- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
AS Menyesal Razia 300 Pekerja Korsel, Proyek Rp 70 T Berhenti, Mereka Pilih Pulang


TS
appple
AS Menyesal Razia 300 Pekerja Korsel, Proyek Rp 70 T Berhenti, Mereka Pilih Pulang

Spanduk bergambar Presiden Amerika Serikat Donald Trump dipajang oleh pengunjuk rasa di Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan, pada 12 September 2025, setelah pendaratan pesawat Boeing 747-81 (KE9036) carter khusus Korean Air yang membawa ratusan pekerja Korsel kembali dari Atlanta, setelah ditahan dalam penggerebekan imigrasi AS di pabrik Hyundai-LG di Ellabell, Negara Bagian Georgia. (AFP/ANTHONY WALLACE)
WASHINGTON, KOMPAS.com – Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Christopher Landau menyatakan penyesalan atas penggerebekan imigrasi yang membuat lebih dari 300 pekerja asal Korea Selatan ditahan di Negara Bagian Georgia.
"Wakil Menteri Landau menyatakan penyesalan yang mendalam atas insiden tersebut dan mengusulkan untuk menggunakannya sebagai titik balik guna memperbaiki sistem dan memperkuat hubungan Korea Selatan-AS," kata Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Menurut Landau, Presiden AS Donald Trump memiliki "kepentingan tinggi" dalam peristiwa ini.
Diketahui, dalam razia tersebut, para pekerja sempat diborgol di tangan dan kaki sebelum akhirnya dipulangkan oleh Pemerintah Korea Selatan ke Seoul dengan penerbangan carter.
Namun, sebelumnya, Trump dilaporkan sempat menahan mereka dan menawarkan agar sebagian tetap tinggal untuk melatih tenaga kerja Amerika.
Ratusan pekerja Korsel pulang

Lihat Foto Seorang pekerja Korea Selatan (kanan), yang ditahan dalam penggerebekan imigrasi AS di pabrik Hyundai-LG di Ellabell, Georgia, disambut oleh keluarganya setelah kembali dari Atlanta di tempat parkir Bandara Internasional Incheon, Incheon, pada 12 September 2025. (AFP)
Sebanyak 316 warga Korea Selatan, bersama belasan pekerja asal China, Jepang, dan Indonesia, dipulangkan dari pusat detensi imigrasi di Folkston, Georgia.
Mereka sebelumnya ditangkap dalam razia besar di pabrik baterai hasil kerja sama Hyundai dan LG Energy Solution pada 4 September 2025.
Suasana haru mewarnai kedatangan mereka di Bandara Incheon, Korea Selatan, pada Jumat (12/9/2025).
“Saya pulang, saya bebas,” seru salah seorang pekerja ketika disambut keluarga.
Namun, banyak di antara mereka masih trauma.
Jang Yeong-seon, salah satu pekerja yang ditahan, mengaku tidak ada yang benar-benar ingin tetap tinggal di AS meski Trump memberi pilihan.
“Tidak ada yang benar-benar ingin tetap tinggal,” ujarnya kepada Associated Press.
Seorang pekerja lain yang tak mau disebutkan namanya menggambarkan kondisi buruk di pusat detensi.
Ia mengatakan, harus berbagi ruangan dengan toilet yang berada tepat di samping tempat makan dan tidur.
Trump sempat tahan kepulangan pekerja Korsel
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan, Trump sempat menghentikan proses keberangkatan mereka untuk mendengar apakah para pekerja ingin tetap tinggal di AS.
Namun, hanya ada satu pekerja yang memilih bertahan karena memiliki kerabat di sana.
Langkah Trump ini dinilai bertolak belakang dengan pernyataannya usai razia, ketika ia mendesak perusahaan asing agar menghormati hukum imigrasi dan lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja lokal.
Di kemudian hari, Trump mengklarifikasi lewat media sosial bahwa pekerja asing tetap dibutuhkan sementara untuk melatih tenaga kerja Amerika.
“Kami menyambut mereka, kami menyambut karyawan mereka, dan kami bersedia belajar dari mereka,” tulis Trump dalam unggahan di platform sosialnya.
Ia juga menegaskan, langkah penahanan pekerja Korea Selatan ini tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti investor asing.
Dampak ekonomi dan kekhawatiran investasi
Razia imigrasi ini memicu kekhawatiran besar di Korea Selatan.
Presiden Lee Jae Myung menyebut penahanan massal itu “membingungkan” dan bisa memengaruhi keputusan investasi di masa depan.
“Perusahaan-perusahaan Korea bisa saja bertanya-tanya apakah mendirikan pabrik di AS sepadan dengan risikonya,” kata Lee.
Ryu Yongwook, asisten profesor di Lee Kuan Yew School of Public Policy, menilai sikap AS kontradiktif.
“Kebijakan imigrasi Trump dan dorongan untuk investasi asing yang lebih besar tidak boleh bertentangan. Pemerintah AS harus menyusun dan menerapkan kebijakan imigrasi yang lebih tepat.,” ujarnya kepada TIME.
Razia ini membuat proyek pabrik baterai senilai 4,3 miliar dollar AS (sekitar Rp 70 triliun) di Georgia terhenti, padahal fasilitas itu diproyeksikan menciptakan 8.500 lapangan kerja.
Bahkan, menurut laporan media Korea, sedikitnya 22 proyek lain yang melibatkan perusahaan Korea di sektor otomotif, baja, hingga semikonduktor kini juga tertunda.
Jalan keluar
Sebagai jalan keluar, Korea Selatan meminta agar AS memperjelas aturan visa dan menciptakan kategori baru untuk teknisi asal Korsel.
Menteri Luar Negeri Cho Hyun mengatakan kedua negara sepakat membentuk kelompok kerja.
“Kami akan membahas semua langkah, termasuk membuat kategori visa baru, kuota baru, dan berbagai upaya agar proses visa lebih mudah,” ujar Cho.
Christopher Landau pun berjanji akan mempercepat pembicaraan visa.
Ia menegaskan, para pekerja asal Korea Selatan tidak akan menghadapi hambatan bila ingin kembali masuk ke AS di masa mendatang.
Sumber
yg TKI disana semoga baik2 saja.
hidup trump







aldo12 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
3.6K
63


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan