datanglah sahabat jiwaku dapatkah kau lihat mendung menyelimuti wajahku? apakah kau tahu apa yang membuat hatiku bergemuruh? lihatlah mataku dan akan ku bagi ceritaku datanglah sahabat jiwaku ketika satu persatu jalinan kawan mulai menjauh saat batinku merintih jangan biarkan aku sendiri disaat asa
dikala sepi melandaku entah mengapa bayangmu selalu datang menyapaku padahal aku tahu akan membuka kembali luka itu namun tak bisa ku ingkari jiwaku tak rela melepas segala mimpi benakku bergemuruh mencari asa untuk kembali dan hatiku ingin melukismu lagi semoga masih ada hati saling bicara untuk
http://imgfave-herokuapp-com.global.ssl.fastly.net/image_cache/1331185686753349.jpg luka datanglah hatiku siap menyambutmu telah kubuka lebar ruang untukmu irislah tusuklah remukkanlah janganlah engkau segan sampai habis air mata darah sembari aku mengingat suatu kisah dimana yang seharusnya tak
Untukmu nona yang mengusik jiwa Disini aku berbicara tanpa kata Tanpa suara Hanya berbahasa cinta Ku tulis sebait kata sederhana Tentang sebuah rasa Yang hanya terlantun untukmu nona Sebuah rasa ketakutan akan suatu kehilangan Bukan ragamu Tapi cintamu Seperti ketakutanku akan kehilangan i
Kasihan atau beruntung? Ketika kulihat bocah-bocah itu lebih akrab dengan teknologi Bukan alam atau teman sebaya Bukan tradisi atau budaya - Kasihan atau beruntung? Ketika Bocah-bocah itu lebih akrab dengan alunan cinta bukan bulan atau bintang - kasihan atau beruntung? Ketika bocah-bocah
Bagiku kematian adalah janji Janji yang pasti tertepati Datang menjemput tanpa permisi Dengan anggun mengantarku menghadap Illahi _ Beristirahat atau tidur terlelap? Bagiku sama saja Istilah manis untuk memaknai Dibalik mengerikannya kata MATI _ Aku sadar Dosa-dosa mengisi ruang hati Men
Malam, Ketika matahari tak lagi bertahta Tergantikan oleh kerlip warna lampu kota Aku duduk diujung taman ini Menikmati semilir angin malam yang tenang Perlahan membelai helai rambutku Mendengar nyayian suara percik air Yang menambah dinginnya suasana kota malam ini Seakan semua berbisik rayu
Hari ini emosiku benar-benar memuncak Mengeras Keras Hingga akhirnya membatu Aku ingin menulis secarik gatra Menghimpun kata Kemudian mengalirkan kemuakanku Kemuakan tentang generasi baru yang tidak bisa lagi memegang tradisi ditengah modernisasi Para generasi baru mulai kehilangan timurnya
Disini aku berdiri Sebagai saksi atas terjadinya sebuah ironi Ketika para pemegang amanat hiruk pikuk dengan renovasi Dibawah sana anak-anak sedang berjudi Antara hidup atau mati Menyusuri jembatan pincang Dengan penuh keanggunan Hingga akhirnya mesra menyambut masa depan Tangan kecil nan le
Hai kau orang yang berjiwa lemah Bangunlah Jangan pernah kau menyerah _ Aku tahu Kau kuat bagai batu Tapi kau malu akui itu _ Jangan pernah kau palingkan muka dan tenaga Asa itu selalu ada Semuanya tertulis di depan mata Meski diujung senja
Terima kasihku tertuju untukmu sayangku Kau bangunanku dari pertanyaan-pertanyaan lalu Ketika hampaku merindu biru Kau susun warna-warni dikalbu _ Aku ingin duduk disini bersamamu sayangku Disini . . . . Dibawah naungan bulan merah jambu Merajut benang asa Menyulam rona _ Ketika dingin da
Aku sendiri Sendiri berteman sepi Bersendau gurau oleh hingar bingar kesepianku Angin memelukku dengan dingin Dengan mesra dia merajang sukmaku Kemudian kabut perlahan mulai turun Merangkulku Kemudian menertawaiku Pikiranku beku Keras bagai batu Lelah aku berpikir Apa tujuanku dengan hi
Wahai engkau tuan yang aku hormati Janganlah kau hanya duduk dan menambah pundi Dibawah sini rakyatmu sedang teruji Janganlah engkau pura-pura tuli Bukalah nurani Mereka rakyat, Yang harus kau lindungi Bukan malah kau khianati Mereka hanya ingin menagih janji Janji yang harus kau tepati
Usia tidak membuatku gentar Hujan badai tidak membuatku buyar Panas terik pun sudah menjadi sayur yang hambar Jalanan ini sudah serasa kamar Satu persatu berhenti dimerah Ku dekati Dan aku bernyanyi Melantunkan nada tralala trilili Sembari ditemani jemariku yang menari Lemah gemulai diatas
Wahai engkau pemuda-pemudi anak negeri Aku disini untuk mengapresiasi Mendukung aksi Tapi bukan anarki Aku tahu tujuanmu demi pertiwi namun jangan kau nodai nilai-nilai demokrasi Dimana jatidiri bangsa ini tidak boleh mati Semoga kelak tidak ada lagi anarki didalam demonstrasi karena akan
Semangat juang ini tidak akan mati Akan terus tegak berdiri Melalui berbagai aksi Demikian juga puisi Kata-kataku tidak akan mati Hingga akan berdansa denganmu nanti Wahai engkau yang telah mati Sampai akhir kematian tirani Demi tegaknya NKRI
Entah apa yang terjadi dengan negeri ini Semuanya telah buta Penjajah Penguasa Ah, itu sama saja Wahai engkau tuan yang memegang senjata Sadarkah dengan apa yang kau perbuat? Atas nama kondusivitas, Kau bertindak meninggalkan manusiawimu Tak peduli mereka saudaramu Kau buru mereka sepert