Makam itu kering Aku menatap dari sudut ruang Sembari menggenggam kertas mantra Mendongak, mengharap segumpal awan di atas menjadi hujan Benar, rintik demi rintik ini menghantam tubuhku Kerumunan orang itu pun lari terbirit-birit Sekejap sepi, bebaskanku untuk pergi Untungnya bukan kau yang terku
Selamat datang di dunia dalam dunia Tak ada sakit saat ku tinggalkan ruang Musnah, seiring hilangnya gamang Semua tertuang dalam kata yang terbentang Sisakan misteri yang membayang Inspirasiku adalah rasa Yang tersirat dalam nuansa Inspirasiku adalah cerita Yang terjadi di dunia nyata Dan kada
besi beradu lonceng memanggil sembari duduk berpadu badan menggigil besi bergesekan kereta mendekat sembari berpegang tangan mata membulat sejalur rel parahyangan posisi bersampingan bermain dan berdrama bersuka dan bercerita dengan si kecil coklat hadiah di hari milad tidak peduli dengan papas
guratan di wajah tergambar kekebalan akan keras mungkin sampai masa tua cekungan di wajah tergambar keprihatinan akan lugas didapat di masa muda goresan di wajah tergambar ketahanan akan naas mungkin ditakdirkan sejak balita hidup di antara jeruji yang dibatasi oleh rasa sakit itu biasa tumbuh d
tetap berkembang percaya akan takdir Tuhan menjadi bagian pepohonan tetap kokoh batang kuat mengakar mencari sendiri arah matahari bersinar tetap berbuah tidak peduli pemanasan global menjadi penyejuk kearifan lokal tetap tegap daun tumbuh melebar menghidupi populasi sekitar memilih keluar dari
semenjak hitam sudah berpendar pudar karena tetesan air semenjak putih sudah bersadur noda karena tetesan tinta waktu putih sudah tidak lagi terang waktu hitam sudah tidak lagi kelam meski mereka senang sampai mereka bungkam setelah biru bertanya dengan putih tak ada jawabnya sampai hitam diam d
meski penuh aturan dengan ragam angka seketika bisa membuat buntung meski penuh peluang dengan variasi warna terkadang juga membuat beruntung muka penuh bubuk dengan macam pola saat kalah muka penuh merah dengan bagai area sampai lelah permainan selesai bukan karena pemain bosan atau karena wakt
seragam putih biru layani utusan masing penjuru sembari racikkan bumbu pahit dan manis jadi satu seragam putih biru apa yang bisa dibantu tanpa perlu menunggu waktu satu dan lain jadi satu layani utusan masing penjuru bawa segelas air kopi susu tanpa sangka dapat bertemu kaku dan malu jadi satu s
tetap berkembang percaya akan takdir Tuhan menjadi bagian pepohonan tetap kokoh batang kuat mengakar mencari sendiri arah matahari bersinar tetap berbuah tidak peduli pemanasan global menjadi penyejuk kearifan lokal tetap tegap daun tumbuh melebar menghidupi populasi sekitar memilih keluar dari r...
semenjak hitam sudah berpendar pudar karena tetesan air semenjak putih sudah bersadur noda karena tetesan tinta saat putih sudah tidak lagi terang saat hitam sudah tidak lagi kelam meski mereka senang sampai mereka bungkam setelah biru bertanya dengan putih tak ada jawabnya sampai hitam diam dib
mungkin aku orang udik dari pulau kecil di tengah Atlantik berlayar ribuan Kilometer mencari lirik dan akhirnya bersinggah di tulisan Ale yang unik mungkin karena kamu orang seni bukan hanya tentang intuisi yang melahirkan puisi tapi juga lebarnya perspeksi yang mempertajam setiap diksi retorika p
meski penuh aturan dengan ragam angka seketika bisa membuat buntung meski penuh peluang dengan variasi warna terkadang juga membuat beruntung muka penuh bubuk dengan macam pola saat kalah muka penuh merah dengan bagai area sampai lelah permainan selesai bukan karena pemain bosan atau karena wakt
seragam putih biru layani utusan masing penjuru sembari racikkan bumbu pahit dan manis jadi satu seragam putih biru apa yang bisa dibantu tanpa perlu menunggu waktu satu dan lain jadi satu layani utusan masing penjuru bawa segelas air kopi susu tanpa sangka dapat bertemu kaku dan malu jadi satu s...