hanya bisa meneruskan gaya aksial dari atas ke bawah. Dengan demikian maka gedung secara teori dapat bebas bergerak pada arah horizontal, sebagaimana arah getaran dominan gempa yang mungkin terjadi. Perhatikan pada gambar, bahwa pipa-pipa M&E juga dibuat terpisah (tidak menyambung), sehingga ketika bagian bawah bangunan dan bagian atas bangunan terpisah maka pipa-pipa tidak mengalami kerusakan.
Jadi ketika terjadi gempa, ada getaran arah horizontal yang bergerak dari tanah dan diteruskan ke bagian bawah bangunan, karena adanya sistem base-isolation tersebut getaran gempa (arah horizontal) tidak diteruskan ke struktur atas gedung tersebut. Karena tidak ada getaran gempa yang diteruskan maka jelas tidak ada gaya-gaya yang harus ditahan oleh struktur tersebut. Itu artinya, struktur atas terbebas dari gempa.
Adanya shock-absorber atau dashpot adalah memastikan bahwa bangunan atas dan bangunan bawah ketika terjadi getaran horizontal akibat gempa masih tetap dapat kembali pada posisi awalnya secara halus. Bayangkan saja cara kerjanya seperti shock-absorber mobil ketika melewati jalanan bergelombang.
Karena gedung prototipe di atas juga digunakan sebagai sarana pembelajaran, maka di lantai tersebut juga dipasang prototipe sistem base-isolation yang dalam kondisi terbuka untuk dapat dipelajari, seperti terlihat berikut.
![]()