Akira menatap cermin dengan marah. Memar yang dibuat karena hajaran Harada kemarin masih membekas di wajah, membuatnya cukup repot menjawab pertanyaan hantarannya. Ia adalah karyawan Carrier yang memegang divisi manusia. Yang ia antarkan adalah manusia dari berbagai golongan. Bayi sampai orang-tu...
"Kenapa, Mikkan?" Teguran itu membuat Mika menarik wajahnya yang barusan menempel di kaca mobil. Mogi-sensei menyetir dengan kecepatan rata-rata yang diijinkan, tapi mereka sudah berbelok di persimpangan jadi meski menoleh pun ia tidak akan bisa melihat pemandangan satu menit lalu. Seki...
Habitual Liar. Orang yang punya kebiasaan berbohong dari hal kecil sampai hal besar, nyaris tanpa disadarinya lagi. Taro membuka ponsel, mengirim mail sekali lagi pada Akane. Sejak kejadian kemarin gadis itu sama sekali tidak bisa dihubungi dan rumahnya juga selalu tertutup. Tidak ada yang menjaw...
"Selamat siang." Kyou melangkah memasuki lobi, puas melihat Akira tidak mengenalinya. Kalau saja dalam kepalanya ada sedikit otak, samaran instan ini tidak akan bisa mengelabui. "Siang." Yoshida mengangguk mengenalinya. "Habis bertemu Nagi?" "Ya, ada Yuki-san ju...
Tidak banyak hal baru didapat dari informasi dalam ruang arsip. Divisi Inspeksi sudah memilah dengan cermat semua yang diberikan. Kyou meninggalkan ruangan itu, mengabaikan tatapan mengharap Nana dan suara batuk Nagi yang makin menjadi. Sekilas ia bisa mendengar suara pria kurus itu memerintahkan...
Divisi Audit dan Inspeksi punya tiga anggota inti; Yoshida sebagai kepala sekaligus salah satu kepercayaan Yamato, Nagi dalam Inspeksi, Harada sebagai bagaian Audit. Berada dalam pengawasan ketiga orang itu, khususnya Nagi, sudah membuat penglihatan Nana jadi jeli. Ia tidak pernah melewatkan deti...
Amano Mizuki melingkarkan jari ke rambut cokelat alaminya yang dipotong pendek, menatap Mika dengan senyum tipis di wajah, "ne, Mitty, kamu berantem sama Kyouchan, kan?" Mitty adalah panggilan kesayangan dari dua kakaknya. Panggilan itu hanya muncul kalau mereka sedang ingin membujuk Mi...
Gawat. Hanya itu satu hal terpikirkan di kepala Akane ketika melihat wajah Yamada Taro sekarang. Biasanya Taro terlihat manis dan kalem, penuh perhatian. Tapi wajahnya sekarang jauh dari semua ekspresi itu. Warna mukanya merah padam, kedua alisnya yang tajam melengkung naik dengan marah. "Ka...
Ketika Nagi mengundangnya makan siang bersama, Kyou sudah menduga apa yang akan mereka bicarakan. Restoran keluarga tempat mereka bertemu tidak jauh dari rumahnya, hanya berjarak beberapa blok tapi ia tetap membawa motor hitam kesayangannya dan memarkirnya di luar. Nagi mengangkat sebelah tangan ...
Sambil mengulum es krim double scoopnya, Mika menunjuk pada gambar poster idol yang ditempel berjajar di dinding toko, "Sacchan, dulu kamu pernah ikutan audisi kayak gitu, kan?" "Yup." Sae melahap crepesnya. "Kalau kamu berhasil, pasti fotomu yang ada di situ." "...
Motor hitam itu punya bunyi lembut, dan selain absennya sticker hiasan pada motor yang biasa menjadi penanda merek, kendaraan itu kelihatan sama seperti motor pada umumnya. Tapi Taro sudah sangat mengenal kendaraan itu beserta pemiliknya sekaligus sampai ke detil terkecil. Bahkan meski motor itu ...
Uang lembur. Jam sebelas. Instruksi itu kembali berputar di kepalanya selagi Kyou memarkir motor dekat pohon sakura mati di lapangan kosong. Seandainya yang akan ia ambil pada jam sebelas ini memang uang lembur sungguhan, Kyou tidak akan terlalu murung. Faktanya istilah itu hanyalah kode. Uang le...
"Diadakan nanti siang jam sebelas." "Pagi." Nana mengoreksi, matanya menatap kerumunan orang yang berjalan sibuk melintasi jalan. Traffic light mengganti warna lampu dengan teratur, menata kendaraan dan manusia yang berlalu-lalang. "Kalau angka di jam sudah ada dua digit,...
"Kamu tahu sekarang jam berapa?" Suara itu bernada rendah, penuh aroma ancaman. Mika menyingkirkan anak rambut yang jatuh menghalangi mata, "Sacchan, dengerin dulu, lima menit aja!" "Langsung aja kali! Kamu udah kehilangan waktu dua menit bicara percuma, Mikkan! Duuh, pe-...
Kyou membiarkan motornya terparkir sembarangan dengan standar samping di garasi. Ia berlari cepat meloncati pot-pot mawar yang ditanam mengelilingi rumah. "Mika, ini aku!" Kyou mengetuk pintu tak sabar. Terdengar suara balasan dari dalam, tidak terlalu jelas karena dibatasi pintu. Kemud...
Nakata Kyou mengintip dari balik helem, melambai dan menyeringai seperti iblis. Lelaki itu mengetuk kaca jendelanya sekali lagi, memberi tanda supaya ia menepi. Taro mempertimbangkan untuk ngebut pergi begitu lampu hijau menyala, tapi kemudian membatalkan sendiri rencananya. Ditilik dari kecepata...