Kaskus

Entertainment

tanmalako091539Avatar border
TS
tanmalako091539
Mama Ghufron dan Kecerdasan Metafisik: Antara Halu Profetik dan Bahasa Suryani
Mama Ghufron dan Kecerdasan Metafisik: Antara Halu Profetik dan Bahasa Suryani
Dalam lanskap spiritualitas kontemporer Indonesia, Abuya Ghufron Al-Bantani—yang lebih akrab di media sosial dengan nama panggung Mama Ghufron—muncul sebagai selebritas mistik yang tak bisa diabaikan. Di tengah banjir dakwah online dan konten metafisik bergaya pop, Mama Ghufron menyodorkan sesuatu yang lebih spektakuler: kemampuan bercakap-cakap dengan semut dan cacing menggunakan bahasa Suryani, lengkap dengan akses VIP ke dunia malaikat dan roh orang mati.

Jika di era klasik para wali menyembunyikan karomah agar tidak riya, maka Mama Ghufron justru mengiklankannya seperti sedang membuka cabang franchise spiritual. Tidak tanggung-tanggung, kemampuan yang ditawarkan pun bersifat lintas dimensi: mulai dari bicara dengan koloni semut, memanggil ruh orang meninggal untuk didoakan langsung, sampai konsultasi dengan Malaikat Izrail. Konon, semua ini berkat keistimewaan beliau yang lahir pada tanggal 25 Desember, bertepatan dengan Hari Natal. Sebuah tanggal kosmis yang, dalam konstruksi branding mistik, bisa dikemas sebagai "momentum kelahiran dua dunia"—satu di Bethlehem, satu di Banten.

Bahasa Suryani yang menurut literatur linguistik adalah bahasa kuno Timur Tengah, di tangan Mama Ghufron berubah fungsi menjadi medium komunikasi multispesies. Beliau mengaku dengan santai bisa ngobrol dengan semut di halaman rumah atau cacing yang sedang bertugas mengurai tanah. Bagi kalangan spiritualis fans berat beliau, ini adalah tanda maqam tinggi. Bagi zoolog dan ahli biologi, ini mungkin lebih mirip konten absurd ketimbang mukjizat.

Dalam disiplin ilmu entomologi modern, semut dikenal sebagai makhluk sosial yang berkomunikasi secara kompleks menggunakan sistem feromon. Mereka tidak memakai suara atau fonetik, melainkan mengandalkan zat kimia sebagai sinyal. Ketika seekor semut menemukan makanan, ia akan meninggalkan jejak feromon sebagai penunjuk jalan bagi kawanannya. Begitu juga saat menghadapi ancaman, semut menyebarkan sinyal kimia untuk memobilisasi pertahanan. Tidak ada kamus semut berisi kosakata Suryani atau sistem grammar ala Nabi Idris. Jadi, klaim bisa bercakap-cakap dengan semut secara verbal sebenarnya adalah bentuk fabulasi semiotik tingkat lanjut, atau kalau mau lebih jujur: halu profetik yang dikemas dalam format stand-up spiritual.

Tak puas dengan semut, Mama Ghufron juga mengklaim bisa berdialog dengan cacing. Ini adalah inovasi linguistik yang belum masuk jurnal Nature atau Science manapun. Para ahli ekologi selama ini hanya tahu cacing sebagai agen pengurai humus, bukan sebagai partisipan dalam diskusi multibahasa Suryani. Namun dalam logika metafisika pasaran, semakin mustahil sebuah pernyataan, justru semakin dipercaya. Cacing pun akhirnya diangkat statusnya dari makhluk dua dimensi menjadi teman ngobrol transendental. Kita tinggal menunggu apakah setelah ini beliau akan mengaku ngobrol dengan protozoa atau bakteri dalam usus.

Selain komunikasi lintas-spesies, Mama Ghufron juga mengaku fasih berbahasa wali dan nabi. Ini bukan bahasa Arab, bukan juga Ibrani atau Aram, melainkan semacam bahasa kosmis yang tidak ada di fakultas sastra mana pun. Bahasa ini, menurut beliau, adalah bahasa para ruhaniwan langit, yang bisa digunakan untuk memanggil malaikat atau mengakses file rahasia ghaib. Dalam epistemologi publik yang sedang mengalami krisis nalar, pernyataan semacam ini justru menambah aura eksklusif. Karena semakin sulit diverifikasi, semakin tinggi nilainya di pasaran mistik.

Dalam salah satu ceramahnya, Mama Ghufron menyebut dirinya pernah berbicara langsung dengan Malaikat Izrail. Ini adalah pencapaian yang bahkan dalam teks-teks klasik sufi tergolong langka. Biasanya manusia hanya berurusan dengan Izrail satu kali: saat nyawa dicabut. Namun bagi Mama Ghufron, ini seperti rapat mingguan dengan direktur eksekutif alam barzakh. Apakah ini bagian dari program magang akhirat? Ataukah memang beliau punya slot komunikasi prioritas? Tidak ada yang tahu pasti, tapi bagi pengikutnya, ini cukup menjadi bukti kredibilitas level karomahnya.

Tak berhenti di situ, Mama Ghufron juga mengaku sering mendapat ilmu langsung dari Nabi Khidir. Sosok Khidir dalam tasawuf klasik memang terkenal misterius dan sering dianggap guru para wali. Tapi biasanya ia datang dalam mimpi atau isyarat simbolik. Dalam versi Mama Ghufron, hubungan dengan Khidir bersifat on demand seperti fitur video call premium. Tidak perlu meditasi panjang atau khalwat di gua, cukup nyalakan sinyal spiritual dan koneksi tersambung.

Pernyataan lain yang membuat dahi berkedut adalah soal ruh orang mati yang datang sendiri ke Mama Ghufron untuk minta didoakan. Ini bukan sekadar tahlilan biasa, tapi semacam afterlife customer service. Biasanya keluarga yang mendoakan arwah, tapi di sini arwah yang aktif datang minta layanan langsung, seperti antrean di loket pengaduan.

Semua ini mungkin terdengar seperti satire teologi, tapi di kalangan pengikut fanatik, pernyataan-pernyataan itu dianggap sahih secara spiritual. Bahkan ketika logika berhenti bekerja, keyakinan massa tetap berjalan. Ini adalah fenomena klasik dalam masyarakat yang mengalami krisis literasi sekaligus lapar karomah. Di negeri yang memproduksi karomah home industry, absurditas sering kali dikemas sebagai kredibilitas. Semakin aneh, semakin dipercaya. Semakin ngawur, semakin ramai penontonnya.

Sementara itu, semut dan cacing tetap fokus menjalankan tugas ekologis mereka tanpa perlu ikut kursus bahasa Suryani. Mereka berkomunikasi dengan pheromone-based signaling, bukan TikTok-based hallucination. Di dunia semut, efektivitas lebih penting daripada performa mistis. Di dunia manusia, kadang sebaliknya: makin absurd, makin viral.

Mama Ghufron adalah cermin dari gejala sosial yang lebih besar. Ia bukan sekadar individu, tapi representasi dari krisis nalar kolektif yang sedang mewabah. Di era ketika agama dijadikan konten dan spiritualitas diubah jadi tontonan, lahirlah figur seperti beliau yang mengisi kekosongan makna dengan narasi spektakuler. Ini adalah zaman ketika pernyataan paling tidak masuk akal justru dianggap paling suci, karena publik sudah terbiasa hidup dalam era clickbait mistik.

Dan mungkin, di titik ini, kita perlu jujur bertanya pada diri sendiri: apakah kita benar-benar percaya, atau kita hanya sedang menikmati tontonan absurditas seperti menonton sinetron kolosal mistis jam tiga pagi? Jika jawabannya adalah yang kedua, maka selamat datang di Republik Karomah Fantasia, di mana logika dihentikan, kritik dianggap dosa, dan setiap kalimat ganjil diperlakukan seperti wahyu diskonan.
Diubah oleh tanmalako091539 23-08-2025 16:18
vhynooszAvatar border
vhynoosz memberi reputasi
1
203
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan