Azizah terbangun. . . . Azizah memeluk bantalnya. Goyah berjalan di lorong rumah. Menghampiri suara gaduh bergema. Azizah membuka matanya. Dilihat cintanya bertelingkah. Saling adu tak mau kalah. Azizah menangis. Batinnya teriris. Lalu apatis. Azizah berbalik arah. Menuju tempat pengaduannya. Ber
Ku masih mengawasimu. Dengan lembaran musim yang baru. Apakah hidup sedang menyeringai dirimu,Puan? Ku harap kau selalu diselimuti ria. Membersihkan rasa, membenarkan mega.
Bimbang... Suasana langsung canggung, tak ada obrolan yang keluar. Hanya sibuk sendiri menutup kesaltingan masing-masing. Ingin rasanya menangis, cuma malu sm jenggot. Sampai keheningan itu akhirnya terpecahkan oleh suara "Pulang yuk..", tanpa ada sedikitpun senyuman. Bergegas kita menu...
Ijin nenda bang, ------------------------------- Kau tahu, rindu tak bertepi Hingga kau pun enggan mengakui Dan kau terus menyiksa diri Dengan khayalan tuk memiliki Mari teman.. Tak usah kau lawan.. Tidak usah menepi Ataupun mawas diri.. Mari menatap rindu bersamaku hingga kita tak sadar kita
laaaahhh... baru sadar km punya rumah disini bang... gak bilaaang :mewek tuan putri hode ijin bertandang ya bang.... :lehuga ------------------ mari menanti tanpa henti menumpuk berlembar-lembar rindu di hati mencoret kalender, hari demi hari meratapi yg pergi meski tau nanti berjumpa kembali argh
Mari, kita tutupi semua ini. Berpura pura pada keadaan yg tak memihak. Sibuknya aku masih menerawangmu, bukan kendala kau melanjutkannya utk berjalan. Biar kurangkai sendiri rinduku ini. Terima Kasih.
Mari, kita tutupi semua ini. Berpura pura pada keadaan yg tak memihak. Sibuknya aku masih menerawangmu, bukan kendala kau melanjutkannya utk berjalan. Biar kurangkai sendiri rinduku ini. Terima Kasih.
Dunia terlalu menikmati senja. Lupa akan fajar jingga yg indah. Entah, kita terlalu menikmati senja yg menyibukan diri. Sedangkan fajar datang dgn penuh imaji.
Sungguh Aku masih kuat jika dicerca bajingan di jalan Aku masih kuat jika angin rindu menghembus kencang di dalam dada Tapi seketika aku lemah, ketika ujung lidah mu mengucapkan kata kata cinta
Aku msh di sini di tempat yg masih sama, tempat para penunggu balasan rasa. seperti biasa, menunggu yg tak pasti. karena ego yg belum berdamai dengan diri sendiri. Aku masih disini, di tempat yg kiranya menjanjikan yg kiranya samar kenyataan tempat dimana aku termakan bualan. Sayang, Aku tak sad