Negeri Airmata Sepeninggal kau pergi Menyisakan beragam jejak di pusar pertiwi Kemerdekaan yang dulu kita angani Ternyata cumalah ruang kosong tanpa warna warni Hari hari selalu saja sembilu yang mengisi ruang waktu Sepeninggal kau pergi Ruang sidang mulai berubah fungsi Jadi taman safari Tempat k
Pagi bagi Melati Pagi bagi melati berarti memberi wangi pada penghuni bumi, aku yang selalu kagum akan keharumannya tetap terawat berabad-abad, malaikat pun mencatat atas tugasnya yang tertunai tuntas 2004 karya Akhmad Sekhu
Lembaran Pikiran Menerjemahkan lembaran-lembaran pikiran aku tak sanggup tutup angan berkepanjangan setiap saat menjerat otak yang berputaran seiring waktu terus berpacu menyeret cakrawala ke hadapanku, pemandangan penuh pertaruhan 2004 karya Akhmad Sekhu
Bila Kita Jadi Tua Bersama bila kita jadi tua bersama dari kerut sudut matamu dari uban kepalaku berjatuhan masa lalu kata kata renta punya kita akan membaginya dengan manis teramat manis bila kita jadi tua bersama hilang sudah birahi pada tubuh dan segala yang mendandaninya pada saat-saat begitu
Poker - amin setelah main berkali-kali baru aku ngerti peruntungan tak melulu kartu di tangan yang terserak di lapik pertaruhan butuh perhitungan kapan menyimpan kapan mengeluarkan menang dan kalah pusaran sebentar bahaya yang bersinar. karya Y. Thendra BP
Hujan Datang Bulan ada yang lebih tabah lebih bijak lebih arif daripada hujan bulan juni: hujan datang bulan! karya Y. Thendra BP
Ode Bagi Kampung di halaman berpohon jarak deru angin bulan mei tak lagi sempat tercatat bunga rambutan mulai bermekaran ada yang jatuh di rambutku rumput itu tumbuh di sela-sela batu: sunyi yang lembut dari bukit kupitan sampai kelok loban malam berkabut kadang, ada yang bernyanyi gemeretak ki
Ngai Oi Ngi waktu yang singkat menyusun ingatan yang panjang, mei lan di belinyu, di belinyu kita bertemu ruko-ruko tutup pada jam 4 petang dikepung bekas lubang-lubang tambang yang ditinggalkan aku menggenggam tanganmu lebih dalam –tangan yang datang dari negeri hutan terbakar– di benteng bon
Arus Gelombang Api mulai kapan api itu menjadi arus gelombang yang bergedebur pada banyak lorong dada begitu saja membakar walau sekedar prasangka arus gelombang api bergulung memenuhi udara dan lagi, yang tertuduh setan atau sebangsanya padahal berbeda saja kadang kita panas membara wahai arus g
Disebabkan Seteru disebabkan seteru engkau berdarah-darah menyiapkan diri dengan senjata dan keberanian aku menjadi dungu padahal kita bersaudara tidakkah ada sepakat sebagaimana dulu membangun jembatan, rumah ibadah, dan makan bersama sampai kapankah kematian begitu mudahnya disebabkan seteru bi
Selamat Malam Parangkusumo mengawali sedekap, semoga hampar pasir bukan keperihan yang kian getar dalam luka meski dengus nafsu boleh menggebu di sepanjang garis bertautnya gelombang selamat malam parangkusumo kututup mata dan hanya angin saja yang boleh berdesau membisik-bisik demi kesembuhan sen
Inikah Tamansari lihatlah makna teramat dalam, sayangku bahkan bekas lumat cinta tergaris sempurna di bibir sejarah yang sungguh bergairah kita begitu agung dalam gurat legenda namun lagi-lagi jangan menangis, sayangku bila percintaan pongah pada dingin malam di sepanjang trotoar menyuruk hingga k
Cahaya Permata Fajar cerah kemilau Pancarkan pesona pagi November Alunan tangis dari kecemasan Melengking memecah riuh Kepanikan Rautmu lugu Terkejut dunia baru Serentak meronta Bangkit berdiri di tengahnya Sembilan tahun akan Menanti cahaya permata Merias buruk wajah dunia Yang semakin tua 22 N
Adzab Tahukah Engkau adzab? Orang yang ingkar Tahu jawabannya Ingkar perintahNya Akan tertimpa adzab 23 September 2008 karya Ahmad Zaini
Derita Umat Matahari sejengkal di atas kepala Kaki menginjak padang pasir Panas bergejolak dalam otak Hingga keringat mengguyur Menenggelamkan tubuh Perut lapar dari dhu’afa Tiada yang dimakan Melilit perih menekan lambung Mencekik usus Hingga tak ada arus Dahaga bakar kerongkongan Hangus dalam
Keindahan Semu Keindahan semu Kau gambarkan di alam semesta Menyimpan kesengsaraan Dalam hidup Keindahan dunia terselubung Menjerumuskan kita Dalam siksa yang tiada tara karya Ahmad Zaini
Aduhai Aduhai, manis bayang masa silam Terlalu sayang jika dilupakan Aduhai, pahit kurasakan Masa kini yang kutelan September 2008 karya Ahmad Zaini
Sampai Kapan sampai kapan kita berpisah, sayang menunggu senja yang tak lagi menjanjikan kebahagiaan sementara malam berpekat wajah selalu menumpahkan kemurkaan setiap kita berpisah September 2008 karya Ahmad Zaini
Sebongkah Batu bongkahan batu menindih tubuh berat meronta lepas terbang kitari angkasa luas bongkahan batu mengeras belenggu gerak tak boleh lepas September 2008 karya Ahmad Zaini
Tertawalah tertawalah selagi bisa tertawa sebelum sedih menghampiri kita namun ketika tak ada yang kau tertawakan menangislah seperti engkau tak bisa tertawa selamanya September 2008 karya Ahmad Zaini