Kaskus

News

hastodAvatar border
TS
hastod
Menkeu Tepis Isu Warga Takut Ambil Kredit di Bank: Ekonom Bilang Begitu Belajar Lagi!
Menkeu Tepis Isu Warga Takut Ambil Kredit di Bank: Ekonom Bilang Begitu Belajar Lagi!

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa membantah isu demand kredit lemah sehingga menimbulkan pertumbuhan kredit melemah.
Menurutnya, kebijakan dana pemerintah yang disimpan ke perbankan akan meningkatkan pertumbuhan kredit, seperti yang pernah dilakukannya pada tahun 2021.

“Siapa bilang. Ada ekonomi bilang begitu kan, dia mesti belajar lagi ekonomi. Tahun 2021 semua sama kan, ketika itu kredit tumbuhnya lemah sekali. Semua orang bilang kredit kita tidak bisa tumbuh sebelum ekonomi membaik, saya inject uang ke sistem dengan cara tertentu, tapi saya inject uang ke sistem pada bulan Mei 2021. Cukup signifikan M0 tumbuh double digit, dalam waktu hamper bersamaan kredit juga tumbuh,” ujar Purbaya ditemui di kompleks istana, Jakarta, pada Selasa (16/9/2025).

"Ini Anda bertanya telur sama ayam duluan yang mana? Uang duluan atau ekonomi duluan?” ungkap Purbaya saat ditanya wartawan.

Pernyataan ini dilontarkan Purbaya untuk menanggapi kekhawatiran bahwa penempatan dana pemerintah sebesar Rp 200 triliun di bank hanya akan mengendap, alih-alih bakal efektif mengalir ke sektor riil dan menyulut aktivitas perekonomian yang lebih semarak. Apalagi, penempatan dana itu agak mubazir karena likuiditas perbankan sebenarnya masih cukup memadai.

Purbaya meyakini bahwa langkah pemerintah menempatkan dana besar di perbankan akan berhasil memacu ekonomi. Ia menyebut, strategi ini telah terbukti berhasil di masa lalu, seperti pada krisis 2008-2009, 2015, dan saat pandemi 2020-2021.

“Saya bisik-bisik sedikit lah ke think tank-nya era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) waktu itu soal (solusi) krisis tersebut,” ungkap Purbaya.

Menurut Purbaya, ancaman resesi pada masa itu dihadapi dengan dua langkah utama:

Kebijakan ekspansi fiskal pada tahun 2009. Lalu, Penurunan suku bunga pada Desember 2008, saat nilai tukar rupiah melemah.

Ia menjelaskan bahwa menjaga nilai tukar dan likuiditas sistem ekonomi adalah faktor krusial untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi.

“Kalau mau ciptakan pertumbuhan ekonomi, jaga kondisi likuiditas di sistem ekonomi. Itu yang terjadi,” jelas Purbaya.


Dengan melimpahnya likuiditas, bank akan terdorong untuk memangkas suku bunga simpanan dan kredit. Penurunan suku bunga ini akan memicu dua dampak positif. Pertama, dunia usaha akan lebih tertarik mengajukan kredit untuk ekspansi. Kedua, masyarakat akan lebih memilih membelanjakan uangnya daripada menyimpannya di bank.

“Kalau di Amerika butuh 14 bulan, di Indonesia biasanya hanya empat bulan. Bahkan tahun 2021, hanya setengah bulan sampai satu bulan sudah terlihat pembalikan arah kredit,” ujar Purbaya.

Menurutnya, tambahan likuiditas akan membuat bank lebih agresif menyalurkan kredit sekaligus menurunkan bunga pasar. Dengan persaingan yang lebih ketat, bank akan terdorong mencari proyek-proyek produktif dengan imbal hasil terbaik.

“Likuiditas perbankan akan meningkat signifikan. Multiplier dari injeksi ini akan terasa luas di perekonomian. Dan ini bukan dalam bentuk pinjaman pemerintah, tapi langsung memperkuat sistem,” tegasnya.

Selain itu, dana Rp 200 triliun ke perbankan itu juga pada dasarnya adalah sebuah "bahan bakar" yang memaksa sistem bekerja. Jika dana itu hanya mengendap dan tak mengalir sebagai kredit, maka bank menanggung beban karena harus membayar bunga simpanan kepada pemerintah, yang saat ini setidaknya sebesar 4% per tahun.
“Jadi saya pikir telur apa ayam dulu? Ayam duluan baru keluar telurnya,” tegas Purbaya.

Menanggapi kekhawatiran lonjakan inflasi, Purbaya menyatakan saat ini risiko tersebut masih kecil. Menurutnya, karena ekonomi masih lesu, uang yang digelontorkan akan terserap oleh sistem tanpa menimbulkan inflasi berlebihan.

“Sebagian orang bilang kalau di uang yang jaga sistem akan menimbulkan inflasi. Iya mungkin kalau jangka panjang dan uangnya kebanyakan. Tapi kan kita kemarin lesu ekonominya. Dengan adanya itu pasti akan diserap sistem dan belum akan menimbulkan inflasi,” urai Purbaya.
Ia menargetkan, dengan berbagai kebijakan yang dijalankan, perekonomian nasional akan tumbuh di kisaran 6,5-6,7% per tahun. Purbaya memperkirakan efektivitas dari kebijakan ini akan mulai terlihat sekitar empat bulan setelah dana disalurkan.

https://www.kompas.tv/ekonomi/617963...u-belajar-lagi

WOAH ENCER BETUL OTAK PAK SADEWA INIH
JIKA 2027 ATAU 2028 EKONOMI BENER2 BISA
TUMBUH 7 PERSEN,, WOWW PRAGIB MELENGGANG MULUS 2 PERIODE 😁😁
Diubah oleh hastod 18-09-2025 12:54
ojol.jayaAvatar border
aldonisticAvatar border
aldonistic dan ojol.jaya memberi reputasi
2
489
34
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan