Kompas.com, 5 Oktober 2025, 14:27 WIB

Albertus Adit
Penulis

SERANG, KOMPAS.com- Seorang vlogger asal India melakukan perjalanan ribuan kilometer ke Indonesia untuk melamar teman perempuannya yang ia kenal secara daring. Namun, niat romantis itu berujung penolakan karena alasan adat.

Kisah ini berawal dari pertemanan daring antara sang vlogger dengan seorang wanita Indonesia.

Keduanya menjalin komunikasi rutin selama berbulan-bulan dan merasa semakin akrab. Dari interaksi itulah, pria India tersebut mulai menaruh hati dan yakin bahwa hubungan mereka tulus.

Dengan keyakinan itu, ia memutuskan untuk membeli tiket dan terbang ke Indonesia. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 5.000 kilometer, ia akhirnya bertemu langsung dengan wanita yang selama ini hanya ia kenal lewat layar.

Pertemuan keduanya berlangsung hangat. Namun tanpa menunggu lama, pria itu langsung menyatakan cinta dan melamar sang wanita dengan memberikan cincin sambil bertanya, “Maukah kau menikah denganku?”

Wanita Indonesia itu tampak kebingungan. Terlebih lagi, percakapan mereka sempat terhambat oleh perbedaan bahasa. Ia pun menggunakan aplikasi penerjemah untuk memahami maksud sang vlogger.

Akhirnya, lamaran tersebut ditolak. Bukan karena tidak menyukai sang pria, tetapi karena alasan budaya, sebagaimana diberitakan World of Buzz pada Sabtu (4/10/2025).

Wanita itu berasal dari suku Baduy, komunitas adat di Banten yang memiliki aturan ketat dalam hal pernikahan. Menurut keyakinan mereka, pernikahan hanya boleh dilakukan antaranggota komunitas yang sama.

Rumsyah, seorang kreator konten Indonesia, menjelaskan bahwa perempuan dari suku Baduy biasanya menikah dengan sesama warga Baduy.

“Perempuan Baduy umumnya memilih pasangan dari dalam komunitas mereka sendiri,” ujarnya.

Meski demikian, warga Baduy tetap terbuka untuk berinteraksi dan berteman dengan orang luar, selama hal itu tidak melanggar batas adat yang mereka junjung tinggi.

Perjalanan panjang sang vlogger pun berakhir tanpa kisah cinta seperti yang ia harapkan. Namun, kisahnya menjadi pengingat bahwa cinta lintas budaya tak selalu mudah, terutama ketika berhadapan dengan nilai-nilai tradisi yang kuat.

sumber