- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Etanol di BBM Dasaran Pertamina, Apa Manfaat dan Mudaratnya?
TS
jaguarxj220
Etanol di BBM Dasaran Pertamina, Apa Manfaat dan Mudaratnya?
Bloomberg Technoz, Jakarta – Pakar bahan bakar minyak (BBM) menilai penggunaan penggunaan etanol dalam BBM dasaran atau base fuel seperti milik PT Pertamina (Persero) memiliki sejumlah keuntungan sekaligus tantangan.
Terlebih, hal ini berkaitan dengan pembatalan pembelian base fuel sebanyak 40.000 barel dari Pertamina oleh SPBU Vivo, usai ditemukan adanya kandungan etanol sebanyak 3,5%, padahal ketentuan Ditjen Migas disebut membolehkan hingga ambang batas 20%.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yus Widjajanto mengungkapkan, dari sisi keunggulan, etanol diketahui memiliki nilai research octane number (RON) tinggi, yakni sekitar 110–120.
Walhasil, dengan penambahan etanol sebesar 3,5% ke dalam bensin, RON dapat meningkat sebesar 3,85–4,2 poin.
Selain itu, kata Tri, etanol bersifat ramah lingkungan, karena berasal dari bahan baku nabati. Penggunaannya juga dianggap karbon netral sehingga bisa menurunkan emisi CO2 sebesar 3,5%.
"[Etanol] menurunkan emisi CO2 sebesar 3,5% karena berasal dari bahan baku nabati yg dianggap carbon netral [tidak menambah CO2 di udara]," kata Tri saat dihubungi, dikutip Sabtu (4/10/2025).
Efek Negatif
Meski demikian, dia menekankan kandungan energi etanol memang lebih rendah dibandingkan dengan bensin, yakni rentang 26,8—29,7 megajoule per kilogram (MJ/kg), sedangkan bensin sekitar 40 MJ/kg.
Di sisi lain, Tri menuturkan sejumlah konsekuensi yang harus diantisipasi. Terlebih, penambahan etanol membuat kandungan energi campuran bensin turun sekitar 1%.
Selain itu, kadar oksigen tinggi dapat meningkatkan air fuel ratio (AFR) sehingga mesin cenderung lebih panas jika kadar etanol terlalu tinggi.
Karakteristik etanol yang higroskopis juga berpotensi menimbulkan masalah. Etanol mudah menyerap uap air, sehingga meningkatkan kadar air dalam bensin. Jika bensin tercampur air, kadar etanol akan menurun dan otomatis membuat nilai RON ikut turun.
Dari sisi teknis, "[Etanol] tidak kompatibel dengan seal, karet-karet pada kendaraan lama." Sebab seal dan karet-karet bisa rusak bila terpapar etanol. Namun, kendaraan modern umumnya dapat menerima bensin dengan kadar etanol hingga 20%.
"Kebutuhan aditif pengendali deposit meningkat jika bensin mengandung etanol," tegasnya.
Hal Lazim
Pada kesempatan berbeda, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Laode Sulaeman menegaskan penggunaan etanol dalam base fuel adalah praktik yang lazim.
Menurutnya, BBM yang dijual di banyak negara juga mengandung etanol. Bahkan, lanjutnya, SPBU Shell di Amerika Serikat (AS) juga memperdagangkan bensin dengan kandungan etanol.
"Kalau di Amerika saja, Shell juga sudah pakai etanol. Di Amerika sendiri mereka bensinnya pakai etanol. Saya bisa kasih lihat bukti-bukti itu," ujarnya kepada awak media ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (3/10/2025).
Laode mengklarifikasi bahwa Ditjen Migas Kementerian ESDM hanya mengatur spesifikasi terkait dengan nilai RON dalam BBM fosil jenis bensin, bukan kandungan etanol di dalamnya.
Ketentuan mengenai kandungan etanol baru diatur dalam persyaratan spesifikasi bahan bakar bensin berbasis nabati seperti bioetanol atau biogasoline.
Dengan demikian, kandungan etanol dalam jumlah kecil dalam BBM dasaran dinilainya tidak memengaruhi kualitas.
“Etanol itu di internasional sudah banyak yang pakai, jadi tidak mengganggu performa. Bahkan bagus. Dengan menggunakan etanol itu, negara-negara yang punya industri hulu etanol besar kayak Brasil, mereka sudah pakai E-nya itu di atas 20%,” kata Laode.
“Jadi enggak ada masalah sih sebenarnya.”
Dia pun menegaskan keputusan Vivo untuk batal membeli base fuel Pertamina akibat kandungan etanol 3,5% murni disebabkan karena masalah kesepakatan yang tidak tercapai antar kedua pihak, bukan terkait dengan kualitas BBM yang ditawarkan Pertamina.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, hingga Jumat (26/9/2025), sudah terdapat dua operator SPBU swasta yang sebenarnya berminat membeli base fuel yang telah diimpor perseroan, yakni Vivo dan BP-AKR.
Dalam perkembangannya, setelah melakukan negosiasi secara bisnis ke bisnis atau business to business (B2B), BP-AKR dan Vivo membatalkan untuk melanjutkan pembelian BBM tersebut sebab setelah dilakukan pengecekan terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam base fuel tersebut.
“Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Kalau tidak salah sampai 20% etanol,” ucap Achmad dalam rapat dengar pendapat dengan operator SPBU swasta dan Dirjen Migas ESDM di Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).
“Ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut,” lanjut Achmad.
Lebih lanjut, Achmad menyatakan akan terdapat kargo BBM kedua yang tiba di Tanah Air dan diharapkan memiliki spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing operator SPBU swasta.
“Nah, tetapi teman-teman SPBU swasta berkenan jika nanti pada kargo selanjutnya siap bernegosiasi kalau memang nanti kualitasnya,” tuturnya.
Dalam kaitan itu, Achmad mengungkapkan bahwa operator SPBU swasta membutuhkan total 1,2 juta barel base fuel dengan RON 98 dan 278.000 barel base fuel dengan nilai oktan 92.
“Lalu, komersialnya itu cost plus fee, jadi produk dan fee-fee lainnya. Lalu, mengenai term and condition payment-nya itu adalah cash before delivery,” tegas Achmad.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...an-mudaratnya/
Makanya suka ada kasus BBM Pertamina ada airnya ya.
Silahkan dinilai sendiri, mau pake pertamak ber-etanol.
Apa sekalian aja pake pertalit selama Shell-BP-Vivo kosong.
Kalo mobil spek mesin angkot, grab, mobil barang, mendingan hajar sekalian pertalit lah ya.
Ngapain bayar mahal buat pertamak spek pertalit.
Terlebih, hal ini berkaitan dengan pembatalan pembelian base fuel sebanyak 40.000 barel dari Pertamina oleh SPBU Vivo, usai ditemukan adanya kandungan etanol sebanyak 3,5%, padahal ketentuan Ditjen Migas disebut membolehkan hingga ambang batas 20%.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yus Widjajanto mengungkapkan, dari sisi keunggulan, etanol diketahui memiliki nilai research octane number (RON) tinggi, yakni sekitar 110–120.
Walhasil, dengan penambahan etanol sebesar 3,5% ke dalam bensin, RON dapat meningkat sebesar 3,85–4,2 poin.
Selain itu, kata Tri, etanol bersifat ramah lingkungan, karena berasal dari bahan baku nabati. Penggunaannya juga dianggap karbon netral sehingga bisa menurunkan emisi CO2 sebesar 3,5%.
"[Etanol] menurunkan emisi CO2 sebesar 3,5% karena berasal dari bahan baku nabati yg dianggap carbon netral [tidak menambah CO2 di udara]," kata Tri saat dihubungi, dikutip Sabtu (4/10/2025).
Efek Negatif
Meski demikian, dia menekankan kandungan energi etanol memang lebih rendah dibandingkan dengan bensin, yakni rentang 26,8—29,7 megajoule per kilogram (MJ/kg), sedangkan bensin sekitar 40 MJ/kg.
Di sisi lain, Tri menuturkan sejumlah konsekuensi yang harus diantisipasi. Terlebih, penambahan etanol membuat kandungan energi campuran bensin turun sekitar 1%.
Selain itu, kadar oksigen tinggi dapat meningkatkan air fuel ratio (AFR) sehingga mesin cenderung lebih panas jika kadar etanol terlalu tinggi.
Karakteristik etanol yang higroskopis juga berpotensi menimbulkan masalah. Etanol mudah menyerap uap air, sehingga meningkatkan kadar air dalam bensin. Jika bensin tercampur air, kadar etanol akan menurun dan otomatis membuat nilai RON ikut turun.
