Mengapa kau selalu merasa aku berlaku salah? Jauh dari waktu yang berdecit saat ini Jauh dari ketik demi ketik yang membentuk 'ini' Mengapa kau buat aku berhenti? Berpikir Belum bisa membalas dan akhirnya aku pergi Memaku tanda tanya di tiap benak yang melirik (Aku Menulis Tanpa Jeda; 18 Februar
Tiap bilah belati berwujud lidahku Tiap hujaman di tiap titik vitalmu Diniatkan untuk membentuk lekukmu Diniatkan untuk mengasah pribadimu Benarkah demikian? Bukankah kau terlena dengan alasan sehingga halal segala yang haram? Bukankah memang begitu nalurimu sehingga tabu terkacaukan waktu? &n
Kau kembali tersenyum pada hari Jasmanimu menaungi ambisi lagi "Kini kabarku baik", kabarmu adalah kabar terbaik yang aku miliki hari ini Meski kini nyata kita adalah beda Izinkan aku untuk memeluk Dengan sepaket hangat, cinta, dan rindu Meski hanya selayang pandang (Kesembuhanmu, Kasih;
menderu dan terus menderu kepakan sayap sepasang pangeran dan putri kalimantan menggebu dan terus menggebu dentuman anak awan hitam,mutiara langit tanpa altar diantara eloknya pemandangan hanya satu yang menjadi sebuah alasan untuk ditanda dicinta dan dirasa lolongan serigala buta pemangsa cinta ...
Laut, dekati laut saat cahayaku merekah Kenapa ada pasang laut purnama? Itu aku, menyampaikan rindu pada ombak Bergelora hanya untuk dirimu seorang (Sebab Pasang Laut Purnama; 15 Desember 2012; Almarv) kalau benar itu rindu sudra paling beruntunglah aku tapi benarkah itu fakta ? aku ini siluman
persepsi sang janggala hai duhai pujaan hati hai wahai ironi yang silih berganti jika kau terus saja datang tanpa adanya selingan selingan hasutan dari niat martabat hakikat dan semangat akan jadi apa aku ini ? jadi tai ? jadi apa aku ini ? kau tau aku hanya siluman kasta sudra bergelimang
sebongkah jidat terdampar pada sebuah tubuh cungkring pada galaksi andromeda tertanam erat layaknya seutas jamur bercadar disana terukir aku ini siluman , sedangkan kau dewi dewi bulan aku ini sudra , nista sudra bergelambir harapan tanpa tepi , impian tanpa tingkatan sedangkan kau ... kamu ...
Satu malam, kita berbaring di tempat yang sama Bukan pasangan Bukan muhrimnya Kita ini apa? Memaksa sadar meski lampu retina sudah menjangkau lima watt Aku bersender di pundakmu Kau sedikit tersenyum, tidak waras Yang lainnya malah sudah gila (Menunggu Tukang Delivery Makanan; 8 Desember 2012; Alm