CHAPTER 9 Entah mengapa tiba-tiba di tempat tinggal Keyza seluruh warga terlihat begitu sibuk. Ada yang berlarian ke sana-kemari, ada yang berteriak-teriak, malam ini suasana begitu riuh. Keyza terus berjalan dengan pasti menyusuri jalanan yang mengarah ke perkampungannya. "Tolong! tolong!&q
CHAPTER 8 Keyza merasakan kantuk yang teramat amat sangat. Matanya ingin segera terpejam apalagi didukung oleh hawa dingin yang menusuk. Malam ini hujan begitu deras disertai gemuruh petir bersahutan. Angin malam berhembus lebih kencang sampai terdengar atap yang terbuat dari seng itu berdecit-deci
CHAPTER 7 Keyza duduk sambil bertopang dagu. Ada banyak hal yang ia pikirkan, dan dia benci keadaannya saat ini. Rumah sudah seperti neraka membuat Keyza tidak betah. Dulu, kehidupan keluarga ini baik-baik saja seperti layaknya keluarga lainnya. Namun lambat laun semua beruba 180 derajat. Ibu Keyz
CHAPTER 5 Aku berjalan mengendap-ngendap untuk mengetahui apakah yang dilakukan abang Azzam. Aku mengeryitkan dahi, aku melihat dia sedang serius memandang sesuatu ditangannya. Ish! apalah sudah tengah malam begini ustadz muda itu masih juga membaca buku? tidurlah ustadz! membacakan masih bisa di...
CHAPTER 4 “Abang! kenapa abang setuju!” tanyaku dengan nada pelan, takut-takut kalau nanti ada yang mendengar percakapan kami. Ustadz Azzam memutar badannya ke arahku. Pandangannya dijatuhkan ke mukaku.”Berikan saya sepuluh alasan kenapa saya mesti menjawab pertanyaan Nisa?” Entah mengapa...
CHAPTER 3 Ada empat mata pelajaran hari. Salah satunya mata pelajaran yang diajarkan abang Azzam. Tepatnya jam pelajaran kedua setelah pelajaran Matematika. Aku manarik napas dalam-dalam, berusaha memberikan semangat kepada diri sendiri, untuk menjalani hari ini. Apalagi hari ini terpaksa aku mel...
CHAPTER 2 Nasi dengan lauk pauk yang banyak terhidang di depan meja. Ibu, ayah dan juga aku telah siap untuk menyantap makan malam ini. Suap demi suap aku nasi masuk ke dalam mulut, begitu nikmat rasanya. Tak ada lagi aku hiraukan perkataan ibu dan ayah tentang perjodohan itu. Tiba-tiba saja di p...
CHAPTER 1 Menjelang tengah malam, motor gede Fey melanju kencang menyusuri jalanan kota metropilitan yang sekarang telah mulai sepi. Tak perlu waktu lama Fey sudah berbelok ke salah satu warung makan sederhana, tempat biasa kami berkumpul dengan in the geng. Aku senang hari ini karena bisa berkum...
CHAPTER 7 - Firasat Buruk Malam masih begitu dingin. Kenan menyelimuti tubuh dengan selimut tebal. Kilatan masih sesekali terlihat. Seperti sebuah isyarat malam ini Kenan merasakan ada sesuatu hal yang berbeda dirasakan malam itu. Tubuhnya menggeliat. Respon dari firasat buruk yang tertangkap indra
CHAPTER 6 Hari ini suara di lapangan begitu riuh seluruh murid kelas dua sedang latihan untuk persiapan pensi di acara kakak tingkat mereka. Beberapa dari mereka membantu menata bunga-bunga untuk menghiasi acara panggung hiburan, beberapa lagi sibuk menyusun kursi untuk penonton. Guru-guru SMP Pe...
CHAPTER 5 Allahu akbar... Allahu akbar Suara adzan magrib berkumandang dari cerobong pengeras suara masjid. Keduanya barusan sampai di rumah kontrakkan milik Fathan. Belum ada seberkas cahayapun, berarti belum ada seorangpun yang singgah rumah itu hanya untuk beristirahat atau pulang makan malam....
Chapter 6 - Makhluk Tak Diundang Suara desau angin meniupkan embusan udara dingin ke muka bumi. Sementara mega dilangit berjalan begitu cepat membawa gumpalan awan hitam tebal yang segera siap ditumpahkan ke bumi. Langit telah menggelap, orang-orang sudah bisa menduga kalau hujan lebat akan seger...
CHAPTER 4 Di bawah pohon mangga yang rimbun dengan semilir angin yang berhembus lembut. Membuat Rinai betah berlama-lama duduk di bawah pohon sambil membaca novel yang sengaja disimpannya di tas. Kebetulan hari ini sejuk, matahari agak sedikit redup tertutup oleh gumpalan-gumapalan awal tipis. Yan
CHAPTER 3 Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Bu Fhifi dan Rinai masih berdiri menunggu staf rumah sakit mencari data pasien korban kecelakaan bernama Bian Sudarto Wijaya. "Bian Sudarto Wijaya sekarang sedang dirawat intensif di ruang Anggrek nomor 103" "Baik, terima kasih Pak&quo
CHAPTER 2 Dddrrrttt... Ponsel Bu Fhifi bergetar, juga menyala. Bu Fhifi terbangun, lalu mengambil ponsel itu dengan malas dan menerima panggilan. Jam dinding masih berdetak jarum panjangnya menunjuk angka dua. 'Jam dua malam siapa sih yang menelepon?' ujarnya pelan. Bu Fhifi mulai menekan layar p...
CHAPTER 1 Rinai masih berada di dalam taksi dengan ekpresi muka cemberut di sepanjang perjalanan perempuan berwajah mungil itu menggerutu pada Bu Fhifi. Bagaimana tidak, janji ibunya untuk pergi berlibur dua hari ke Bali dibatalkan karena ayahnya ada meeting mendadak di Bandung. "Rinai ayo t...
mod, minta dihapus thread ane yg ini ya Seperti mantan yang terlupakan, inilah tokoh yang nyaris lekang diingatan