- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dokter Gizi Soroti Menu MBG, Pertanyakan Adanya Susu Kotak dan Makanan Ultraproses


TS
92702689
Dokter Gizi Soroti Menu MBG, Pertanyakan Adanya Susu Kotak dan Makanan Ultraproses

KOMPAS.com - Dokter gizi masyarakat Tan Shot Yen menyoroti sejumlah menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tidak tepat dan berpotensi menimbulkan masalah.
Sebelumnya, dia sempat menerima laporan dari warganet yang mengaku anaknya mendapat roti, susu kotak, dan telur.
Padahal, 80 persen etnik Melayu adalah intoleran laktosa.
Karena itu, susu kotak dan produk ultra-processed foods (UPF), seperti biskuit dan makanan kemasan, seharusnya tidak menjadi bagian menu MBG.
“Produk ultraproses dan termasuk aneka susu yang tinggi gula lalu ada rasa-rasa, dan susu bukan suatu kebutuhan,” kata Tan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/9/2025).
Isi menu MBG seharusnya
Dia menyampaikan, susu adalah protein hewani yang bisa digantikan dengan sumber pangan lainnya.
Dengan demikian, susu adalah bagian dari protein hewan yang tidak perlu ada, selama tersedia menu telur, ikan, atau daging.
Menurutnya, satu porsi menu MBG perlu menggunakan slogan “Isi Piringku” sebagai Pedoman Gizi Seimbang, bukan "4 Sehat 5 Sempurna" yang sudah tak lagi berlaku sejak 2014.
Diketahui, menu “4 Sehat 5 Sempurna” terdiri dari makanan pokok, lauk, sayur, buah, dan susu.
Namun, dalam “Isi Piringku”, tidak lagi menyebutkan susu.
Pedoman “Isi Piringku” terdiri dari empat bahan pangan, yakni makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, lauk-pauk sebagai sumber protein, serta buah dan sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral.
“Nah, sesuai dengan kebutuhan per kali makan, sesuaikan saja dengan 'Isi Piringku',” jelas dia.
Bisa menambahkan variasi kuliner khas daerah
Tan menjelaskan, menu MBG juga bisa divariasikan sesuai kuliner khas daerah atau menu setempat.
Dia merekomendasikan alokasi menu lokal sebanyak 80 persen MBG di seluruh wilayah.
Menurutnya, varian masakan khas daerah itu ditambahkan agar anak atau siswa terbiasa, sehingga tidak hanya mengenal makanan modern, seperti burger atau spageti.
“Jadi kalau misalnya di Lombok, bisa menggunakan nasi (makanan pokok) dengan ayam taliwang (lauk-pauk),” ujarnya.
Sementara, sayur-sayuran dalam pedoman "Isi Piringku" untuk MBG, salah satunya bisa diisi dengan urap.
Tan menuturkan, banyak jenis sayur yang bisa dimasak dengan berbagai variasi, termasuk wortel dan labu.
“Kalau sayurnya enggak doyan, enggak semua sayur berdaun kan.
Ada yang namanya wortel, ada yang namanya labu siam,” ucap Tan.
Sementara, buah-buahan untuk MBG sesuai "Isi Piringku" bisa berasal dari budidaya setempat.
Menurutnya, Indonesia mempunyai jenis buah yang sangat beragam dan mudah ditemui di masing-masing daerah.
“Buah setempat apa pun yang ada.
Mau pakai semangka atau mau pakai pisang atau mau pakai jeruk, enggak ada masalah,” kata dia.
Bagaimana cara menjaga kualitas menu MBG? Tan menjelaskan, perlu adanya fungsi supervisi, monitoring, dan evaluasi pada setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) agar kualitas menu MBG tetap terjaga secara konsisten.
Dia pun merekomendasikan kerja sama SPPG dengan Dinas Kesehatan setempat maupun Puskesmas yang memang sudah terbiasa melakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi.
Selain itu, setiap SPPG juga harus mempunyai ahli gizi yang berkompeten.
Menurutnya, ahli gizi yang dipekerjakan di SPPG harus memahami Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) dan macam-macam ultra-processed foods.
Ahli gizi juga perlu memahami pengelolaan makanan dalam jumlah besar dan menyusun menu yang baik.
“Jadi bukan cuman asal hitung-hitungan berapa kalori, berapa protein, berapa karbo, berapa vitamin, dan seterusnya,” pungkasnya.
Sumber
Quote:
baru tahu, ternyata laktosa bisa rasis gitu 






Hitlier dan 2 lainnya memberi reputasi
3
429
23


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan