Berandai kau raih pesanku Karena waktu yang hampir habis Ungkapkan saja Biarkan angin bawa pesan yg di rasa Lantunkan saja Biarlah nada rindu terbawa sungai ke samudra Berlari ke arah sepi, sembunyi sampai usai Sesal dan peluh bawakan kelabu kau dan aku Tanpa canda, disemenakan rindu Dibela kam
laki-laki jatuh cinta Kurebahkan naluri pada persemayaman malam. Berusaha terjaga, menjaga semangat yg hampir karam. Lalu kau datang, Duduk disampingku dengan tenang. Kau dekap lututmu dan memandang remang. Dalam diam, kuperhatikan wajah yg tampak bimbang. Dan kita berdua duduk di atas sini. Me
tentang pejuang Elang bersembunyi dibalik ilalang Hujan tertahan dibalik awan Pelangi tertutup bukit nan tinggi Mentari enggan menampakkan diri Tetapi ilalang terlalu membentang Awan pekat hitam bertumpukkan Pun bukit-bukit menukik dikaki langit Juga hari-hari yang ingin pergi dari hadapan mentar
Tak lagi tergenggam Kusempatkan melukis tawamu Dalam pejam yang membisu Membelai memori masa itu Kala kau dan aku, padu Kini ku meggunjing di sudut ruangan Menggenggam erat percik kenangan Meratap sesal, mengucap rindu Kala kau dan aku, satu Asaku berelegi, Bawamu ke ranah imajinasi Membelai po
Yang bersenjata punya kuasa Negeri permai kita ditelanjangi paksa Karna kebodohan, negeri ini dirudapaksa Keserakahan mereka deritakan bangsa Terimakasih puisinya juragan :toast Ane tunggu kiriman selanjutnya... :malu
kau terjaga seorang diri di malam sepi Tapi sepi malam ini tak menjanjikan sunyi Dengarlah... Kekeh wanita yang mengintip di luar jendela Sesekali merintih membawa duka. Bayi kecil yg di gendongnya tak bergeming Diam karna entah ada dimana mulutnya berada Kemudian datanglah sunyi Semilir angin gi...
Bukan karna gelap dan aku tak nampak Bukan karna riuh dan aku tersamarkan Memang kau tak melihatku Memang kau tak mendengarku Aku tak ada... Bukan aku yang berbicara kala itu Bukan aku yang menyakitimu Bukan aku yang menghiburmu Aku tak ada... Tak cuma kala itu Sekarang juga pun aku tak ada Aku ta
ku hayati dalam pejam ketika angin bergerak meniti kenangan membuka lembaran kisah yg dulu bisu satu persatu tirai terbuka adegan demi adegan terpapar samar saat kau dan hujan beriringan saat kau dan bulan saling bergurau saat kau dan senja, dan aku di sampingmu aku diam dalam pejam, mulutku kelu
Dalam diam aku bersenandung Ungkapan angin yang bergemuruh ke segala penjuru Saat ini aku adalah angin Dan kaulah penjuru ku metafora cinta yang ku ungkap adalah diam dalam diam, sejuta rasa tercipta berjuta cinta terasa rasa terimakasih atas apa yang kau ajarkan kecantikan yang kau sajikan keang...
Rintik hujan malam ini tampak bisu Terlihat jelas rima tak menentu Jatuh begitu saja tanpa tujuan Terhempas ke tanah tanpa kenangan Ku guratkan cerita tentangnya Kisah hampa sebuah pengabdian Tak ada suka duka di dalamnya Cinta yg kadang ternoda harapan Lumpuh angan dibuai takdir Katanya, ikhlas
Aku memperhatikannya bukan untuk kali pertama Seraut wajah dengan tatapan tajam yg memukau Ya, aku terpukau olehnya Sorot dingin dari paras sang bidadari Ia berpendar diantara yang lainnya Seperti setangkai mawar biru di padang rumput Wanginya menyeruak dengan eksotisnya Menusuk indera penciuman
keep intens aja gan, tapi jangan terlalu menggebu gebu. yang penting doi tau kalo agan berharap ama doi. lagian juga kan doi keknya udah kasih kode tuh.
Kutangguhkan harapanku pada sebait do'a yang mengalun renyah di tengah malam Kata demi kata berhambur seiring butiran air mata yang sedari tadi meranggas di pelupuk Menyiratkan sujud dari hati yang terdalam ketika langkah beranjak bimbang Entah sejak kapan naluri mulai goyah Dengan kaki gemetar aku
Guratan sajak berprosa yg terukir tanpa ilmu Tentang aduan lelaki malam pada heningnya malam yg membisu Menggurui diri yang berhari hari berkalut dendam Memahami sirat getir hidup dalam kesunyian diam Kehidupan selalu tampakkan wajahnya yang penuh misteri Tanpa cela penyamaran mengaduk aduk isi h...
Ku biarkan luka menggurat ketika ku diam Saat itu kelakarnya terbias cahaya rembulan Tangis langit menghantam nurani hingga muram Kejam nian tuan ini, Bersayap uang kertas, masih saja menggunjing kami Bermandikan emas, masih sempat buang kotoran kesana kemari Lama lama aku muak juga Tak tahan ak...
Kau adalah rembulan Menjadi kawan dalam perjalan malamku Sebagai cahaya pemandu ketika ku bimbang Walau kadang mendung menghalangi cahyamu Tapi kupastikan kau kan kembali Aku mempercayaimu Kaulah hembusan angin dalam sepi Hembuskan bisikan merdu kala sunyi Lembut belaimu manjakanku Walau kadang ka
Rembulan kesepian Bersenandung lirih dalam sunyi Alunan kecapi tua menggiring kenangan Hiasi pemikiran masalalu dengan duri Mendung kadang mampir Membujuk mulut berseru kafir Pendo'a serampangan mulai khawatir Lambungkan pujian nyanyian dzikir Tiang listrik masih pasrah Tak pernah ia dapati resa...