- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pemilik Toko di Surabaya Laporkan Dugaan Pungli Sumbangan HUT RI
TS
kissmybutt007
Pemilik Toko di Surabaya Laporkan Dugaan Pungli Sumbangan HUT RI
Pemilik Toko di Surabaya Laporkan Dugaan Pungli Sumbangan HUT RI, Viral di Media Sosial - Radar Surabaya
Muhammad Firman Syah
~3 minutes

Kevin Wiliam, 22, pemilik toko Pods Authentic di Jalan Gemblongan, melaporkan tiga perempuan yang diduga melakukan pungutan liar (pungli) dan tindakan rasis.
Surabaya - Insiden cekcok terkait pengumpulan sumbangan peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Surabaya menjadi viral di media sosial dan berujung pada laporan polisi. Kevin Wiliam, 22, pemilik toko Pods Authentic di Jalan Gemblongan, Kelurahan Alun-alun Contong, Kecamatan Bubutan, melaporkan tiga perempuan yang diduga melakukan pungutan liar (pungli) dan tindakan rasis.
Peristiwa yang terekam kamera pengawas pada Kamis (7/8) pukul 15.58 WIB berawal saat tiga perempuan mengaku dari RT/RW setempat meminta sumbangan untuk kegiatan Agustusan. Kevin menyatakan dirinya hanya bersedia memberikan Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu secara sukarela, namun permintaan itu ditolak. Menurut Kevin, para perempuan tersebut mematok nominal antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta dengan alasan mengacu pada sumbangan toko lain seperti PLN.
Saat diminta surat edaran resmi, yang diterimanya hanya kertas HVS bertulisan tangan. Kevin juga sempat menanyakan apakah sumbangan Rp 500 ribu itu wajib dibayar dan mendapat jawaban "wajib" sebanyak tiga kali. Ketegangan meningkat ketika Kevin hendak meninggalkan toko mobilnya digedor, kaca dipukul dan ia mengaku mendapat hinaan bernada rasis "Cino medit" (pelit). Tindakan rasisme menjadi salah satu alasan Kevin melapor ke polisi, kurang lebih setengah hingga satu jam setelah kejadian.
Usai video perdebatan viral, Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, memfasilitasi mediasi. Ketua RW setempat membantah adanya paksaan atau patokan nominal sumbangan. Ia menegaskan bahwa para perempuan tersebut adalah kader KSA dan hanya menunjukkan daftar sumbangan warga lain sebagai referensi, bukan kewajiban.
"Sumbangan sifatnya sukarela, tidak ada paksaan, tidak ada batas minimal atau maksimal," tegasnya.
Meski mediasi berlangsung dan Kevin berdamai dengan dua dari tiga perempuan tersebut, ia mengaku belum sepenuhnya puas.
"Mau dibilang damai ya nggak begitu damai, dibilang nggak selesai-selesai ya enggak juga," ujarnya. Kevin juga menolak membuat video klarifikasi karena merasa tidak bersalah. Ketua RW menyimpulkan insiden sebagai "miskomunikasi" dan mengimbau agar pengumpulan sumbangan Agustusan selalu dilandasi semangat sukarela tanpa paksaan. (wid/ris/fir)
https://radarsurabaya.jawapos.com/su...i-media-sosial
pungli dan rasis dengan alasan merayakan HUT Kemerdekaan INDONESIA, sungguh cerminan sempurna dari kondisi negara dan bangsa ini
Muhammad Firman Syah
~3 minutes

Kevin Wiliam, 22, pemilik toko Pods Authentic di Jalan Gemblongan, melaporkan tiga perempuan yang diduga melakukan pungutan liar (pungli) dan tindakan rasis.
Surabaya - Insiden cekcok terkait pengumpulan sumbangan peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Surabaya menjadi viral di media sosial dan berujung pada laporan polisi. Kevin Wiliam, 22, pemilik toko Pods Authentic di Jalan Gemblongan, Kelurahan Alun-alun Contong, Kecamatan Bubutan, melaporkan tiga perempuan yang diduga melakukan pungutan liar (pungli) dan tindakan rasis.
Peristiwa yang terekam kamera pengawas pada Kamis (7/8) pukul 15.58 WIB berawal saat tiga perempuan mengaku dari RT/RW setempat meminta sumbangan untuk kegiatan Agustusan. Kevin menyatakan dirinya hanya bersedia memberikan Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu secara sukarela, namun permintaan itu ditolak. Menurut Kevin, para perempuan tersebut mematok nominal antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta dengan alasan mengacu pada sumbangan toko lain seperti PLN.
Saat diminta surat edaran resmi, yang diterimanya hanya kertas HVS bertulisan tangan. Kevin juga sempat menanyakan apakah sumbangan Rp 500 ribu itu wajib dibayar dan mendapat jawaban "wajib" sebanyak tiga kali. Ketegangan meningkat ketika Kevin hendak meninggalkan toko mobilnya digedor, kaca dipukul dan ia mengaku mendapat hinaan bernada rasis "Cino medit" (pelit). Tindakan rasisme menjadi salah satu alasan Kevin melapor ke polisi, kurang lebih setengah hingga satu jam setelah kejadian.
Usai video perdebatan viral, Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, memfasilitasi mediasi. Ketua RW setempat membantah adanya paksaan atau patokan nominal sumbangan. Ia menegaskan bahwa para perempuan tersebut adalah kader KSA dan hanya menunjukkan daftar sumbangan warga lain sebagai referensi, bukan kewajiban.
"Sumbangan sifatnya sukarela, tidak ada paksaan, tidak ada batas minimal atau maksimal," tegasnya.
Meski mediasi berlangsung dan Kevin berdamai dengan dua dari tiga perempuan tersebut, ia mengaku belum sepenuhnya puas.
"Mau dibilang damai ya nggak begitu damai, dibilang nggak selesai-selesai ya enggak juga," ujarnya. Kevin juga menolak membuat video klarifikasi karena merasa tidak bersalah. Ketua RW menyimpulkan insiden sebagai "miskomunikasi" dan mengimbau agar pengumpulan sumbangan Agustusan selalu dilandasi semangat sukarela tanpa paksaan. (wid/ris/fir)
https://radarsurabaya.jawapos.com/su...i-media-sosial
pungli dan rasis dengan alasan merayakan HUT Kemerdekaan INDONESIA, sungguh cerminan sempurna dari kondisi negara dan bangsa ini
jakenesse dan 6 lainnya memberi reputasi
7
705
42
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan