Saat melihat sungai mengalir Aku melihat aku Kadang mengikuti arus Kadang melawan arus Melihat sungai mengalir Aku juga melihat kamu Jauh berada di depan Tersenyum dan tertawa Melihat sungai mengalir Aku kadang ingin berhenti saja Berjalan ke tepi Menunggu hingga waktuku tiba Melihat sungai meng
Kaki kecilmu berlari Kau tersandung dan terjatuh Sendalmu kebesaran Cemberut kau bangun Sekali lagi kau berlari Sekali kau terjatuh Kau terlihat heran Perlahan kembali bangun
Siapakah aku? Mengapa aku ada? Apa tujuanku? Dari sejak remaja hingga hari ini, aku masih berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Aku jauh dari sempurna, aku penuh kealpaan. Setiap hari rasanya semakin jauh dari tujuan. Dapatkah aku berhenti dahulu? Melihat kembali, sejauh
Bunyi BIP.. BIP.. BIP.. menyadarkanku Aku bangun dan melihat layar Sambil terbatuk-batuk anakku menangis 39,4 Kucoba hentikan tangisannya Merayu agar mau tidur lagi Cepatlah sembuh kawan kecilku
Malam tadi aku memimpikanmu. Padahal kau ada disebelahku. Terbangun lalu ku tarik sarung di kakiku Angin dini hari menembus celah-celah bangku Sudah dua hari perut ini tak dapat nasi Kau pun sama, hanya minum air agar supaya si kecil tetap dapat susu Aku kerap bertanya mengapa jadi begini? Menga
Sebuah renungan awal tahun Di satu tempat di Jayagiri, kaki gunung Tangkuban Parahu Menyadarkanku Manusia memang berubah Tapi berubah jadi lebih baik Atau jadi lebih buruk? Dengan segala kemajuan teknologi dan zaman Mengapa masih saja terjadi masalah kemanusiaan? Mengapa yang kaya semakin kaya,
Sungguh sulit jadi pejalan kaki. Haknya termarjinalkan oleh para pengguna kendaraan bermotor. Sungguh sulit jadi pejalan kaki. Saat hendak menyeberang kudu bertarung dengan klakson. Sungguh sulit jadi pejalan kaki. Hendak sehat malah menghirup asap knalpot. Kecuali waktu shubuh atau tengah malam
Sebuah lingkaran bermula dari satu titik hingga berakhir di titik semula Awal - akhir yang sama Namun setelah lingkaran itu jadi tidak bisa kita melihat mana awal, mana akhir dari sisi yang manapun bisa jadi itu adalah awal bisa jadi itu adalah akhir Kehidupan pun demikian di satu hari kita mengaw
Kunang-kunang turut menari Menari riang di malam hari Hari sepi telah berganti Berganti rupa para dewa-dewi
Lelah menanti di penghujung waktu Bertanya apakah sudah cukup usahaku? Waktu hilang takkan terganti Namun terus kusia-siakan hingga kini Simpan tenaga untuk hari baru Segala kejadian tak ada yang tahu Setiap rencana kuteliti Sayang hanya jadi bahan mimpi Terus aku mengusikmu Dengan keegoisan dan k
Berulangkali memimpikanmu Berharap dirimu baik-baik saja Sulitnya bertanya langsung padamu Biarlah aku simpan sendiri saja
Walaupun lelah Aku tak mengijinkan beristirahat Pening, haus, dan lapar tiba seperti wabah Aku harus kuat! Ketika teman-teman berhenti dan mengalah Aku jadi ragu apakah aku masih kuat? Ijinkan aku bersandar hanya padaMu, bolehkah?
Sekelompok anak-anak berkeliling menabuh bedug dan kendang, sambil berteriak sahur ... sahur ... sahur ... sahur Tak lama masjid-masjid bersahutan juga berteriak sahur ... sahur ... sahur ... sahur Anakku pun terbangun sambil menangis Terkaget karena teriakan-teriakan tersebut Mungkin juga akib
Ingin menghentikan waktu Agar aku bisa berlama-lama melihatmu Agar aku bisa menyelesaikan semua tanggung jawabku Ingin menghentikan waktu Agar rehat sejenak pikiranku Agar aku dapat merangkai keberanian untuk menyatakan perasaanku
Tak kenal menyerah Karena menyerah hanya untuk yang lemah Buat apa susah Buat apa keluh kesah Tak kenal menyerah Terus berkarya mengukir sejarah Tuhan beri aku arah Agar aku tak tersesat kelak di alam barzah
Mata ini lelah melihatmu Sampai kesemutan jemariku Leher pun pegal menunduk melulu Layarmu seperti candu
Dalam diam aku berdoa Tuhanku ampuni aku Tiada daya aku tanpaMu Tujuh ribu dosa kuperbuat Satu kali bertobat Tujuh puluh ribu dosa kuperbuat Dan aku hanya diam