Akhirnya masuk musim hujan juga!

Walaupun kalau mengikuti 'kalender' lama, biasanya musim hujan masuk dari bulan September. But it's okay, yang penting sekarang udah dingin.

Walaupun begitu, kita patut berhati-hati dengan musim hujan. Tidak hanya karena kemungkinan terserang penyakit saja, tapi juga karena adanya resiko depresi musiman.

Depresi? Iya, depresi!

Kondisi ini dikenal sebagai Seasonal Affective Disorder atau disingkat SAD. SAD adalah bentuk depresi yang muncul karena perubahan musim, seperti musim salju atau musim hujan.

Tidak semua orang mengalami SAD, karena memang tiap-tiap individu punya reaksi yang berbeda terhadap perubahan musim. Ada yang hanya murung atau jadi lebih 'malas', ada juga yang sangat parah, bahkan mengalami gejala depresi berat.

SAD sendiri terjadi karena saat musim hujan, sinar matahari lebih jarang muncul. Kekurangan cahaya matahari mengganggu jam biologis tubuh, yang pada akhirnya berpengaruh pada suasana hati seseorang.

Cahaya matahari ternyata juga berpengaruh pada produksi serotonin seseorang, yaitu hormon yang fungsinya menjaga perasaan bahagia. Jadi, ketika intensitas cahaya matahari menurun, kadar serotonin pun ikut menurun.

Di sisi lain, tubuh juga memproduksi lebih banyak melatonin, hormon yang membuat kita mengantuk. Akibatnya, tubuh terasa lebih lesu dan suasana hati cenderung menurun.

Bagi orang dengan kondisi psikologis yang stabil, efeknya mungkin tidak terlalu terasa. Tapi bagi sebagian orang yang secara emosional sedang tidak sehat, perubahan cuaca seperti ini bisa memberikan pengaruh besar.

Jadi, kalau selama musim hujan ini merasa jadi lebih melo, itu sangat wajar kok! Yang penting, perubahan moodnya tidak terlalu drastis.

Stay healthy, physically and mentally, guys!