- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ekonomi RI Tumbuh 5,12% Saat Kelesuan Terjadi di Mana-mana


TS
jaguarxj220
Ekonomi RI Tumbuh 5,12% Saat Kelesuan Terjadi di Mana-mana
Bloomberg Technoz, Jakarta - Pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasilnya impresif, melebihi ekspektasi pasar.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar Rp 5.947 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Tumbuh 5,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Pencapaian ini merupakan prestasi tersendiri. Soalnya, realisasi lumayan jauh lebih tinggi ketimbang ekspektasi.
Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar 4,8% yoy. Jika terwujud, maka menjadi yang terlemah sejak kuartal III-2021 atau hampir 4 tahun terakhir.
Namun kenyataan berkata lain. Pertumbuhan ekonomi 5,12% yoy justru menjadi yang tertinggi sejak kuartal II-2023 atau 2 tahun terakhir.
Sejumlah pihak pun bersuara skeptis terhadap prestasi tersebut. Maklum, realisasinya jauh lebih baik ketimbang ekspektasi.
Berdasarkan catatan Bloomberg, perbedaan antara ekspektasi dengan realisasi pada kuartal II-2025 menjadi yang terbesar sejak kuartal I-2014 atau lebih dari 10 tahun terakhir.
“Kami tidak cukup yakin dengan data tersebut. Kami sudah cukup lama menyoroti soal reliabilitas data PDB Indonesia.
“Sebelum pandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama hampir 6 tahun tidak jauh dari 5% yoy. Data terakhir menunjukkan level yang tersebut,” tulis laporan Capital Economics, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Konsumsi Rumah Tangga
Sebenarnya, suara sumbang itu bukannya tanpa dasar. Sejumlah data menunjukkan bahwa ekonomi domestik memang melambat, lesu, sulit untuk mencerna pertumbuhan 5,12% yoy.
Di sisi pengeluaran, sumbangan terbesar terhadap PDB adalah konsumsi rumah tangga. Pada kuartal II-2025, konsumsi rumah tangga menyumbang 54,25% terhadap PDB.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 tercatat 4,97%. Ini menjadi yang tertinggi sejak kuartal II-2023 atau 2 tahun terakhir.

Apakah data yang ada mendukung angka tersebut? Dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), sepertinya tidak terlalu suportif.
Sepanjang kuartal II-2025, rata-rata IKK ada di 119. Memang masih di atas 100, menandakan bahwa konsumen optimistis memandang perekonomian saat ini hingga 6 bulan yang akan datang.
Namun angka IKK sebenarnya menyusut. Pada kuartal I-2025, rerata IKK ada di 124,9. Terjadi koreksi 5,9 poin, cukup drastis.
Kemudian pada kuartal II-2024, rata-rata IKK adalah 125,4. Koreksinya lebih dalam lagi, mencapai 6,4 poin dalam setahun.




Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar Rp 5.947 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Tumbuh 5,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Pencapaian ini merupakan prestasi tersendiri. Soalnya, realisasi lumayan jauh lebih tinggi ketimbang ekspektasi.
Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 sebesar 4,8% yoy. Jika terwujud, maka menjadi yang terlemah sejak kuartal III-2021 atau hampir 4 tahun terakhir.
Namun kenyataan berkata lain. Pertumbuhan ekonomi 5,12% yoy justru menjadi yang tertinggi sejak kuartal II-2023 atau 2 tahun terakhir.
Sejumlah pihak pun bersuara skeptis terhadap prestasi tersebut. Maklum, realisasinya jauh lebih baik ketimbang ekspektasi.
Berdasarkan catatan Bloomberg, perbedaan antara ekspektasi dengan realisasi pada kuartal II-2025 menjadi yang terbesar sejak kuartal I-2014 atau lebih dari 10 tahun terakhir.
“Kami tidak cukup yakin dengan data tersebut. Kami sudah cukup lama menyoroti soal reliabilitas data PDB Indonesia.
“Sebelum pandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama hampir 6 tahun tidak jauh dari 5% yoy. Data terakhir menunjukkan level yang tersebut,” tulis laporan Capital Economics, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Konsumsi Rumah Tangga
Sebenarnya, suara sumbang itu bukannya tanpa dasar. Sejumlah data menunjukkan bahwa ekonomi domestik memang melambat, lesu, sulit untuk mencerna pertumbuhan 5,12% yoy.
Di sisi pengeluaran, sumbangan terbesar terhadap PDB adalah konsumsi rumah tangga. Pada kuartal II-2025, konsumsi rumah tangga menyumbang 54,25% terhadap PDB.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 tercatat 4,97%. Ini menjadi yang tertinggi sejak kuartal II-2023 atau 2 tahun terakhir.

Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (Sumber: BPS)
Apakah data yang ada mendukung angka tersebut? Dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), sepertinya tidak terlalu suportif.
Sepanjang kuartal II-2025, rata-rata IKK ada di 119. Memang masih di atas 100, menandakan bahwa konsumen optimistis memandang perekonomian saat ini hingga 6 bulan yang akan datang.
Namun angka IKK sebenarnya menyusut. Pada kuartal I-2025, rerata IKK ada di 124,9. Terjadi koreksi 5,9 poin, cukup drastis.
Kemudian pada kuartal II-2024, rata-rata IKK adalah 125,4. Koreksinya lebih dalam lagi, mencapai 6,4 poin dalam setahun.

Indeks Keyakinan Konsumen (Sumber: BI)
Kemudian data penjualan eceran atau ritel. Terlihat bahwa laju pertumbuhannya melambat.
Sepanjang kuartal II-2025, rata-rata penjualan ritel tumbuh 4,03% yoy. Jauh lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 13,6% yoy.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan penjualan ritel pada kuartal II-2024 adalah 9,63% yoy.
Sepanjang kuartal II-2025, rata-rata penjualan ritel tumbuh 4,03% yoy. Jauh lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 13,6% yoy.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan penjualan ritel pada kuartal II-2024 adalah 9,63% yoy.

Pertumbuhan Penjualan Ritel (Sumber: BI)
Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Indef Andri Satrio Nugroho menilai data konsumsi rumah tangga tidak mencerminkan kondisi nyata di lapangan dan dianggap sebagai bentuk anomali yang perlu dipertanyakan lebih lanjut.
"Apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia ini bisa kita kategorikan sebagai anomali? Jangan-jangan memang ada semacam window dressing. Pada kuartal II-2025 tidak ada momentum Ramadan, tetapi justru pertumbuhannya lebih tinggi dari kuartal I-2025," tegas Andri, kemarin.
Industri Manufaktur
Di sisi lapangan usaha, sektor manufaktur atau industri pengolahan masih menjadi mesin utama perekonomian Tanah Air. Pada kuartal II-2025, sektor ini menyumbang 18,67% terhadap PDB.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada kuartal II-2025 mencapai 5,68%. Ini menjadi yang tertinggi sejak kuartal II-2021 atau 4 tahun terakhir.
"Apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia ini bisa kita kategorikan sebagai anomali? Jangan-jangan memang ada semacam window dressing. Pada kuartal II-2025 tidak ada momentum Ramadan, tetapi justru pertumbuhannya lebih tinggi dari kuartal I-2025," tegas Andri, kemarin.
Industri Manufaktur
Di sisi lapangan usaha, sektor manufaktur atau industri pengolahan masih menjadi mesin utama perekonomian Tanah Air. Pada kuartal II-2025, sektor ini menyumbang 18,67% terhadap PDB.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada kuartal II-2025 mencapai 5,68%. Ini menjadi yang tertinggi sejak kuartal II-2021 atau 4 tahun terakhir.

Pertumbuhan Industri Pengolahan (Sumber: BPS)
Akan tetapi, data lain justru menunjukkan industri manufaktur Indonesia sedang lesu. Data itu adalah Purchasing Managers’ Index (PMI) keluaran S&P Global.
Selama 3 bulan penuh kuartal II-2025, skor PMI manufaktur Indonesia selalu di bawah 50. Artinya, industri manufaktur sedang kontraksi, bukan ekspansi.
Selama 3 bulan penuh kuartal II-2025, skor PMI manufaktur Indonesia selalu di bawah 50. Artinya, industri manufaktur sedang kontraksi, bukan ekspansi.

PMI Manufaktur Indonesia (Sumber: S&P Global)
"Penurunan kondisi sektor manufaktur Indonesia semakin cepat pada pertengahan 2025, menjadi tanda kurang baik untuk beberapa bulan ke depan. Kondisi permintaan berdampak buruk terhadap pertumbuhan, penjualan turun paling tajam sejak Agustus 2021 sehingga menyebabkan penurunan produksi. Penurunan penjualan sebagian besar dari pasar domestik, sedangkan penjualan ekspor stabil.
“Penurunan permintaan baru mendorong perusahaan menjalankan strategi retrenchment dengan mengurangi tenaga kerja dan aktivitas pembelian. Ke depan, perusahaan kurang begitu optimis terhadap perkiraan output, kepercayaan turun ke posisi terendah dalam 8 bulan,” jelas Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence.
Oleh karena itu, tidak heran keraguan datang akibat angka pertumbuhan ekonomi tersebut. Sebab, berbagai indikator rasanya kurang mendukung angka 5,12% yoy.
“Pertumbuhan ekonomi kita secara angka memang lebih tinggi dari konsensus. Namun ketika melihat indikator seperti konsumsi rumah tangga yang melambat, indeks PMI yang juga melemah, hasil pertumbuhan ini agak membingungkan,” kata Direktur Segara Research Institute Piter Abdullah.
“Penurunan permintaan baru mendorong perusahaan menjalankan strategi retrenchment dengan mengurangi tenaga kerja dan aktivitas pembelian. Ke depan, perusahaan kurang begitu optimis terhadap perkiraan output, kepercayaan turun ke posisi terendah dalam 8 bulan,” jelas Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence.
Oleh karena itu, tidak heran keraguan datang akibat angka pertumbuhan ekonomi tersebut. Sebab, berbagai indikator rasanya kurang mendukung angka 5,12% yoy.
“Pertumbuhan ekonomi kita secara angka memang lebih tinggi dari konsensus. Namun ketika melihat indikator seperti konsumsi rumah tangga yang melambat, indeks PMI yang juga melemah, hasil pertumbuhan ini agak membingungkan,” kata Direktur Segara Research Institute Piter Abdullah.
https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/79841/ekonomi-ri-tumbuh-5-12-saat-kelesuan-terjadi-di-mana-mana/
Kalo kata rekan ane, "When reality is shit, change the way you measure it"






aldonistic dan 7 lainnya memberi reputasi
8
372
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan