- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Serial Killer dari Wonogiri, Pelaku Mantan Penjual Sayur
TS
si.matamalaikat
Serial Killer dari Wonogiri, Pelaku Mantan Penjual Sayur
Quote:
Sarmo dan Latifah menikah pada Februari 2015, keduanya pasangan dari kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Setelah menikah, mereka tinggal di rumah orang tua Latifah di dusun Ciman, desa Semagar, kecamatan Girimarto. Menurut cerita Latifah, Sarmo orangnya pendiam dan jarang mengobrol atau bercerita, bahkan dengan istrinya sendiri.
Sarmo yang berperawakan tinggi dan besar, juga memiliki beberapa tato di tubuhnya. Tapi, Sarmo orangnya baik, tidak pernah kasar sama istri dan anak, dia juga sopan. Kehidupan pasangan suami istri ini pas-pasan, untuk dapat penghidupan yang lebih baik, keduanya pergi merantau ke Bekasi.
Saat di Bekasi, Sarmo berjualan bakso keliling, sebelum akhirnya dia punya warung bakso sendiri. Namun, pada 2016, Sarmo sakit parah. Dia dan istrinya kemudian memutuskan untuk pulang dan menetap di rumah orang tua Sarmo di dusun Tempel, desa Bubakan, kecamatan Girimarto. Sarmo kemudian bekerja menjadi penjual sayur keliling.
Quote:
Pada tahun 2019, Sarmo ingin membuka usaha penggergajian kayu, dia menyewa lahan milik Pak Sudimo yang berada di dusun Ciman, desa Semagar. Lahan itu disewa selama 5 tahun. Sesekali Sarmo dan Latifah bermalam di sana. Sang istri juga memasak untuk para pekerja penggergaji kayu.
Salah satu pekerja penggergaji kayu yang bekerja di tempat Sarmo adalah Podo Agus Purnomo, yang merupakan kepala dusun Ciman. Dia juga jadi pekerja kepercayaan Sarmo. Untuk keperluan usaha, Sarmo membeli pick up Daihatsu Gran Max dan truk engkel Mitsubihsi Canter. Kedua kendaraan diberi secara kredit.
Ketika cicilan kredit kendaraan belum lunas, Sarmo sudah menggadaikan pick up Gran Max sebanyak dua kali dengan nilai lebih dari Rp 30 juta. Alasannya untuk tambah modal usaha penggergajian kayu. Pada tahun 2022, Sarmo berniat menggadaikan kendaraannya lagi. Podo selaku karyawan kepercayaan Sarmo, kemudian mengenalkan juragannya kepada Sunaryo yang punya panggilan Kiyek (47 tahun).
Kiyek adalah makelar jual beli kendaraan, juga menerima gadai kendaraan. Sarmo lalu menggadaikan truk engkel Mitsubishi Canter seharga Rp 12 juta. Uang itu kemudian dipakai untuk modal membeli kayu.
Quote:
Prediksi Sarmo meleset, uang Rp 12 juta hasil menggadaikan truk engkel, ternyata masih kurang untuk modal usaha. Sarmo kemudian menghubungi Kiyek, dan meminta nilai gadai dinaikkan. Kiyek menyetujui hal itu. Tapi, supaya jaminan sepadan, Kiyek minta pick up Gran Max ditukar dengan truk engkel Canter.
Alasannya, Kiyek merasa tidak nyaman kalau setiap hari harus wara-wiri pakai truk engkel, itu agak merepotkan. Jadi, dia memilih kendaraan yang lebih kecil untuk memudahkan aktifitasnya. Sarmo menyetujui pertukaran kendaraan yang akan digadai. Nilai gadai kemudian naik, yang awalnya Rp 12 juta menjadi Rp 48 juta, sudah termasuk bunga selama 3 bulan.
Menaikkan nilai gadai kendaran ternyata menjadi keputusan yang salah, karena cicilannya macet melulu. Sudah lewat tiga bulan cicilan tak kunjung dibayar, sementara Kiyek terus menagih. Suatu hari, Kiyek mendatangi Sarmo dan berkata: "Cepat bayar ! Saya butuh uang untuk beli sepeda motor !"
Sarmo ketar-ketir setelah mendengar ucapan Kiyek, dia berusaha mencari uang secepatnya untuk membayar cicilan. Pria itu kemudian mendapat dana Rp 25 juta hasil menjual perhiasan istri dan dari uang yang disimpan istrinya. Dapat tambahan Rp 13 juta dari pinjaman orang tua. Serta ditambah uang dari hasil penggergajian kayu, total terkumpul lebih dari Rp 48 juta. Sudah cukup untuk membayar utangnya ke Kiyek.
Tapi, Sarmo tidak mau datang menyerahkan uang itu kepada Kiyek, dengan alasan tidak punya kendaraan, karena sepeda motornya telah digadaikan. Dia meminta Kiyek untuk datang ke tempat penggergajian kayu, sekalian membawa pick up Gran Max milik Sarmo. Kiyek menyanggupi, dan pada Rabu Pon, 27 April 2022, Kiyek mendatangi tempat penggergajian kayu Sarmo.
Quote:
Kiyek sampai di tempat Sarmo sekitar pukul 8 malam, waktu itu bulan ramadan. Kiyek baru saja buka puasa dengan keluarga. Dia memakai sarung warna hitam, baju koko warna putih, serta kopiah yang juga berwarna putih. Kedua pria itu lalu mengobrol.
"Uang untuk membayar cicilan sudah ada. Tapi, saya butuh uang itu untuk modal usaha. Gimana kalau pembayarannya ditunda dulu ? Saya janji akan menambah bunga pinjamannya," ujar Sarmo.
Kiyek yang awalnya sumringah karena akan segera menerima uang cicilan, tiba-tiba menjadi jengkel mendengar ucapan Sarmo.
"Kamu gimana sih ? Saya sudah menolong kamu ! Kok sekarang nggak mau bayar !" ujar kiyek, "saya juga sedang butuh uang untuk beli sepeda motor !" sambung pria itu.
Sarmo tak gentar, dan berupaya membujuk Kiyek. "Ayolah sekali ini saja, pembayarnnya ditunda dulu !" bujuk Sarmo.
"Tahu begini aku nggak mau menolong kamu ! Kalau uang itu aku putar, pasti sekarang sudah untung. Kalau saya nggak percaya omongan Pak Podo, nggak mungkin saya bantuin kamu !" ujar Kiyek yang masih kesal. Sarmo yang memang tak berniat membayar cicilan, berusaha membujuk Kiyek dan menenangkan pria itu.
Quote:
Setelah 10 menit, usaha Sarmo membujuk Kiyek berhasil, pria itu sudah sedikit lebih tenang. Sarmo kemudian melanjutkan ceritanya. Dia bilang mengenal dukun hebat bernama Romo Galih.
"Aku dengar cerita tentang dukun hebat bernama Romo Galih, bisa bikin usaha lancar. Gimana kalau kita datangi dia ?" bujuk Sarmo dengan penuh semangat. Kiyek tertarik mendengar cerita Sarmo. Mereka berdua kemudian menuju Selorejo, Girimarto, memakai pick up milik Sarmo. Kiyek diminta untuk menyetir.
Di tengah perjalanan, Sarmo menghubungi Romo Galih, dia bilang ke Kiyek, jika Romo baru pulang jam 9 malam. Sarmo mengajak untuk mampir ke warung, dia kemudian mengambil alih kemudi. Sesampainya di warung, Sarmo memesan dua bungkus es teh manis dan gorengan.
"Dibungkus to ? Saya kira mau makan di sini ?" tanya Kiyek heran.
"Dibungkus aja, nanti kita makan di sana sambil menunggu Romo Galih pulang," jawab Sarmo. Kiyek yang tidak menaruh curiga kemudian naik lagi ke dalam kabin pick up.
"Sebentar ya, saya mau cek engsel pintu bak belakang," sambung Sarmo. Dia berjalan ke bagian belakang pick up, bukan untuk mengecek engsel pintu, tapi dia mencampur potas babi ke salah satu bungkusan es teh. Potas itu disimpan di saku jaket, dan sengaja dibawa dari tempat penggergajian kayu.
Sarmo kemudian menyobek ujung plastik es teh, sebagai tanda jika minuman itu beracun. Es teh rencananya akan diberikan kepada Kiyek. Setelah mempersiapkan es teh rasa potas babi, Sarmo mengajak Kiyek melanjutkan perjalanan.
Quote:
Sepuluh menit kemudian, mereka berdua tiba di tempat tujuan. Memarkir mobil dan minum es teh, sembari menunggu Romo Galih pulang. Sarmo kemudian memberi Kiyek satu bungkus es teh.
"Rasanya kok aneh, ya ?" kata Kiyek setelah meminum es teh sambil mengeluh sakit kepala, plastik es yang dipegangnya kemudian jatuh.
Sarmo membantu Kiyek masuk ke dalam kabin pick up, pria itu kemudian tak sadarkan diri. Sarmo meraba tubuh Kiyek, untuk memastikan jika nadinya tak lagi berdenyut dan tak lagi bernafas. Setelah memastikan Kiyek sudah meninggal, Sarmo mengemudikan pick up kembali ke tempat penggergajian kayu dan tiba pada pukul 11 malam.
Sampai di tempat penggergajian kayu di dusun Ciman, Sarmo meninggalkan mayat Kiyek dalam posisi duduk agar tak ada yang curiga. Karena saat itu di tempat penggergajian ada istrinya Latifah, paman dari Sarmo yang bernama Kasmo dan beberapa pekerja.
Setelah orang-orang pulang, Sarmo mengambil jenazah Kiyek dari dalam kabin pick up dan memindahkannya ke gudang yang berisi peralatan dan serbuk kayu hasil penggergajian. Dengan memakai sekop, dia menggali lubang di bawah dipan. Dia membuka pakaian Kiyek, dan hanya menyisakan celana dalam.
Jenazah pria itu dimasukkan ke dalam lubang dan ditutupi serbuk gergaji, dia mengambil ponsel Kiyek, selanjutnya membakar sarung, baju koko dan kopiah yang dikenakan.
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
Di rumah Kiyek di dusun Panggih, desa Jatipurno, sang istri gelisah, karena suaminya tak kunjung pulang. Ke mana dia ? Terakhir suaminya pamit ke tempat penggergajian kayu milik Sarmo pada malam hari, 27 April 2022. Waktu itu jam 1 pagi tanggal 28 April 2022, sang istri mengirim pesan WA ke suaminya, tapi tidak dibalas.
Pukul setengah 4 pagi saat sahur, sang istri kembali mengirim pesan WA kepada suaminya, dua jam kemudian pesan itu dibalas. Balasan pesan itu sebagai berikut: Enggak usah bingung, kalau waktunya pulang, saya pasti akan pulang.
Sang istri lega mendengar jawaban itu, karena sang suami baik-baik saja. Tapi, sampai jam setengah 11 siang, Kiyek tak kunjung pulang. Istrinya mengirim pesan WA lagi menanyakan keberadaannya. Namun, balasan yang diterima aneh, karena Kiyek minta uang Rp 4 juta. Di sini sang istri curiga, jika yang membalas bukan Kiyek. Karena suaminya kalau balas pesan WA sering pakai voice noteatau menelepon langsung.
Sang istri melaporkan hal ini kepada mertuanya, keluarga besar pun kemudian berkumpul. Mereka kemudian menghubungi Pak Podo, yang mengenalkan Kiyek kepada Sarmo untuk gadai mobil.
"Lah, saya nggak tahu di mana Kiyek ?" ucap Pak Podo, saat ditanya lewat WA tentang Kiyek yang tak ada kabar. Keluarga yang tak puas dengan jawaban Pak Podo, langsung mendatangi rumah pria itu. Setibanya di rumah Pak Podo, yang ada hanya istrinya, wanita itu mengatakan suaminya ada di tempat penggergajian kayu Sarmo.
Quote:
Keluarga kemudian mendatangi tempat penggergajian, di sana mereka bertemu Pak Podo dan Sarmo. Menurut keterangan Sarmo, Kiyek memang datang ke tempatnya pada Rabu malam, utang Rp 48 juta sudah dibayar. Dia kemudian mengantar Kiyek ke pasar Jatipurno karena ada urusan jual beli motor.
Keluarga yang mulai gelisah kemudian bilang akan lapor polisi, tapi Pak Podo mencegah, dan meminta menunggu sampai 3 hari. Tapi, keluarga tetap melaporkan hilangnya Kiyek ke Polres Wonogiri.
Waktu terus berlalu, tapi tak ada kabar tentang Kiyek. Pada awal Mei 2022, keluarga dapat pesan WA dari orang tak dikenal yang mengatakan Kiyek diculik, dan pengirim pesan minta tebusan Rp 40 juta, serta meminta jangan lapor polisi.
Namun, keluarga tetap melaporkan ancaman itu ke polisi. Pihak berwajib yang mendapat laporan itu, menduga jika Sarmo ada kaitannya dengan hilangnya Kiyek. Karena pria itu adalah orang terakhir yang bertemu Kiyek.
Polisi memburu Sarmo, dan menangkapnya saat sedang mengendarai pick up. Saat ponselnya diperiksa, ada pesan minta tebusan yang dikirim ke keluarga Kiyek. Sarmo berkelit dan berkata: "Pesan itu cuma iseng aja kok, siapa tahu mereka mau mengirimi saya uang Rp 40 juta."Sebuah pernyataan janggal dan tidak masuk akal.
Kepada polisi, Sarmo mengatakan jika dirinya mengantar Kiyek ke pasar Jatipurno pada 27 April, sejak itu dia tidak lagi bertemu dengan Kiyek. Tapi, menurut investigasi polisi, Kiyek tak pernah datang ke pasar itu dan tidak bertemu dengan seseorang.
Quote:
Polisi yang curiga menduga jika Kiyek sudah tewas, dan jasadnya dikubur di tempat penggergajian kayu. Polisi kemudian menuju tempat penggergajian kayu, mereka memeriksa dan menggali tanah guna mencari jasad Kiyek. Lokasi yang dicurigai adalah sebuah gubuk, biasa dipakai istirahat pekerja Sarmo.
Saat memeriksa gubuk, petugas tidak menemukan jasad manusia, melainkan sebuah motor matic Honda Beat warna hitam. Menurut Sarmo, motor dibeli via online dari seseorang di Solo, dia kemudian melakukan COD di kawasan hutan Sendorok. Polisi kemudian mendapat keterangan dari Gunawan, tetangga Sarmo yang diajak mengambil motor di sebuah gubuk di hutan Sendorok.
Waktu itu, Gunawan diminta menghilangkan nomor rangka dan nomor mesin kendaraan memakai gerinda, pelat nomor asli diganti dengan pelat nomor palsu. Sarmo melakukan hal itu, karena sepeda motor itu tidak memiliki surat-surat kelengkapan.
Sarmo lalu menyerahkan sepeda motor itu kepada pekerjanya sebagai ganti upah kerja, kemudian motor itu ditebus oleh adik laki-laki Sarmo senilai Rp 4 juta. Polisi yang curiga menelusuri pemilik asli sepeda motor, ternyata pemiliknya adalah Katin Endangwati, suami dari Agung Santosa.
Pria itu tinggal di dusun Gombang, desa Sajen, kecamatan Trucuk, kabupaten Klaten. Agung ternyata dilaporkan hilang sejak November 2021. Meski waktu itu Sarmo dicurigai, tapi polisi tidak menangkapnya karena tidak cukup bukti.
Quote:
Waktu berlalu, dan keluarga masih tidak tahu keberadaan Kiyek. Sarmo masih menjalankan bisnis penggergajian kayu. Namun, usahanya tidak berjalan sesuai harapan. Menjelang akhir tahun 2023, Sarmo yang butuh uang mulai gelisah. Pada 12 November dia mendatangi tempat penggergajian kayu milik Sukino di dusun Tukluk, desa Kerjo Lor, kecamatan Ngadirojo.
Dia pernah bekerja di sana dan hafal seluk-beluknya, tengah malam dengan mengendarai sepeda motor, Sarmo mendatangi tempat penggergajian itu. Sampai di lokasi, dia melihat seorang pekerja tidur. Dia mengambil sebuah tas di dekatnya, kemudian membawa sebuah gergaji mesin. Sarmo lalu buru-buru kabur.
Di tengah perjalanan, Sarmo berhenti sejenak, mengecek isi tas, ada dua ponsel di dalamnya. Satu ponsel dibuang di tepi sawah karena tidak layak pakai. Sementara satunya lagi dibawa dan di instal ulang di konter keesokan harinya. Gergaji mesin dijual kepada seseorang seharga Rp 2,5 juta.
Pada 13 November, tempat penggergajian kayu Sukino dibuat gempar, karena tas pekerja dan satu gergaji mesin hilang. Kecurigaan langsung mengarah ke Sarmo, dulu dia pernah kerja di sana dan sempat melakukan pencurian. Setelah polisi mendapat laporan pencurian, mereka bergerak mencari orang itu. Sarmo akhirnya ditangkap pada 4 Desember 2023.
Awalnya Sarmo membantah tuduhan mencuri ponsel dan gergaji mesin, tapi polisi berhasil mendesaknya dan membuat dia mengaku. Selain pencurian, polisi menanyakan tentang hilangnya Kiyek dan Agung Santosa. Sarmo lalu mengaku telah membunuh keduanya.
"Saya racun Kiyek pakai potas sampai tewas, kemudian saya kubur dia di bawah dipan dan menutupnya dengan serbuk gergaji,"ujar Sarmo waktu itu.
Quote:
Dalam pengakuan kepada polisi, Sarmo lega ketika pada 2022, polisi gagal menemukan jasad Kiyek yang disembunyikan di bawah dipan. Selama 3 bulan setelah polisi menggeledah tempat penggergajian kayunya, Sarmo sering tidur di atas dipan, yang dibawahnya terkubur jasad Kiyek. Dia tidak takut. Sarmo lebih takut kalau polisi mengetahui aksi kejinya.
Sarmo juga mengaku menyiramkan solar ke bawah dipan, tak lama setelah mengubur Kiyek, agar bau jasadnya tidak tercium. Karena takut ketahuan, Sarmo membakar ponsel Kiyek. Dia juga membongkar kuburan Kiyek yang sudah jadi kerangka. Dia membakar kerangka itu memakai ban dan solar, karena masih ada sisa patahan tulang, Sarmo menumbuk sisa tulang itu dengan balok kayu.
Di area pemotongan kayu Sarmo ada tiga bangunan rumah. Satu berukuran besar dan dua lainnya lebih kecil. Tiga rumah itu terbuat dari kayu, bambu, dan sebagian dari batako. Setelah menumbuk tulang Kiyek, serpihan tulang kemudian dikubur di salah satu rumah berukuran kecil.
Quote:
Setelah polisi datang ke tempat penggergajian kayu, Sarmo merasa gelisah dan tak nyaman, karena polisi sering berkunjung ke dusun Ciman untuk melakukan investigasi dan menanyai warga. Warga sekitar yang curiga, semakin tak suka dengan Sarmo.
Pria itu kemudian memboyong istri dan dua anaknya dari dusun Ciman. Dia kemudian mengontrak rumah di Jatirejo, kecamatan Ngadirojo. Karena takut polisi akan menemukan sisa tulang Kiyek, pada November 2022, Sarmo kembali ke tempat pemotongan kayu. Dia menggali sisa kerangka Kiyek, dan menyembunyikannya di rumah kontrakan di Jatirejo. Kiyek ternyata bukan korban pertama, menurut pengakuan Sarmo, dia telah membunuh tiga orang lagi.
Selanjutnya kisah 3 korban yang dibunuh Sarmo, lanjut post #2 ya 

Referensi: 1| 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7
rah.hidayat1111 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
1.6K
40
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan









