Tidak seperti biasanya, hari ini Ibu memang membuatkan sarapan yang spesial untuk Dewi. Hari ini hari ujian akhirnya! Hari penentuan apakah ia sudah pantas menyandang gelar Sarjana Kedokteran. Semalam suntuk rasanya Dewi hanya komat-kamit mengucap doa, semoga diberi ketenangan dalam menjalani ujian
Setelah kejadian hari itu, sikap Fandi memang tidak banyak berubah. Ia tetap laki-laki ceria yang senang mendekati kawan-kawan wanitanya, bahkan digandrungi adik-adik kelasnya. Tentu saja yang wanita. Kalau didekati yang sama-sama cowok sih itu namanya hombreng! Sikapnya pun tidak jauh berbeda keti
Sesuai janjinya, Fandi datang ke rumah Dewi tepat jam enam sore. Dewi hanya sedang berdua dengan ibunya. Alvin sedang ke rumah temannya dan Putri tengah les tambahan. Dewi mempersilahkan Fandi duduk di ruang tamu dan menyuguhkannya dengan secangkir coffemix. “Mudah-mudahan kamu masih suka coffe
Fandi menghampiri Dewi yang baru saja selesai melihat pengumuman kapan jadwal ujian akhirnya berlangsung. “Ujian hari apa, Wi?” Dewi menatap Fandi sejenak sebelum melontarkan jawaban, “Hari Selasa. Kamu kebagian hari apa?” “Aku juga hari Selasa, Wi.” “Ooh..aku pikir hari lain, tad
“Betul Wi kamu pacaran dengan cowok yang saban hari antar jemput kamu?” Tanya Fandi penasaran. Rasanya koq tidak percaya kalau mantan pacarnya di awal kuliah itu sudah dapat pengganti. Fandi sendiri sudah punya pacar baru juga, sudah tiga kali ganti bahkan setelah putus dengan Dewi, tapi enta...
“Maaf, Dewi, aku bukan cowok romantis. Habis kau merasa lucu aja kalau harus bawa bunga segala atau baca-baca puisi, apalagi kirim surat cinta. Kayak anak ABG.” Ungkap Darma terus terang saat menyatakan cinta dan menunggu jawaban Dewi. Hubungan yang terjalin hampir enam bulan itu meyakinkannya
“Aku antar pulang, Wi?” Fandi menawarkan diri saat mereka sedang duduk bersama di depan perpustakaan, membereskan laporan kunjungan rumah yang baru saja mereka lakukan. Dewi mengerutkan keningnya. Ada angin apa Fandi ingin mengantarnya pulang? Rasanya setelah mereka putus, baru kali ini Fandi
Dokter Hardi yang menjadi pembimbing mereka dalam kunjungan pasien siang ini membagi kelompoknya dalam dua kelompok kecil lagi. Dewi berdua dengan Fandi dan Gisel, Irna, dan Doni jadi satu kelompok. Ingin rasanya Dewi memprotes pembagian kelompok itu, tapi dia takut. Dokter Hardi kan galaknya nggak
Kunjungan rumah pasien! Itulah tugas hari ini untuk angkatan Dewi. Alhasil, Dewi harus berangkat lebih pagi lagi dari biasanya. Kalau biasanya Darma menjemputnya jam lima lewat tiga puluh menit, hari ini Darma sudah datang menjemput pukul lima pagi. Dewi sudah harus berkumpul di kampus jam setenga
“Maafin ya kalau ibu jadi kayak wartawan begitu.” Ungkap Dewi saat mereka keluar mancari makan di sekitar rumah sakit tempa Putri dirawat. “Tidak masalah. Bagus itu. Ibu mu ingin tahu dengan siapa anak gadisnya bergaul.” “Aku kira Mas jenuh ditanya yang macam-macam sama Ibu.” “Buat
Ketika Dewi dan Darma tiba di rumah sakit, Bu Hanung tengah menyuapi Putri makan siang. Ia buru-buru meletakkan sendok dan menerima uluran tangan Darma. Sejak kapan anak gadisnya punya teman laki-laki spesial lagi? Rasanya setelah putus jalinan asmaranya di semester dua lalu, Dewi seperti tidak i...
Naik motor dari rumah sampai kampus cepat juga. Jam tujuh kurang lima menit Dewi sudah tiba di kampusnya, padahal kalau naik bis, ia butuh sekitar dua jam, itupun kalau tidak macet. Kalau Jakarta lagi ngambek gara-gara si Komo lewat, bisa tiga jam perjalanan dari rumah ke kampus. Kalau saja aku bi
Kurang sepuluh menit jam enam pagi, Darma sudah menanti Dewi di depan rumahnya, siap mengantarkan Dewi ke kampus, sesuai janjinya. Alvin yang hari Sabtu libur tak urung penasaran juga, ada hubungan apa sebenarnya antara kakaknya dengan laki-laki yang sudah dua kali datang ke rumahnya. Alvin memb
Putri tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya saat siang itu laki-laki yang sama datang menjenguknya lagi. Ia tahu, pasti bukan sekedar menengok keadaannya. Kak Dewi-lah alasan utamanya. Tapi kalau Mas Darma masih menemaninya di rumah sakit, Putri, yang hobi baca novel dan nonton sinetron lan...
Dewi sementara membaca buku kuliahnya sembari menemanui Putri yang tengah tertidur siang itu saat Darma mendapatinya di rumah sakit. Buru-buru Dewi meletakkan bukunya dan berdiri. “Koq Mas tahu aku di sini?” Tanya Dewi tanpa bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. “Tadi aku ke rumah, di rumahm
Setelah menyalin pakaian dan cuci muka, Dewi merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Hari ini rasanya lelah sekali, tapi matanya tidak bisa langsung terpejam. Pikirannya masih berjalan ke sana-kemari. Yang dipikirkannya tidak lain adalah kejadian seharian ini. Harus mengantar Putri ke rumah ...
Alvin buru-buru meninggalkan kamarnya dan membuka pintu depan. Dilihatnya Dewi tengah tersenyum sembari mengembalikan helm ke orang yang memboncengnya. “Trims, Mas. Hari ini Mas benar-benar jadi penyelamat saya.” Ujarnya terus terang. Darma tersenyum sembari menerima helmnya kembali, “Jang
“Kamu kuliah di mana, Wi?” Tanya Darma membuka pembicaraan sembari menunggu cappuccino pesanan mereka datang. Kantin di rumah sakit sudah tidak begitu ramai. Jam di dindingnya juga sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Pasien-pasien sudah terlihat mulai banyak meninggalkan rumah sakit. Dew