- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Aceh Tengah Lumpuh, Bupati Minta Bantuan Presiden
TS
mabdulkarim
Aceh Tengah Lumpuh, Bupati Minta Bantuan Presiden

Oleh: Rais Saady
Editor: Munzir Permana
28 Nov 2025 - 16:30
Banda Aceh
whatsapp sharing buttonfacebook sharing buttontwitter sharing buttonsharethis sharing button
Aceh Tengah Lumpuh, Bupati Minta Bantuan Presiden
Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga (Foto: Forkopim Aceh Tengah)
Dengarkan Berita
KBRN, Takengon: Kabupaten Aceh Tengah masih berada dalam kondisi darurat setelah bencana banjir bandang dan longsor memutus seluruh akses keluar-masuk wilayah tersebut. Hingga Jumat (28/11/2025), belum ada satu pun jalur darat yang bisa menghubungkan Takengon dengan daerah lain.
Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, dalam wawancara bersama RRI Banda Aceh via sambungan telpon mengatakan, korban banjir di Aceh Tengah butuh bantuan mendesak. Dia berharap kepada Gubernur Aceh dan Presiden Prabowo dapat segera menangani korban terdampak.
“Kami memohon, suara kami tolong disampaikan kepada Pak Gubernur, Pak Menteri, bahkan Pak Presiden. Aceh Tengah sangat membutuhkan bantuan. Tanggap darurat tidak cukup dilakukan di tingkat kabupaten saja. Kami berharap pemerintah provinsi betul-betul turun tangan,” tegasnya.
Di tengah keterisolasian dan keterbatasan logistik, pemerintah daerah berupaya maksimal membuka jalur-jalur utama dan membantu warga dengan sumber daya yang tersisa. “Ini kami tangani dengan apa adanya. Tapi ini jelas tidak cukup. Kami butuh bantuan segera,” ujar Haili.
Saat ini, ungkap Haili belum ada satupun akses jalan yang bisa menghubungkan Aceh Tengah, kondisinya lumpuh total. “Belum ada satu pun akses yang terbuka. Semua tertutup longsor. Kami sudah menyampaikan kondisi ini ke pusat dan provinsi, tetapi sampai hari ini belum ada bantuan apa pun yang kami terima,” ungkap Haili dengan suara berat.
Haili juga menyebutkan warga yang rumahnya hancur akibat bencana hanya bisa dibantu secara seadanya. Pasokan makanan pokok sangat terbatas karena tidak ada suplai yang bisa masuk ke Aceh Tengah.
“Kami hanya bisa bantu dengan mi instan dan sedikit beras. Itu pun sangat terbatas karena pasokan di kabupaten sudah habis,” ujarnya.
Keterbatasan alat berat semakin memperparah kondisi. Pemkab Aceh Tengah hanya memiliki tiga unit alat untuk menangani longsor, dan kondisinya tidak dalam keadaan optimal.
“Bama longsor hanya bisa kami tangani dengan alat yang ada. Tiga alat, itu pun kurang sempurna. Tidak cukup untuk membuka semua jalur yang tertutup,” kata Haili.
Ia menggambarkan betapa beratnya perjuangan masyarakat yang harus berjalan kaki hingga 30 kilometer hanya untuk mendapatkan dua kotak mi instan. “Karena jalan tidak bisa dilalui, warga terpaksa berjalan kaki puluhan kilometer. Ini sangat memprihatinkan,” tambahnya.
Data awal yang dihimpun Pemkab Aceh Tengah mencatat 15 orang meninggal dunia, dan sebanyak 3.213 kepala keluarga terpaksa mengungsi akibat bencana hidrometeorologi ini. Kerusakan pada rumah, fasilitas umum, dan lahan pertanian masih dalam proses pendataan, namun kerugian diperkirakan sangat besar.
