Kan aku sudah bilang Kalau mau jauh - jauh jangan datang Hari, minggu lalu bulan Buat menunggu dirimu pulang Langkah pertama mu dikota ini Kebanyakan di pagi Kadang tersenyum tipis Tersirat lelah akan perjalanan Bising bising laju kereta malam Lalu mengantar dirimu sayang Kembali mengadu d
Aku tiba-tiba saja sudah lelah Sudah mau menyerah Menghadapi mu Aku mau-maunya masih tersenyum Masih bertahan Sedang kamu yg entah dari mana datangnya, selalu bisa membuat gundah jadi bahagia Tapi esoknya kau buat merana lagi Seperti bunga liar yg kemarin kau petik Lalu hari ini hilang dianta
akankah perjuanganku untuk mendapatkanmu hanya sampai disini ? andai kau tau, bahwa berada dalam posisi ini sangatlah melelahkan bagiku Perjuangan Entah mau kau akhiri, atau lanjutkan lagi Bernafaslah sebentar, berhentilah sejenak Ingatlah awalmu Ingatlah tujuanmu Baru tentukan, mau berhe
Hari ini aku melihat malaikat Beberapa malaikat cantik Rambut lembut Sorot mata tenang Dan senyum itu indah. Bukan hanya satu, aku bertemu beberapa Lentik Lentik bulu mata itu Lembut halus kulit pipi merona itu Ah dia Oh mereka, bukan hanya dia Mungkin tidak bersayap Tapi cukup terang untu
Cinta Apa dengan riuh debaran ini aku cinta Tersenyum kepadaku lalu kutanggapi dari hati apa cinta Mata, dan tiap lekuk bentuk garis mukanya terbaik Terbaik dari yang kutemui selama ini Senyum senyum malu itu Tawa tawa riang nya Selalu suka kunikmati dalam diamku Waktu waktu yang kubuat untuk me
Saat malam berganti pagi Seperti saat ini Aku selalu rindu akanmu Tapi rindu sesak sangat menyesakkan Menyebalkan membuat marah Tapi menangis aku. Saat malam berganti pagi Seperti saat in Kau malah berubah, lalu pergi meninggalkan apa yang kau ajarkan sendiri Menuduh aku angkuh Mendusta aku rapuh
Angin yang terbalut embun menyentuh tipis senyum ini Kukayuh makin segera ku kayuh Beberapa orang lalu kutemui Pagi, pagi yang indah sekali Dekat semakin dekat kusandarkan Langkah lari - lari kecil menuju pintu itu Pintu Barat stasiun ini, Pandangan mata segera mencari Siluet - siluet tipis kugab...
Senja masih saja suka warna kuning Biru biru tua, sedikit bening Angin yang membawamu Aku yang menunggu Senja masih sama Begitupun kerinduan ini Masih saja bernafas melewati rongga - rongga nyawa sanubari, lalu menujumu Selalu menuju mu Biar tau rasanya rindu Harus jauh sejauh ini Biar dekat t
Senyum tawa masih disana Hanya fana tak tersentuh Ingin kucumbui tiap jengkal nafas Lalu kuiringi tiap kaki langkah - langkah mu, lalu kupeluk Kudekap rapat Lalu kamu mau apa? Rasakan saja cinta ini Nikmati tiap rasa ini Biar lembut mengalir dalam sanubarimu sayang Tetaplah hangat Tetap lek
Dunia saat ini Mentari masih sembunyi-sembunyi Dibalik beberapa puncak berliku Masi terlalu dini Enggan sepertinya Embun masih ingin diudara Dedaunan hijau, beranjak tumbuh Siap menerima Tanah masih basah Cukup licin untuk pijak jalan Dan langit terhanyut suasana Pagi bersama akan tiba
Aku jatuh cinta pada hujan Setiap hari Setiap jatuh padaku Setiap rindu Hujan membawa senyummu Mengingatkan kesabaranmu Beberapa kenangan, bagian demi bagian kita dulu Dibawah hujan kita berjalan Saling memberi senyuman Saling meyakinkan Bahwa kita bisa pulang Kamu masih ingat? Di huj
Aku diam Mata terarah pada satu lampu jalan Bersinar, menyoroti si putri hujan Besar kecil tiap tetes ku genggam Tak ingat Tak mengingat Sudah berapa ribu jatuh menimpaku, ah sangat indah Tiap titik, tiap tetes, dan tiap Kugenggam Membawa rasa tersendiri, membuat ku sejenak hilang sunyi Da
Hari - hari menunggu Desember, adalah hari paling hati-hati yang kupunya Entah apa yang terjadi esok seperti tak kuduga sebelumnya Semua satu per satu tugas mulai kubuat selesai Satu per satu tanggung jawab mulai terjamah Rasa dewasa ternyata tak sederhana yang dikira Ya, aku dia dalam cinta Memang
Saat logika lebih suka menggurui, hati melemah, tergoyah Banyak waktu lari - lari Aku masih suka menunggu sendiri Dan biarkan dia muncul, memberi pencerahan Memberi ketenangan Memberi cinta Karna ku percaya kan berakhir indah 18.11.16
Entah sudah berapa kali aku bersama jarak Menjalin cinta, menyusun kepingan asa Rindu - rindu yang untuk mu, ku titipkan sejenak pada jarak Rasa kesakitan karna diam, karena hanya diam, karena hanya bisa diam kupendam sendiri Apa mau tau jarak? Sedihku karna ucapan mu, terasa kutancapkan sendi
Aku menamaiku teman, dia saudara Dia seorang pria Penuh perhatian, Ramah pacar mata, lembut akan senyum Pendengarku, Aku pendengarnya, Dibalik kepala per kepala selalu ada Dekat di sekitar, tapi hanya lewat kata tertulis, Jika terucap lalu pria tadi beda, Entah malu atau seperti apa, Hmmm
Kita memang beda Tak cukup berlembar-lembar tuk kisah kita Saudara, bukan hanya sedarah Sekisah lalu saling sayang Teman, kita bisa saling tarik lalu dorong Tapi memilih untuk bergandengan adalah sebuah jalan Biar tak selalu sejalan Dukungan takkan pernah putus saling diberikan Hai teman, su
Kami hari ini, bukan sepasang remaja pemuja cinta, penikmat rayu nan manja lalu menjelma Dia hari ini, masih sama, seperti dia yg selalu kucinta, dengan tutur kata tegasnya, dengan semua pemikiran lugasnya Aku hari ini, tidak bisa selalu meminta waktunya, namun slalu masih bisa memberi beribu wak
Aku selalu merindukanmu Lewat angin yang kutiup Lewat hujan yang tak sengaja jatuh di atapmu Aku merindukanmu, sebagaimana kapal merindukan pelabuhan... Meski ia selalu bersama laut samudra Aku terbangun dan merindukanmu lagi Segera pulang Aku menanti 3.11.16