Hari berikutnya, setiap ada kesempatan, selepas dari rumah sakit, gua selalu menyempatkan diri untuk ke kampus, hanya untuk sekedar ‘mengganggunya’. Sekeras apapun ia mencoba menghindar, gua selalu bisa menemukannya. Gua terus mengajaknya ngobrol, walaupun ia sama sekali nggak pernah menggubr...
Di London, gua terus melakukan hal yang sama saat masih SMA. Gua tetap mencoba bergaul, nongkrong bersama teman-teman selesai kuliah, menonton sepak bola atau sekedar bermain game bersama. Ya pokoknya membaur seperti remaja-remaja kebanyakan. Sambil tetap bersembunyi dengan topeng senyum yang pal...
Tuh kan, balik awal PoV dr.Lian,... bisa2 kentangnya pertemuan romantis jadi kentang mustofa nih.. Njirr jauh banget mundur time line waktunya. Kirain langsung dijelasin ternyata masih intro :ngakaks Maap yak
Dunia nggak pernah adil. Pun buat anak sekecil gua. Gua kesulitan melihat, karena darah yang mengucur deras menutupi pandangan. Sementara, Ibu terbujur kaku di lantai kamar sementara Bapak sibuk meneriaki kami berdua dengan stik golf masih dalam genggamanya. Entah darah siapa yang terlihat masih m
Gua terbangun saat ponsel gua berdering. Gelagapan, gua langsung bangkit sambil mencari ponsel. Layarnya menampilkan nama Nyokap. Gua berdehem sebentar, kemudian menjawab panggilan; “Halo, ya Mah?” “Halo cantik… baru bangun ya?” “Iya…Hehehe..” “Kamu nginep di hotel apa di rumah ...
Menit berikutnya, gua berjalan mengikuti pria tadi memasuki halaman luas dengan gedung 3 lantai berbentuk huruf U. “Ini tempat apa sih Mas?” Tanya gua sambil menatap sekeliling. “Didi… Panggil Mas Didi aja…” Ia memperkenalkan diri. “Oh… Tempat apa mas Didi?” “Yayasan, Dik..”...
Gua menelan ludah, mencoba membasahi tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering. “Memang sedekat apa kami dulu?” Tanya gua. “Well… untuk bagian itu kayaknya saya nggak bisa menjawabnya” Gua memejamkan mata lalu mengatur napas. Kemudian mengajukan pertanyaan lain; “Ceritakan tentang dia...
Ya gua tentu saja nggak benar-benar berangkat ke kampus. Buat apa? toh berangkat sekarang pun, gua sudah tertinggal beberapa mata kuliah, jadi tetap bajal sia-sia. Jadi, gua memutuskan untuk langsung pergi ke mall tempat janji temu kami nanti. Alih-alih langsung menuju ke coffee shop, gua langsun...
Bu Lilik, mendongak ke atas sambil memajukan bibirnya, tengah berusaha mengingat. Lalu, menggumam pelan; “Siapa ya namanya; Lian atau Liam gitu…” “Hah?” Gua meraih ponsel dan mulai mencatatnya. Kemudian bergegas kembali ke mobil tanpa pamit ke Bu Lilik. Begitu tiba di rumah, gua langsun...
Gua hanya berdiri, diam. Menatap sosok pria yang namanya saja belum gua ketahui, sosok pria berkemeja putih yang berjalan menjauh ke arah koridor foodcourt. Lalu, hilang ditelan keramaian. Sementara sebuah plastik berwarna putih tergeletak di atas standing ashtray stainless yang berada tepat di s...
“Fira… Besok ketemuan di mana?” Tanya Diana begitu kami keluar dari sanggar. “Janjian di sini aja sih..” Jawab gua merujuk ke sanggar. “Oh, Ok. Berarti kita berangkat bareng dari sini aja ya..” “Iya..” Jawab gua. Besok rencananya kami akan tampil di acara launching single dari s...
Denis mengantar gua hingga ke rumah sakit lain tempat dr. Eko praktek. Rumah sakit yang berada di daerah yang sama sekali belum pernah gua sambangi. Ya maklum namanya juga anak rumahan, yang mainnya paling jauh cuma ke mall. Itu pun lokasinya nggak begitu jauh dari rumah. Begitu tiba di area park...
Setelah kejadian di kedai kopi dekat sanggar. Denis mulai sedikit menjaga jarak, membuat batasan yang jelas antara teman dan orang yang jatuh hati. Tapi, kami tetap menjalin komunikasi, walau nggak intens seperti sebelumnya. Denis pula lah yang kemudian menjadi satu-satunya orang yang bisa menjad...
Gua melempar pena ke dalam laci meja belajar, dan mengambil kamus bahasa inggris di dalamnya. Seketika rasa sakit di kepala menghilang. “Apa karena belum minum obat?” Gua menggumam sendiri. Lantas meraih plastik putih berlogo rumah sakit dan meminum salah satu obat dengan label ‘sebelum mak...
Gua terus bertanya ke Nyokap tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun Nyokap terus menolak bercerita dengan berkelit; “Nanti Mamah ceritain kalau kamu udah sehat…” Ya, sekarang ini gua sudah merasa sehat walafiat. Gua bahkan mulai merasa canggung karena terus berbaring di ranjang rumah sa...
Bang Bon, mohon maaf lahir batin. Besok ada update gak bang Boni?? Mohon maaf lahir bathin untuk om boni, dan pembaca setia diamante semuanya🙏🙏 selamat hari raya idhul fitri Thank you updatenya Bang Boni, Selamat Hari Raya Idul Fitri Happy Ied Mubarok untuk cing bon family n semua pembaca p
Anes mengamuk seperti kerasukan, menghantam kepala gua dengan helm. Saat itu, kilasan ingatan tentang Lian muncul. Gua sadar telah salah menceritakan segalanya pada Anes. Lalu, gelap. Gua terbangun di rumah sakit dengan kepala berat dan kebingungan. Dokter Ricky memberi beberapa pertanyaan, pertan
“Karena jika Fira benar-benar tak mengingat gua lagi, apakah keberadaan gua di masa lalu Fira masih berarti?” Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala. Jika terus memaksa untuk melanjutkan, gua takut malah menghancurkan kehidupannya yang sekarang. Hidupnya yang sudah penuh tawa. Sepertiny...
Gua masih berdiri dalam diam sambil menggenggam erat lukisan yang terbalut lembaran koran. Mata ini masih terus memandang ke arah Fira yang kini semakin jauh, lalu hilang di antara padatnya jalan raya. Ada berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam dada. Satu perasaan yang sudah pernah gua rasaka...