Kaskus

News

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Siswa Korban Keracunan MBG Tak Punya BPJS, Biaya RS Tak Ada yang Menanggung
Siswa Korban Keracunan MBG Tak Punya BPJS, Biaya RS Tak Ada yang Menanggung
Siswa Korban Keracunan MBG Tak Punya BPJS, Biaya RS Tak Ada yang Menanggung
Kompas.com - 25/09/2025, 19:48 WIB Ihsanuddin Editor Lihat Foto Pelajar mengembalikan ompreng MBG me meja display di SMP Negeri 3 Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.(KOMPAS.COM/DANI JULIUS)

KULON PROGO, KOMPAS.com – Insiden keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kulon Progo akhir Juli lalu menyisakan kisah memilukan.

Seorang siswa korban diare parah harus dirawat di rumah sakit, namun keluarganya tak memiliki jaminan BPJS maupun asuransi kesehatan.

Seorang kepala sekolah berinisial RW menceritakan, pihaknya berusaha meminta pertanggungjawaban dari dapur penyedia makanan MBG. Namun jawaban yang diterima justru membuat kecewa.

“Pihak dapur malah bilang nanti akan cover kalau rawat inap, tapi tidak sepenuhnya. Lho, kok enggak sepenuhnya?” kata RW di ruang kerjanya, Kamis (25/9/2025).

RW menyebut, kondisi ini menambah beban sekolah. Pasalnya, orangtua siswa yang panik selalu datang menuntut jawaban ke pihak sekolah lebih dulu.

“Kalau sampai ada anak keracunan, siapa yang bertanggung jawab? Itu tidak tertulis di MoU,” ujarnya.

RW pun telah menyampaikan kasus ini dalam forum bersama Ombudsman RI dan Badan Gizi Nasional (BGN). Ia mendesak agar nota kesepahaman (MoU) antara sekolah dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) direvisi, agar jelas pihak mana yang bertanggung jawab bila ada korban sakit.

“Harus ada MoU ulang. Harus jelas siapa yang bertanggung jawab,” tegasnya.

Diketahui, insiden keracunan massal pada 31 Juli lalu membuat sekitar 85 persen dari total 384 siswa SMP 3 Wates mengalami diare usai mengonsumsi makanan MBG.

Program sempat dihentikan sepekan untuk evaluasi, lalu kembali berjalan.

https://regional.kompas.com/read/202...ng-menanggung.

Pemerintah Tegaskan Program Makan Bergizi Gratis Tak Akan Dihentikan Meski Ada Kasus Keracunan
Siswa Korban Keracunan MBG Tak Punya BPJS, Biaya RS Tak Ada yang Menanggung
Selfi - Nasional
Kamis, 25 September 2025 18:13 PM
Bagikan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Wakil Menteri Sekretaris Negara (Wamen Sesneg) Juri Ardiantoro memastikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) tetap berjalan. Hal ini ditegaskan setelah muncul desakan dari sejumlah pihak yang meminta evaluasi menyeluruh pascakasus keracunan massal di Bandung Barat, Jawa Barat.

"Memang beberapa aspirasi dari beberapa kalangan yang minta ada evaluasi total, ada pemberhentian sementara, ada juga sambil jalan kita perbaiki tapi tidak perlu menghentikan secara total," ujar Juri di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip Kamis (25/9/2025)


Menurut Juri, pemerintah tetap berkomitmen melanjutkan program ini sambil melakukan evaluasi dan perbaikan ketat agar kasus serupa tidak terulang.

“Masalah-masalah yang terjadi segera akan diatasi, dievaluasi cari jalan keluar," tegasnya.

Ia menambahkan, Presiden telah memberikan arahan khusus agar pengawasan lebih diperketat serta risiko-risiko yang mungkin timbul bisa segera dimitigasi.

“Dari MBG di sini kan sudah diarahkan oleh Pak Presiden untuk memitigasi masalah yang terjadi, juga untuk menutup ruang masalah-masalah baru yang mungkin akan terjadi, sehingga bisa dengan segera diatasi,” katanya.


Lebih lanjut, Juri memastikan komunikasi intensif terus dilakukan dengan para menteri terkait serta pimpinan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mengoordinasikan langkah evaluasi menyeluruh. (Wahyuni/Fajar)

https://fajar.co.id/2025/09/25/pemer...sus-keracunan/


Pesantren di Majalengka Sukses Kelola Makanan untuk Ratusan Santri Tanpa Keluhan Keracunan
Siswa Korban Keracunan MBG Tak Punya BPJS, Biaya RS Tak Ada yang Menanggung

Pikiran Rakyat Koran - 25 Sep 2025, 07:20 WIB Penulis: Tim Pikiran Rakyat Editor: Muhamad Firdaus Ramadhan Siswa yang diduga mengalami gejala keracunan akibat mengonsumsi MBG dibawa dan menjalani perawatan di area Gedung Olah Raga Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (24/9/2025). Kasus dugaan keracunan MBG berulang di KBB. /"PR"/Bambang Arifianto/Berlangganan koran digital Daftar Isi Standar

KORAN-PIKIRAN RAKYAT – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akhir-akhir ini ba­nyak keluhan karena maraknya dugaan keracunan makanan. Kondisi itu berban­ding terbalik dengan pondok pesantren yang menyedia­kan makan untuk ratusan bahkan ribuan santrinya, tetapi tidak pernah mendapat keluhan atau pengaduan ma­kanan basi, apalagi terjadi keracunan.

Para santri di wilayah Majalengka tetap aman dan sehat mengonsumsi makanan yang dimasak dan dikelola di dapur pesantren, dengan bahan baku yang dibeli dari pasar tradisional. Padahal, mereka pun tidak memiliki dapur khusus, apalagi ahli gizi.

“Yang terpenting para san­tri tetap sehat dan ma­kanan yang dikonsumsi ­ber­sih serta tidak basi,” ungkap KH Yuyud Aspiyudin , Pimpinan Pondok Pesantren Al Qur­aniyah di Jalan Olah Raga, Kelurahan Majalengka Wetan, Rabu 24 September 2025.

Yuyud yang memiliki lebih dari 200 santri itu sudah 15 tahun menyediakan makan untuk para santrinya. Hingga kini, para santri tetap sehat, bahkan tidak pernah budug, seperti pada umumnya para santri yang mondok di pesantren.

Untuk menyediakan ma­kan para santri, Yuyud biasa berbelanja bahan makanan di pasar tradisional, sayuran seperti wortel, bahan capcay, tahu, tempe, cabai, bawang merah dan sebagainya. Semua itu dibeli setiap hari dari pasar tradisional. Proses memasaknya pun ti­dak terlalu ribet, dan tidak me­nyediakan dapur khusus. Semua bahan dicuci bersih di dapur, dan dimasak oleh dua orang tukang masak bukan chef khusus seperti di rumah makan besar atau di dapur MBG.

“Belanja sayuran bisa sore atau siang, pagi bibi dua orang sebelum Subuh sudah ke dapur menyiapkan bahan untuk dimasak. Sekitar pukul 6.30, semua sudah siap dihidangkan di tempat khsus yang disiapkan untuk laki-laki dan perempuan yang tempatnya terpisah. Nah, kalau sekarang kan jam 6.30 sudah siap jadi masak juga lebih pagi karena masuk sekolah lebih pagi,” ungkap Yuyud.

Di pesantrennya, para santri makan dengan omprengan namun adakalanya juga parasmanan, semua santri mengantri ke belakang dengan tertib. Setelah itu omprengan kembali dicuci, ada yang dicuci oleh santri sekaligus sebagai bentuk pendidik­an bagi para santri.

“Kami tidak memiliki chef khusus, tidak memiliki ahli gizi, dapur juga seperti dapur rumahan, tapi kami menja­min kebersihan bahan ma­kanan dan omprengan, dan yang pasti makanan tidak ba­si karena begitu masak langsung disajikan, jika berlebih bisa dihangatkan untuk ma­kan berikutnya dan tetap aman dikonsumsi,” katanya yang berharap musibah keracunan tidak terjadi di Majalengka atau di mana pun.

Hal serupa juga dilakukan di Pondok Pesantren Santi Asromo yang memiliki ribu­an santri. Pemilik Pondok Pesantren Santri Asromo, Asep Zaki, setiap hari me­ma­sak berkuintal, kuintal beras, lebih dari 1,5 kuintal telur, ikan, dan aneka sayuran untuk para santrinya di sebuah dapur besar. Ada beberapa orang yang bertugas mema­sak dan menyiapkan makan­an, ribuan santri tinggal mengambil ke tempat makan. Lebih satu abad, pesantren ini menyediakan makan untuk para santri yang mondok dan hingga kini mereka tetap aman mengonsumsi aneka menu masakan dari pesantren.

“Telur lebih 1 kuintal sehari, masaknya di dapur ada dua dapur petgas yang masak ada, yang bekerja lainnya ada, sayuran sebagian beli, ikan kami punya kolam, sayuran sebagian ada di kebun,” ungkap Asep yang ribuan santrinya tidak petnah terdengar sakit akibat mengonsumsi masakan dari dapur pesantren. Standar

Rektor Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya, K.H Dr. Asep Salahudin, M.A. menegaskan, standar kebersihan dalam penyiapan makanan di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya bukan sekadar urusan teknis dapur, melainkan cerminan dari akhlak dan keimanan para ikhwan Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN).​

"Bagi kami, seorang ikh­wan TQN itu harus tercermin dari kebersihannya. Bukan hanya bersih secara lahiriah, tetapi juga apa yang dikonsumsinya. Makanan yang suci dan ­diolah secara higienis akan membentuk raga yang kuat untuk beribadah kepada ­Allah swt," ujar Kiai Asep saat diwawancarai ”PR”, kemarin.

Asep mencontohkan, proses pengolahan bahan ma­kan­an di pesantren diawasi dengan ketat, bahkan sejak dari sumbernya. Untuk sa­yur-mayur, para santri me­metiknya langsung dari kebun yang dikelola secara man­diri oleh pesantren. Apa­lagi, kualitas air di Suryalaya sangat baik.

​"Anak-anak santri meme­tik langsung sayuran dari kebun. Sebelum masuk ke dapur, ada prosedur wajib yaitu dicuci dengan air mengalir sampai benar-benar bersih. Ini ada­lah pendidikan langsung, bahwa apa yang akan kita makan harus dipastikan suci dari segala kotoran," katanya.​

Hal serupa juga diterapkan dalam mengelola daging, baik sapi maupun kambing. Apalagi, Pesantren Suryalaya kerap menerima hadiah he­wan ternak dari para ikhwan, khususnya untuk perhelatan manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jailani atau sebagai sedekah tolak bala.

​"Penyembelihannya harus sesuai syariat, dilakukan oleh ahlinya. Proses penanganan daging setelah disembelih pun sangat kami perhatikan kebersihannya agar tetap hi­gienis hingga menjadi hidangan. Ini adalah bentuk tanggung jawab kami," kata Kiai Asep.

Asep mengakui, memasak dalam jumlah masif untuk ribuan santri dengan perso­nel dapur yang kerap berganti adalah tantangan. Namun, di Pesantren Suryalaya telah memiliki sistem untuk menjaga standar. Asep menjelaskan, cara memasak di Pesantren Suryalaya memakai dua sistem, yak­ni tradisional dan modern. Dengan jumlah santri sebanyak 3.500 orang, Pesantren Suryalaya hanya mengandal­kan beberapa juru masak.​

"Meskipun yang memasak bisa berbeda-beda, kami pu­nya penjaga kualitas makan­an. Tim ini memastikan bahwa SOP kebersihan dan ta­kar­an bumbu selalu konsisten. Jadi, kualitasnya ter­jaga," ucapnya.​

Tidak hanya bersih dan bergizi, urusan cita rasa pun tidak dikesampingkan. Me­nurut Asep, pesantren memiliki seorang chef khusus yang meracik bumbu agar masak­an terasa lezat dan rasanya seperti makanan rumahan.


"Di sini tidak ada istilah makanan untuk kiai dan ma­kanan untuk santri. Semua sama, duduk bersama me­nyantap hidangan dari dapur yang sama. Itulah salah satu ajaran luhur dari Guru Mursyid kami," katanya.

https://koran.pikiran-rakyat.com/new...cunan?page=all


keracunan masal kemungkinan besar karena durasi masak ke durasi makan terlalu panjang karena makanan warteg pun kalau tidak dihangatkan sorenya bakal memicu basi.

Mungkin solusi diganti ke prasmanan macam yang pernah dilakukan di Majalengka atau acara di pesantern-pesantern seperit yang di atas.


itkgidAvatar border
aliezreiAvatar border
michaeljohnr875Avatar border
michaeljohnr875 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
639
46
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan