Selamat siang sayangku Apa kabar siang ini Semoga kabar bahagia yang aku dengar dari sayang Peluk mesra buat sayang Aku menunggu di bilik rindu kita siang ini
Senyum indah menghiasi bibir Yang semalam oleh madu cintamu Riang hati memulai cerita baru Dengan cinta dan rindu pada hati yang sama Jangan lagi ada onak yang pecahkan bahagia Balon-balon cinta kita yang warna-warni Penuhi ruang pesona yang apik murni
Malam telah berlalu Meninggalkan cerita dalam tenang Selamat pagi sayang Lihatlah mentari juga menyapamu malu-malu Menghantarkan paket rinduku Selanjutnya menghangatkan keseharianmu I love you, sayang
Sayangku, masih bolehkan aku Untuk meminta waktumu Untuk meminta perhatianmu Untuk meminta penjelasanmu Dan untuk meminta kejujuranmu
Jika aku adalah belahan jiwamu Lantas kenapa aku merasa kehilanganmu Seakan tak aku kenali sisi lain dirimu Yang aku sesalkan bukan peranmu Tapi caramu perlakukan aku selama ini Dengan adanya peran itu Kita menjadi jauh
Selalu ada untuk derai air mata kah? Jauh, sangat jauh sudah peran itu Nalarku belum sanggup mencerna Mengapa, kenapa dan bagaimana Siapakah dirimu sesungguhnya wahai tuan?
Aku tidak mudah tertipu Karena aku tidak selugu kiramu Sekian lama kamu tutupi dariku Akhirnya kamu temukan pola baru Untuk memainkan drama baru Sungguh kejujuran itu mahal tebusannya
Bukankah pernah aku katakan Jangan membohongiku Karena terlalu banyak alasan Dalam mengais kebenaran Untuk aku temukan jawaban
Bagaimana mungkin Bulan menolak bintang Menghiasi malam yang terbebas awan Bagaimana mungkin matahari menolak birunya langit Menghiasi siang yang bermandi cahaya Aku inginkan kamu Hanya kamu saja malam ini
Dinginnya malam ini Semakin terasa tanpa dekapmu Gelapnya malam tanpa bintang Membawa suasan kian buram Padaku yang sedang menunggu Menunggu sebuah janji malam
Bukan lagi sekedar kurang dapat dipahami Tapi malah cendrung menghindari Seakan menutup diri Dari kebenaran yang hakiki Hanya demi seorang pengagum rahasia
Tak pernah aku menduga tanpa alasan Tak pernah aku bertanya tanpa sebab Tak pernah aku menuduh tanpa fakta Tak pernah aku meminta tanpa guna Apakah aku terlihat sedang cemburu buta?
Lantas semua itu apa Hanya kebetulan betul, bukan? Jika memang bersikukuh tak ingin terbuka Tak apa, ini akan lebih baik Dari pada semakin terlanjur jauh Lebih baik akhiri dengan wassalam saja
Haruskah aku berpura-pura buta Atas semua fakta yang ada Haruskah aku terus menerima Atas perlakuan yang semena-mena Bukankah cinta adalah sebuah rasa Yang hadir atas rasa nyaman dan percaya
Selama tanyaku belum terjawab Bisa jadi selama itu pula aku tega Untuk mengusir rasa sejauh mungkin Sampai tiada lagi yang mendera Meskipun itu bukan lagi kita
Disaat rasaku terabaikan Disaat setiaku dikumalkan Disaat tulusku ditiadakan Disaat tanyaku ditelantarkan Ďisaat itu pula jiwaku meronta
Ya, tepat sekali Malam ini kamu dan dia sedang menikmati hujan Kamu dan dia sedang tersenyum bahagia Kamu dan dia sedang sembunyi Begitukah yang kamu cari selama ini Seseorang yang sudi kamu sembunyikan sedangkan dirinya menonton kebahagiaan kita Tapi dengan gesitnya ingin merampas semuanya Relaka
Begitu banyak kebetulan Begitu sejajar persamaan Begitu tersusun paparan Masih kurangkah yang harus aku tayangkan? Jika ada dia, apa artinya memintaku bertahan?
Begitu beratkah untuk jujur Begitu pentingkah diri lainnya Ada sebenarnya ini Tolong katakan sejujurnya Dan balasan yang ketiga Mengapa diabaikan Takut?