Bagaimana bisa aku lupa akan sebuah nama Yang penuh makna kau mencinta dan beriku bunga pada perasaan Kau memang indah, tapi itu dulu Semua hilang saat emosimu membara Kau layangkan tangan dan kata yang penuh cacian Kau hina aku layaknya sampah yang pantas untuk di buang Entah bagaimana aku membaya
Disini aku terkurung sepi. Didekap hidup yang penuh imajinasi. Tentang fananya sandiwara. Tentang bedebahnya sebuah sandiwara. Melodi yang mengiring tak lebih indah dari jerit kesakitan. Menyayat kalbu terdalam menghancurkan perasaan menjadi serpihan. Lihat aku jika kau mampu. Aku tak menginginkan
Wajahmu nyata senyummu mempesona. Namun sayang, itu semua semu. Indah di pandang namun tak bisa di bawa pulang. Karna dalam kenyataannya aku tak bisa memilikimu. Untuk kamu lelaki yang semu. Ketika kau sapa aku hati ini melayang. Senyum indahmu buatku lupa keadaan. Tatapanmu seolah menghapus semu m
Aku pernah teramat sakit ketika kamu memutuskan untuk pergi. Dikala cinta memupuk subur bunga yang tengah mekar seakan angin memaksa putik untuk terpisah dari tangkainya. Semesta bicara tentang kamu yang melenggang jauh dari cahaya. Menuju gelap tanpa sinaran kau melangkah sendirian dibawah sana....
Mataku terbuka karna mentari yang menusuk sinarnya Dari balik jendela dia menyeruak menembus kaca Menamparku yang terlelap karna sisa tangis semalam Haai pagi... Aku menyapa... Kenapa engkau datang begitu cepat? Aku masih ingin menikmati malam Meski sendiri, disana aku tenang.. Sudahlah.. Pagi...