Dari 14 kecamatan di Aceh Tengah, 13 kecamatan tidak bisa dijangkau karena seluruh akses terputus. Kerusakan paling parah terjadi di wilayah sekitar Danau Lut Tawar, yakni Kecamatan Pintang, Lut Tawar, dan Kebayakan. “Di tiga kecamatan itu ada 21 titik banjir bandang. Sekitar 80 persen rumah rusak berat,” jelas Haili.
Haili mengatakan, jumlah pengungsi terus bertambah. Lebih dari 2.000 kepala keluarga, atau sekitar 15 ribu jiwa, kini berada di titik-titik pengungsian. Mereka membutuhkan makanan, selimut, pakaian, obat-obatan, dan peralatan darurat lainnya.
https://rri.co.id/aceh/daerah/200536...ntuan-presiden
Akses Jalan Lumpuh:Kisah Warga Terisolir, Gagal Pulang & Sulit Kontak Keluarga Korban Banjir Bireuen
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/jembatan-kutablang-putus-diterjang-banjir.jpg)
Tayang: Jumat, 28 November 2025 18:58 WIB
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
zoom-inlihat fotoAkses Jalan Lumpuh:Kisah Warga Terisolir, Gagal Pulang & Sulit Kontak Keluarga Korban Banjir Bireuen
TANGKAPAN LAYAR TIKTOK
JEMBATAN KUTABLANG BIREUEN - Tangkapan layar kondisi jembatan Krueng Tingkeum di Kutablang, Kabupaten Bireuen sebelum dan sesudah diterjang banjir akibat cuaca ekstrem yang melanda kawasan setempat pada Kamis (27/11/2025).
A-
A+
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Musibah banjir bandang di Aceh tidak hanya melumpuhkan infrastruktur vital, tetapi juga memutus akses emosional dan komunikasi warga dengan keluarga mereka.
Akses Jalan dan Jembatan Kutablang, yang merupakan urat nadi di jalur nasional Banda Aceh–Medan, dilaporkan putus total untuk kedua kalinya dalam tujuh tahun terakhir.
Kerusakan Jembatan Krueng Tingkeum di Kutablang, Kabupaten Bireuen, yang hanyut diterjang banjir dahsyat pada Kamis sore (27/11/2025), kini menciptakan kondisi isolasi total bagi banyak warga.
Lumpuhnya jembatan sepanjang 120 meter dan lebar 9 meter ini menyebabkan seluruh jenis kendaraan terhenti.
Kondisi ini diperparah dengan terputusnya koneksi langsung warga dengan daerah terdampak.
Hal ini membuat masyarakat mengalami kesulitan komunikasi, khususnya dengan korban banjir di wilayah terdampak.
Putusnya tiga akses sekaligus
Kondisi lalu lintas di Kutablang kini berada pada titik kritis.
Putusnya Jembatan Krueng Tingkeum, bersamaan dengan ambruknya Jembatan Simpang Tiga Meureudu di Pidie Jaya sehari sebelumnya, telah membuat jalur utama Banda Aceh–Medan lumpuh total.
Lebih parah lagi, laporan terbaru menyebutkan bahwa akses jalan alternatif Jembatan Krueng Tingkeum juga tidak dapat dilalui karena turut diterjang banjir.
Mahruzal, seorang warga Lhokseumawe yang merupakan putra asli Samalanga, Kabupaten Bireuen, mengaku terpaksa menunda perjalanannya untuk menjenguk keluarga setelah mendapat informasi buruk tersebut.
"Akses jembatan Krueng Tingkeum Kutablang putus semua, ketiga-tiganya terputus termasuk jembatan alternatif," ujarnya saat dikonfirmasi Serambinews.com, Jumat (28/11/2025).
Ia mengaku mendapat kabar tersebut dari beberapa sumber.
Pasalnya, saat kabar bencana banjir melanda sejumlah wilayah Aceh, termasuk Bireuen, banyak beredar kabar bahwa akses jalan menuju daerah tersebut juga ikut terputus.
"Terputus semua ke sana. Belum ada yang bisa di akses," tambahnya.
Warga kini diimbau untuk menunda perjalanan melintasi wilayah tersebut karena hingga kini belum ada solusi penyeberangan yang memadai, sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan panjang yang tidak terhindarkan.
Baca juga: Tinjau Dampak Banjir Aceh, Mualem: Kondisi di Lapangan Darurat, Akses Transportasi Tak Bisa Dilalui
Sulitnya kontak keluarga akibat jaringan ikut terputus
Kesulitan di lapangan semakin diperparah dengan putusnya akses informasi di daerah terdampak akibat terganggunya jaringan telekomunikasi.
Sejumlah warga mengeluhkan sulitnya menghubungi keluarga mereka yang berada di zona bencana sejak banjir melanda.
Mahruzal pun ikut mengungkapkan keresahannya
"Mau pulang, tapi ga bisa. Akses komunikasi juga sangat sulit. Bahkan kami di Lhokseumawe juga susah mendapatkan jaringan yang stabil," keluhnya.
Menurut informasi yang diterima, wilayah Kabupaten Bireuen saat ini terisolasi.
Tak hanya infrastruktur yang lumpuh, arus listrik hingga jaringan pun ikut padam sejak bencana banjir melanda kawasan tersebut pada Rabu (26/11/2025).
"Hingga sekarang Saya masih berusaha mencari informasi soal akses untuk bisa sampai kesana," tambah Mahruzal.
Jembatan rangka baja gagal kedua kalinya dalam 7 Tahun
Jembatan Krueng Tingkeum di Kutablang, Kabupaten Bireuen, dilaporkan putus total dan hanyut setelah diterjang dahsyatnya banjir bandang pada Kamis sore (27/11/2025).
Sebuah video amatir yang beredar luas di media sosial memperlihatkan bagian tengah jembatan tersebut terbelah.
Bahkan bagian bawah struktur jembatan juga ikut tergerus dan hanyut dalam derasnya aliran sungai.
Dalam rekaman yang turut menyebutkan lokasi kejadian berada di kawasan Kutablang, Bireuen, terlihat masyarakat berkerumun di kedua ujung jembatan yang terputus.
Musibah ini terjadi di tengah kondisi cuaca ekstrem yang mengguyur Aceh dalam beberapa hari terakhir, memicu banjir besar di setidaknya 14 kabupaten/kota dan merusak berbagai fasilitas umum.
Situasi ini tidak hanya menahan pergerakan logistik, tetapi juga menimbulkan kecemasan mendalam di kalangan warga yang terpisah oleh bencana dan terisolasi dari informasi.
Fakta di balik ambruknya jembatan Kutablang juga semakin menambah ironi.
Ambruknya Jembatan Krueng Tingkeum kali ini adalah pengulangan memori pahit dari bencana yang sama tujuh tahun silam.
Struktur yang kini menjadi puing hanyut di sungai, merupakan jembatan baru yang didirikan sebagai respons langsung atas kerusakan total yang terjadi pada Februari 2017.
Kala itu, tiang rangka baja penyangga jembatan lama bengkok dihantam kayu saat banjir bandang, yang memaksa pembongkaran total dan pembangunan ulang.
Selama proses pembangunan kembali, masyarakat harus bergantung pada rakit penyeberangan berbayar dan menggunakan jalur desa alternatif sepanjang 7,5 hingga 8,5 kilometer untuk kendaraan roda empat.
Pembangunan jembatan tipe A rangka baja baru ini digarap dengan dana APBN 2017 senilai lebih dari Rp 37,6 miliar dan akhirnya rampung pada Januari 2018.
Jembatan yang baru berusia sekitar tujuh tahun dan dibangun khusus untuk menggantikan struktur yang gagal akibat banjir, kini kembali hancur total oleh penyebab yang sama.
https://aceh.tribunnews.com/nanggroe...euen?page=all.
Sementara, 15 Orang di Aceh Tengah Meninggal, Ratusan Hilang dan Ribuan Mengungsi, Kerusakan Meluas
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/banjir-ateng-28112025.jpg)
Tayang: Jumat, 28 November 2025 18:14 WIB
Editor: Mursal Ismail
zoom-inlihat fotoSementara, 15 Orang di Aceh Tengah Meninggal, Ratusan Hilang dan Ribuan Mengungsi, Kerusakan Meluas
Serambinews.com/HO
BANJIR DI ACEH TENGAH - Kondisi banjir bandang di Aceh Tengah dilihat dari udara baru-baru ini.
A-
A+
SERAMBINEWS.COM, TAKENGON - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah menetapkan status Tanggap Darurat menyusul bencana hidrometeorologi, berupa banjir bandang dan tanah longsor, yang melanda wilayah tersebut pada periode 25 hingga 28 November 2025.
Data hari ini, Jumat, 28 November 2025 pukul 10.00 WIB, menunjukkan dampak bencana sangat meluas, mencakup 14 Kecamatan terdampak dan menyebabkan 15 jiwa meninggal.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Aceh Tengah, Andlika, ST, menyampaikan kerusakan material sangat signifikan, memaksa 3.213 Kepala Keluarga (KK) harus mengungsi.
Adapun korban dan pengungsi mencapai 15 jiwa meninggal dan 3.213 KK mengungsi.
Sedangkan kerusakan rumah mencapai 1.890 unit.
Bencana ini telah memutus akses jalan nasional menuju Aceh Tengah dari luar kabupaten.
Lebih lanjut, puluhan ruas jalan menuju kecamatan dan desa terputus, mengakibatkan 9 Kecamatan terisolir dari ibu kota kabupaten. Sebanyak 15 unit jembatan juga dilaporkan terputus.
Andalika menegaskan, pihaknya telah berupaya maksimal untuk menjangkau semua korban.
Namun saat ini, sejumlah wilayah terisolir mengalami kekurangan logistik karena bantuan belum dapat disalurkan secara merata.
"Selain itu, kami juga menghadapi kendala kelangkaan atau habisnya BBM, telekomunikasi terputus, dan listrik padam di banyak lokasi," ujarnya.
Pemkab Aceh Tengah segera merilis daftar kebutuhan logistik tanggap darurat, terutama untuk kebutuhan pangan dan sandang bagi ribuan pengungsi.
Prioritas utama kebutuhan logistik meliputi:
Pangan: Beras (500 Ton), Telur (2.500.000 Butir), Indomie (10.000 Dus), dan Air Mineral (5.000 Kotak).
Sandang & Tempat Tinggal: Tenda Keluarga (7.500 Pcs), Alas Tidur (25.000 Pcs), Selimut (15.000 Pcs), dan Kasur Lipat (25.000 unit).
Lain-Lain: Bahan Bakar Minyak Solar (100.000 Liter), Bahan Bakar Minyak Pertalite/Pertamax (25.000 Liter), serta 5 Unit Boats untuk akses ke daerah terisolir.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kadis Kominfo) Aceh Tengah, Mustafa Kamal, SSTP, MPA, menyatakan bahwa pihaknya akan mengoptimalkan penyebaran informasi terkait bencana dan langkah-langkah mitigasi.
"Fokus kami saat ini adalah memastikan informasi yang akurat dan cepat sampai ke masyarakat dan keluar.
Kami juga akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk secepatnya memulihkan jalur komunikasi di daerah terdampak, terutama yang terisolir, agar proses penyaluran bantuan dan evakuasi bisa berjalan efektif," ujar Mustafa Kamal.
Pemkab Aceh Tengah mengimbau kepada seluruh pihak, baik instansi vertikal, lembaga swadaya masyarakat, maupun masyarakat luas, untuk bergotong-royong membantu penanganan dampak bencana ini.
Bantuan logistik yang mendesak dapat dikoordinasikan melalui Posko Utama Tanggap Darurat BPBD Aceh Tengah di Kantor Bupati Aceh Tengah. (*)
https://aceh.tribunnews.com/nanggroe...usakan-meluas.
Kondisi di Aceh...
2 provinsi lain sama juga..
tf96065053 memberi reputasi
1
528
32
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan