Bukankah aku dan kamu sama Kita ada sebagai ciptaan'Nya Bisakah kita memandang satu sisi saja Untuk melihat perbedaan Bukan hanya memikirkan ego Tentangmu atau tentangku Kita memang sering berdebat Kadang tak sependapat Tapi tetap memandang ke satu tujuan Dalam misi masa depan
Don't confuse my personality with my attitude. My personality is who I am. My attitude depends on who you are.
Teruntukmu. Yang kerap membuatku jatuh, hingga hati ini sudah tak lagi utuh. Pesanku. Rasa ini masi tetap sama, meski kini kita sudah tak lagi bersama.
Terkadang seseorang hadir hanya untuk dua hal Memberi pengalaman hidup atau, Menjadi teman hidup. —anon
Bagaimana bisa kuanggap telah berakhir? Jika memilikimu saja aku tersandung pada kata ‘hampir.’ Dan bagaimana bisa kupastikan semua telah selesai? Bila kejelasan di antara kita pun masih terbengkalai.
Yang rupawan seringkali menjengkelkan. Yang manis tak jarang memberi tangis. Yang memesona terkadang membuat merana. Yang gagah kerap kali membuat jengah. Yang mana dan apapun kesemuanya itu, Tuhan berpesan bahwa tak selamanya bahagia berbanding lurus dengan penampilan.
Di ujung malam aku bertanya, kapan pagi menjelang? Aku ingin menyimpan mimpi-mimpi yang kupunya, agar cahaya mentari tak membakarnya.
Setidaknya kopiku tak lebih pahit Dari penantianku menunggumu Tapi sudahlah, biarkan kunikmati Semuanya sendiri
Kau tahu apa yg melelahkan dari cinta? ...saat kita mulai melihat betapa apa yg selama ini kita yakini hanyalah kekeliruan...
Cahaya mencipta bayangan, sedang gelap melahirkan wajahmu. Pada keduanya, aku tak paham duka apa yang mesti kupikul ketika waktu semakin mahal dan cintamu mungkin tak terbeli
Aku hanya mampu berpuisi, tak seperti dia yang berani mengungkapkan isi hati. Tapi asal kau ketahui, aku orang yang tak mudah mengumbar janji.
Langit sedang mendung, tapi matamu sudah hujan. Cuaca pagi ini memang membuatku enggan pergi, terlebih yang menujumu.
Lagi, dan kini menjadi yang lebih dalam tersihir rayuan. Tersadar jika langkah kian terbawa dalam detik kesakitan, memaksa berbalik arah meski harus memijak bara api yang menghanguskan.
Ada seseorang yang bersedia memanjangkan akan sabarnya, demi seseorang yang amarahnya lebih unggul atas perasaan yang ia namakan; sayang.
Lantas, apa yang menjadi alasanmu Selaku tidur larut malam? Memikirkannya? Percuma. Dia ingat saja tidak
Sudah sejak lama aku tak melihatmu. Dan kini semua terasa biasa saja. Tak ada jantung berdebar atau nafas tersengal. Semua berlalu cepat.