Dari sisi teknis, "[Etanol] tidak kompatibel dengan seal, karet-karet pada kendaraan lama." Sebab seal dan karet-karet bisa rusak bila terpapar etanol. Namun, kendaraan modern umumnya dapat menerima bensin dengan kadar etanol hingga 20%.
"Kebutuhan aditif pengendali deposit meningkat jika bensin mengandung etanol," tegasnya.
Hal Lazim
Pada kesempatan berbeda, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Laode Sulaeman menegaskan penggunaan etanol dalam base fuel adalah praktik yang lazim.
Menurutnya, BBM yang dijual di banyak negara juga mengandung etanol. Bahkan, lanjutnya, SPBU Shell di Amerika Serikat (AS) juga memperdagangkan bensin dengan kandungan etanol.
"Kalau di Amerika saja, Shell juga sudah pakai etanol. Di Amerika sendiri mereka bensinnya pakai etanol. Saya bisa kasih lihat bukti-bukti itu," ujarnya kepada awak media ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (3/10/2025).
Laode mengklarifikasi bahwa Ditjen Migas Kementerian ESDM hanya mengatur spesifikasi terkait dengan nilai RON dalam BBM fosil jenis bensin, bukan kandungan etanol di dalamnya.
Ketentuan mengenai kandungan etanol baru diatur dalam persyaratan spesifikasi bahan bakar bensin berbasis nabati seperti bioetanol atau biogasoline.
Dengan demikian, kandungan etanol dalam jumlah kecil dalam BBM dasaran dinilainya tidak memengaruhi kualitas.
“Etanol itu di internasional sudah banyak yang pakai, jadi tidak mengganggu performa. Bahkan bagus. Dengan menggunakan etanol itu, negara-negara yang punya industri hulu etanol besar kayak Brasil, mereka sudah pakai E-nya itu di atas 20%,” kata Laode.
“Jadi enggak ada masalah sih sebenarnya.”
Dia pun menegaskan keputusan Vivo untuk batal membeli base fuel Pertamina akibat kandungan etanol 3,5% murni disebabkan karena masalah kesepakatan yang tidak tercapai antar kedua pihak, bukan terkait dengan kualitas BBM yang ditawarkan Pertamina.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, hingga Jumat (26/9/2025), sudah terdapat dua operator SPBU swasta yang sebenarnya berminat membeli base fuel yang telah diimpor perseroan, yakni Vivo dan BP-AKR.
Dalam perkembangannya, setelah melakukan negosiasi secara bisnis ke bisnis atau business to business (B2B), BP-AKR dan Vivo membatalkan untuk melanjutkan pembelian BBM tersebut sebab setelah dilakukan pengecekan terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam base fuel tersebut.
“Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Kalau tidak salah sampai 20% etanol,” ucap Achmad dalam rapat dengar pendapat dengan operator SPBU swasta dan Dirjen Migas ESDM di Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).
“Ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut,” lanjut Achmad.
Lebih lanjut, Achmad menyatakan akan terdapat kargo BBM kedua yang tiba di Tanah Air dan diharapkan memiliki spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing operator SPBU swasta.
“Nah, tetapi teman-teman SPBU swasta berkenan jika nanti pada kargo selanjutnya siap bernegosiasi kalau memang nanti kualitasnya,” tuturnya.
Dalam kaitan itu, Achmad mengungkapkan bahwa operator SPBU swasta membutuhkan total 1,2 juta barel base fuel dengan RON 98 dan 278.000 barel base fuel dengan nilai oktan 92.
“Lalu, komersialnya itu cost plus fee, jadi produk dan fee-fee lainnya. Lalu, mengenai term and condition payment-nya itu adalah cash before delivery,” tegas Achmad.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...an-mudaratnya/
Makanya suka ada kasus BBM Pertamina ada airnya ya.
Silahkan dinilai sendiri, mau pake pertamak ber-etanol.
Apa sekalian aja pake pertalit selama Shell-BP-Vivo kosong.
Kalo mobil spek mesin angkot, grab, mobil barang, mendingan hajar sekalian pertalit lah ya.
Ngapain bayar mahal buat pertamak spek pertalit.
danarputraprada dan 6 lainnya memberi reputasi
7
700
55
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan