Pesisir Pantai Desa Bawozaua, Nias Selatan menjadi sorotan publik usai dipenuhi kayu gelondongan dan serpihan kayu dalam jumlah besar.

Fenomena ini terjadi usai banjir besar menghantam tiga wilayah sekaligus Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara pada 25 - 27 November 2025.

Pemandangan pesisir pantai yang hampir tertutup kayu gelondongan viral di media sosial dan menimbulkan banyak tanda tanya mengenai asal-usul material kayu itu.

Menurut informasi yang beredar, kayu-kayu tersebut diduga terbawa arus banjir dan longsor dari kawasan Sibolga.

Selain mencemari garis pantai, keberadaan kayu gelondongan dalam jumlah besar ini juga dikhawatirkan berdampak pada ekosistem laut karena membuat air pantai menjadi keruh dan berpotensi mengganggu biota laut.




Fenomena serupa ternyata tidak hanya terjadi di pesisir Nias Selatan, sebelumnya, tumpukan kayu besar juga ditemukan di Tapanuli.

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto mengungkapkan bahwa terdapat dua desa Tapanuli yang menjadi wilayah di Sumatera Utara paling terdampak akibat banjir besar.

Meluasnya temuan kayu-kayu besar ini memicu pertanyaan publik perihal dari mana semua kayu gelondongan tersebut berasal?

Pertanyaan ini terus bergulir dan memunculkan berbagai dugaan dari masyarakat maupun pemerhati lingkungan.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dalam laporannya menyebut bahwa fenomena ini tidak lepas dari meningkatnya kerentanan ekologis.

Perubahan bentang alam secara masif, terutama hilangnya ekosistem hutan, diperparah oleh krisis iklim yang menyebabkan risiko bencana semakin besar.

https://www.koranmemo.com/nasional-i...a-kayu-berasal

Tak ada yg tahu darimana yg tanggungjawab pun tak ada seekor pun