AKU TAK PERLU MENGULANG WAKTU aku yang akan menyelesaikan permainan yang kau buat hanya aku yang mencoba mampu memutuskan untuk meninggalkanmu dengan segera jika boleh mengulang waktu aku takkan pernah mengulangnya ada baiknya seperti ini agar kau tahu ini semua bukan permainan
MEMBIARKANMU TETAP DI SINI jika sayap memang dapat menerbangkanmu aku akan tersenyum jika keduanya patah membiarkanmu jatuh membiarkanmu tetap disini Maret 2009 karya Erika
LEPAS banyak mata dan aku takkan membalasnya banyak mulut dan aku memilih telingaku menjauhi banyak kata katakan pada mereka semua baik-baik saja aku hanya memberhentikan sebuah dialog aku hanya memulai sesuatu yang jauh dari ambigu Maret 2009 karya Erika
TAKKAN PERNAH BERUBAH injak bayangan dan tangkap peluk erat dan bawa kemana-mana mungkin itu yang selalu aku lakukan aku dan kau saat keputusan aku ambil tersadarkan bayangan adalah nihil aku dan kau takkan bisa jadi kita sesal hanya sesal takkan berubah jadi acuan takkan pernah berubah jadi acuan
MENGAPA JADI BEGINI Kadang mata ini masih begitu ragu untuk tinggal atau melangkah pergi kau tahu? setiap ada mimpi ada harapan dalam hati setiap semua itu terjadi aku yakin kita sudah menuju titik mati April 2009 karya Erika
Ayo Pulang ada yang teriak kehilangan suara ada yang diam menyembunyikan rahasia di pasar tawar menawar sekilo hati murah sekali tuhan dikeranjangkan ada yang telanjang ditertawakan di pasar harga melambung kau dicerca dalam keseraakahan terpicu anak-anak bermain sembunyi- sembunyian siapa kalah
Kau yang Menggemari Luka Sepi kau tuangkan cairan senyum pada lukamu kau tanam kepedihan jadi kebahagiaan tawa nenek-nenek yang lucu digoda cucu duniamu tertemukan dalam keterkucilan sepi itu istana dengan banyak pintu terbuka angin leluasa masuk menemukan kemerdekaan kembara matahari disejukkan d
Anak Anak Kita anak-anak kita merangkai jaman tertatih-tatih berjalan menapaki masa depan mereka seringkali digoda cakrawala dikejar menghindar dibiarkan tak bisa pudar langit melengkung nasib tiap hari seperti lembayung mereka seringkali digoda bayang-bayang membelakangi sinar mengejar menghadap
Tiba Tiba tiba-tiba kau gundah ingin merenggangkan huruf-huruf bersamaku pasti ada angin kemarau kacau hatimu kesal di depan ada minyak tanah tumpah hati-hati menyalakan geretan di kamar tidur tak ada kusut spray kasur tiba-tiba angin kencang rumpun bambu di depan rumahku bergerak seperti kipas b
Tanah Marah Tanah Marah itu tanahku, tanah yang tumpah ruah masalah disanalah dan memang di sana aku tak dapat berdiri sambil memangku emakku. Tanah Marah itu tanahku, bukan kampung apalagi tempat bersalinku karena itu aku tak mau tahu apa yang terjadi di situ, biar mati, biar bau, dan penuh ab
Romansa Malam aku tiada enggan berteman serigala menghimbau api membakar pagi kini bola pasir bergulir mengisi cangkang sunyi dalam diri usai ruh penat menahan menunggu laju kuda berderap sekencang tabuh genderang hati engkau kekasih acap berkisah tentang hitam putih malam demi menyimpan letih a
Sore itu Sore itu aku bersujud di wajahnya kami berdua saling tatap, bukan bercinta tapi malu karena saling pandang seperti bulan meminta bintang menitipkan cahaya barang sebentar kami berdua terus bercerita tanpa ragu sambil begitu, kurayu dia dengan sajak- sajak lama yang kami selalu nyanyikan s
Diriku dan Yukata resah ini usai sudah, ketika kekasih menyeka sedih bersama senja merah dan hujan sakura mengiring langkah menuju aku, si pemburu waktu sake nan lalu tetap kutuang walau kini bukan malam kami lagi, ia hangat dan memabukkan, masih khayalku kian jelas saat tengkukny
Sajak Hitam Kesunyian ialah sekumpulan kelelawar yang memecah kesendirian dalam bisu melawan setiap kesaksian tak berbatas tanpa penghalang tembok bernama satu aku tak ingin menjelajah lagi dalam gelap walau aku tahu tembok itu ada dihadapan sangat jelas hitam dan putih ada di sana bahkan
Ketika Azalika di Perut Ibunya waktu kamu umur empat bulan aku suka pasang kuping di perut ibumu dan kukira, di dalam sana pun kamu ikut pasang kuping sembari tertawa sendiri melihatku menangis dan meringis silih berganti waktu kamu umur lima bulan waktu kami mulai sibuk mencari nama wa
Ibunda setelah kamu pergi ke negeri jauh kerjaku hanya bengong: langit merendah, kata-kata merendah juga gunung dan lembah sekarang saja terpikir, 40 tahun umurku, aku belum bisa kasih kamu apa-apa kecuali sajak-sajak yang sekarang pun aku sudah tak bisa lagi tunjukkan padamu ba
Pada Suatu Subuh setelah satu demi satu kalender tanggal, aku makin yakin, aku merasa tak pernah mengenalmu: siapa gerangan namamu? di mana alamatmu? sungguh, aku tak pernah melihatmu sebelumnya aku mememang pernah melihat orang berjalan tapi dia menjauh sejam kemudian dan dia diam, d
Sajak Taman Sastra (3) Setelah puluhan tahun tak bertemu Berubahkan mata indah yang kau puja dulu? Lebih baik menerka-nerka Lewat suara renyah Pilihan kata-kata bodoh Dan olok-olok yang kau tahu bohong Sebaiknya kau berpikir Lagu yang kau pilih Untuk ilustrasi mengiringi Kotak cinta yang kau
Sajak Taman Sastra (2) Jangan campakkan ke kali Edelweiss yang kupetik Dari Lembah Suryakencana kemarin Ribuan langkahkuTetes deras keringatku Dari Cimacan sampai ke Puncak Melewati Kandang Badak Lalu turun di Pasar Cipanas Menjiwai bunga cantik itu Lihatlah lembut putihnya Usaplah rambut-ra
Sajak Taman Sastra : untuk sebuah nama Terhimpit di sepi selasar Dan merah cahaya senja Kau cuma bisa menyumpah Haruskah cinta melulu luka? Haruskah semua kotak teka teki silang Terisi penuh agar kudapat hadiah? Di antara cemara berjajar di halaman belakang Koral-koral mengurung langkah