menjemput cita mewujudkan mimpi mengejar ketertinggalan sampai jumpa sementara berpisah dalam jarak semua tetap selalu di tali takdir tenang saja... rangkulan melebar tak abadi selama belum dijelang ajal, rinai haru pasti terseka aku terbang dari kalian nan ku sayang gulirkan do'a, bukan ruahkan
tangan2 itu bercak bercak hitam kuku kuku tak terurus mengepal menjulur lalu membuka 4 lembar rupiah kotor lg kusut kemudian berkata kata seiring tersedu "ibuku msh tergolek lemah usai lahirkan adik,2 hari yg lalu ini sudah sedaya upaya ku ikhtiarkan tapi... tapi... barusan ku saksikan seorang
dan segalanya berayun melaju & nama nama yg ku kenal berderap, ambil langkah berlalu tanpa hingar laksana malam musim dingin nan turun tanpa bintang tak hny sampai di situ....beku turut serta pakukan luka tak kasat netra begitu saja seluruhnya berkesudahan bayangan keagungan memori tertelungkup
Ingin kucoba tuk tersenyum Mengucap selamat berbahagia Bukan tak rela namun tak mampu Tak lagi berharap namun masih ada Sejumput kenangan ini, takkan begitu saja hilang meski kau takkan lagi pernah datang membawakanku seutas senyuman indah… juga lara… sedih… tapi mengerti… Semoga detik de
hujan telah mencurah tetapkah kau tuk menyebrang nak,kencangkan baju hangatmu terbawakah obat disakumu panjangkan dzikir dimana pun sekalipun jangan....pernah takut bila kebenaran yg kau pijak nak,di luar itu pasir di luar itu debu gurun angin kuat sangat melibas hati-hati meretak hatiku bayangka
pergilah arungi jagad titip cerita dariku sepilas raut sibaklah sedih ku melihatnya walau tinggal nama tetap ku sambut pulangmu purnama tetap statis pasti kau tau datangnya tengoklah kisah klasik kita menuansainya ode dan haru basi tuk kita kenangan kita sudah teramat getir kunci rumah tak ka
mudah kah tu dimengerti peluk yg sedetik lalu memuai lamat-lamat jadi pilu kekasih... kembali pd Sang Maha Pengasih terkilat bulir basah di selaput mata setidaknya sabar terasah iman balik menjadi raja tapi tetap insan lemah daku ini golak sedih tetap tindih kalbu lemah milikku ini
semburan ludah 3 kali untukmu untuk masa2 dahulu kita untuk warna2 nan membanjir elok bagiku momen ini berpisah denganmu enyahlah secepat mungkin sebelum sesak diperut, ku muntahkan di wajahmu seringai busukmu palingkanlah itu rasuki ku,rasuki sekulum rasa bersalah pada mata pagi yg sama kt isi dg
satu satu merayap berlalu sisakan nyanyi jangkrik nan bertalu-talu arak2an tak ada lagi mungkin tak kan lg ada derap langkah mereka perlahan justru perdalam sayatan pilu berjalan angkuh tanpa toleh padaku hey,paling tidak jgn kau bawa pergi hingar mayapada terlalu sunyi buatku hey,paling tidak ka...
teruntukmu seberantak sajak ini coba ku haturkan entah kapan entah dimana bersua tanpa diakhiri berpisah berjabat tangan tanpa dibatasi lambaian lengan tertawa berderai tanpa ucapkan sampai jumpa sambil seka titik air mata entah kapan entah dimana butir pasir waktu bs terhenti helai detik berist
lama sekali kutatap dia... sang orang asing bagi mataku derapnya menggantung meraba penuh waspada hah berat kulepas nafas terletup ingin sapa ia sang orang asing bagi hatiku bisik aneh cekat niatku urung sedikit sedikit ku letakkan raga pada kotor trotoar benak serta batin tak henti berkecamuk
terbatuk... seok2 papah belulang lapis kulit kayu kering patuh di bawah pegangan tangan dia butuh apa yang kita panggil, rumah uban beriap ditampar udara bertimah hitam aih...berlomba dengan lalat dan kucing kurap pungut santapan di onggok sisa2 cucuran rinai dari griya tawang sebelah tikar jerami
miskin dan menjadi miskin garis takdir bukan aib bukan kesalahan ujian cobaan teruntuk kalian penggenggam erat gudang harta teruntuk kita semua perasanya cawan kering diam merinding nanti tetes derma sang asing tuk silih berganti punguti puing bahu membahu berdampingan rekatkan pahala sebanding
tuhan... dia terlalu renta dia nyeri oh rabbku... kemana garis keturunannya dimana waktunya menanggalkan beban terseok hujan juga kemarau sekedar gelorakan santapan di meja makan entah ada yg peduli atau simpati mungkin banyak nan tau sebatas wacana dan konsumsi warta jelas mata batin mereka tak te
guruh kisruhkan paruh paruh kumuh terlentang pada tanah landai atap separuh permadani selembar kertas warta dan... hujanlah makhluk2 pengerat keparat berlomba puaskan nafsu di saat sepi dan... hujanlah kaki kotor bergurat kering teruntai menjulur segenggam nasi basi enyahkan entaskan usaha jaga ma
dik cilik wajah cekung menepi kala lantunan takbir menggaung semata wayang dlm pengertian sebenarnya kosong tatap, kosong saku, kosong rongga pencernaan iba tak ia pinta kepalannya hanya melonggar di sesi sesi tengadah do'a dik belum 10 tahun sukacita dlm lipat koran bekas alas sujud pekarangan m
dalam kamar luas sejuk berkilau tetes liur marak mengucur sejalan dengkur makin menguat walau santapan tadi belum sempurna tercerna brrrrrt... beralih sebentar ke depan rumah sosok di muka halaman seperti terusik gerangan kerut apa kusutkan hatinya sang orang asing teruntuk banyak orang mata menga