- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dosen UGM Berusia 34 Tahun Masuk Top 2 Persen Ilmuwan Berpengaruh Dunia
TS
saokuda
Dosen UGM Berusia 34 Tahun Masuk Top 2 Persen Ilmuwan Berpengaruh Dunia

KOMPAS.com - Salah satu dosen muda di Universitas Gadjah Mada (UGM), ada yang masuk Top 2 persen Ilmuwan Berpengaruh Dunia.
Data yang dirilis Stanford University ini berisi para ilmuwan terbaik di dunia yang punya pengaruh besar.
Ternyata, dalam data World’s Top 2 Percent Scientist 2025, ada nama dosen Fakultas Farmasi UGM, apt. Eka Noviana, Ph.D.
Ia kelahiran tahun 1991, yang berarti baru berusia 34 tahun saat daftar ini dirilis.
Eka Noviana pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi UGM. Setelah itu, ia mendapatkan beasiswa melanjutkan studi S2 di University of Arizona, Amerika Serikat, dan S3 di Colorado State University.
Mengenai hasil rilis ini, baginya penilaian sebagai ilmuwan berpengaruh ini makin memotivasinya untuk terus melakukan riset dan publikasi yang makin berdampak bagi masyarakat.
Kembangkan metode deteksi berbasis kertas
Eka menceritakan namanya bisa masuk dalam daftar 2 persen ilmuwan berpengaruh dunia berkat dari riset selama studi doktoral di bidang analitik di Colorado State University, Amerika Serikat dan mengembangkan metode deteksi berbasis kertas (paper-based analytical device).
“Penelitian kami tentang metode deteksi menggunakan kit kertas itu mendapat banyak sitasi. Dari situ, kami akhirnya bisa masuk dalam daftar Top 2% Scientist,” ujarnya, dilansir dari UGM, Kamis (16/10/2025).
Dari penelitian ini mendorong Eka untuk mengembangkan ketertarikannya dalam mendeteksi bahan berbahaya, baik berupa obat atau zat kimia lain.
Deteksi boraks hingga pewarna tekstil yang dilarang.
Di laboratorium Fakultas Farmasi UGM, ia melakukan berbagai uji untuk mendeteksi boraks, pewarna tekstil yang dilarang.
Hingga kadar obat dalam darah. Ia menceritakan bahwa inovasi ini memungkinkan pengujian langsung tanpa perlu alat besar atau listrik.
“Cukup satu tetes sampel, lalu kita deteksi dan bisa tahu hasilnya,” jelasnya.
Dari segi sampah kimia, menurut Eka metode ini tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan. Dengan volume sampel kecil dan limbah kimia minimal, alat ini mudah digunakan di lapangan karena materialnya ringan terurai.
Terlebih, Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga tidak semua daerah memiliki akses laboratorium atau listrik.
Universitas Gadjah Mada
Tantangan peneliti Indonesia
Berangkat dari pengalaman studi di dalam dan luar negeri, ia menyadari tantangan penelitian di Indonesia cukup besar, terutama dari sisi dana dan ketersediaan instrumen laboratorium.
https://www.kompas.com/edu/read/2025...n-berpengaruh?
Semoga tetap amanah dan ilmunya bermanfaat bagi bangsa
yasyah81 dan 4l3x4ndr4 memberi reputasi
2
289
15
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan