santri asal malaysia aja sampai 400 orang. belum yang dari negara lain dan dari warga indonesia. baru tau saya ada ponpes sebesar itu di magetan.
kohgreen kalo emang gitu, harusnya ada peningkatan rawat jalan/rawat inap bahkan kematian di bali. nyatanya gak ada berita lonjakan orang sakit atau orang meninggal. entah karena yang sakit gak mau datang ke puskesmas/klinik atau memang jumlah OTG gak sebanyak yang dikuatirkan.
cepute nah itu... kalo penerbitan obligasi itu untuk menarik dana dari warga jepang, dan kemudian dana yang terkumpul dibagikan lagi ke warga jepang melalui skema mirip BLT, artinya kan awalnya warga jepang itu masih punya uang dan tanpa BLT-pun masih tahan
padahal utang jepang terhadap gdp-nya itu paling besar sedunia, sekitar 238%. ibaratnya setahun punya penghasilan 1 juta tapi utangnya 2.38 jt. gitu kok mau bikin surat utang lagi.
gw rasa data jumlah kasus, jumlah kematian, dan jumlah recovery yang dilaporkan masing-2 negara gak ada yang valid, selama belum ada standar pelaporan. di beberapa negara mungkin cukup pake rapid tes untuk menentukan kasus positif, tapi di negara lain mesti pake tes pcr. untuk jumlah kematiannya ju
endh0g bagi orang sekarang masih bisa mengelak, gw sendiri jg ogah diimplan microchip ditubuh gw. tapi bagi anak-2 yang baru lahir saat ini, mungkin gak bisa mengelak dengan perkembangan teknologi 20 tahun kedepan. seperti saat ini ketika kita melihat orang umur 20-30 an tahun tapi cuma mau pake hp
yap betul... mungkin 20-30 tahun dari sekarang, implan microchip sudah umum dilakukan, karena fungsinya bukan cuma untuk nyimpen data, tapi juga dilengkapi sensor-2 yang bisa membaca detak jantung, tekanan darah, kadar gula, kolesterol, dll. microchip ini terhubung ke smartphone yg 20-30 tahun lagi
kalo buat makan orang jakarta, sehari juga habis bre... coba itung, kalo sehari makan 3x, sekali makan 10rb, berarti 1 orang 30rb/hari penduduk jakarta 10 juta, dikali 30rb jadi 300 M per hari. makanya kalo jakarta mau lockdown total, siapin dulu itu dananya 300M/hari, kuat enggak apbd dki?
Raditeeya emang yang bisnis si opung ya? gw kira si brewok. gampanglah itu, kita kasih uang keamanan 10% dari keuntungan
mumpung lagi murah bre... kita patungan beli minyak mentah ke teluk sana, pake kapal yang isi sejuta barrel. buat beli minyaknya modal sekitar 25 juta USD sewa kapal 35.000 USD/hari, anggap 2 bulan sewanya, jadi 2,1 juta USD minyaknya dibawa ke singapur buat disuling, biaya nyuling per barrel seki
yap... betulll... ditempat gw minggu kemarin pasar-2 dibatasi jam bukanya, tapi sekarang udah normal lagi, padahal sebenarnya aturan pembatasannya belum dicabut. cuma sekarang dipasar jadi banyak dipasangi tempat cuci tangan... baguslah biar orang-2 pasar jadi lebih jaga kebersihan. yang kasihan ...
buncitbubar mungkin itu barang brand amerika tapi buatan china, jadi wajar kalo mintanya USD. tapi kalo brand china dengan teknologi china dan buatan china harusnya patokan harganya bukan USD tapi RMB. ini bukan di level pedagang ya, tapi di level produsen.
faizarhabdg sepertinya nanti pada saat negara-2 mulai pulih dari covid dan industri/perdagangan mulai normal, USD bakal mendapat tekanan paling besar, karena saat ini orang-2 yang biasa pegang saham, menahan investasinya dan menyimpan dalam bentuk dollar atau emas. nanti ketika pasar saham mulai ...
juancoe kalo rupiah menguat terhadap dollar sih, kayaknya gak juga. cuma harusnya gak terlalu terpuruk seperti sekarang ini, karena kalo acuannya korban terparah covid-19, harusnya amerika dengan dollarnya yang paling terpuruk.
buncitbubar itulah makanya.... harusnya kalo ekspor impor misalnya antara Indonesia dengan China, cukup IDR dan RMB aja yang dipake, ngapain USD ikutan
justru gw melihatnya USD ini agak anomali. ditengah keterpurukan ekonomi dunia yg merata di semua negara dan turunnya harga minyak dunia 50% lebih, kenapa dollar malah menguat? seperti kita tahu, perdagangan minyak dunia itu termasuk salah satu yang mem-backup nilai dollar. apalagi menurut kabar, t