Kaskus

News

jaguarxj220Avatar border
TS
jaguarxj220
Rekrutmen Tenaga Kerja RI Jatuh ke Level Terendah Sejak 2022
Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketersediaan pekerjaan di Indonesia yang tecermin dari perkembangan rekrutmen tenaga kerja makin menurun di tengah aktivitas industri pengolahan yang masih terkontraksi, sepinya proyek pembangunan juga berakhirnya musim panen di berbagai daerah.

Penurunan ketersediaan pekerjaan baru tersebut berlangsung ketika kegiatan dunia usaha di Tanah Air lebih lesu dibanding kondisi tahun lalu dan diperkirakan masih belum membaik pada periode berikutnya.

Kondisi keuangan perusahaan juga dilaporkan berada dalam kondisi likuiditas yang tak lebih baik dibanding periode sebelumnya, di kala kemampuan korporasi mencetak laba juga sedikit menurun.

Kalangan pelaku usaha juga makin banyak yang menilai aksesibilitas terhadap kredit perbankan 'lebih sulit', ketika jumlah pelaku usaha yang melakukan investasi juga menurun pada separuh pertama tahun ini.

Hal itu terungkap dalam laporan terbaru Survei Kegiatan Dunia Usaha kuartal II-2025 yang dilansir oleh Bank Indonesia hari ini, Jumat (18/7/2025).

Survei mendapati, pada kuartal II-2025, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) tenaga kerja mencatat kontraksi hingga 0,34%, berbalik dari kondisi kuartal I-2025 yang masih tumbuh positif 0,97%.

Penurunan rekrutmen tenaga kerja pada kuartal II tersebut menjadi yang terburuk sejak terakhir kali mencatat kontraksi pada kuartal IV-2022 dengan SBT -0,04%.

Beberapa sektor usaha yang mencatat kontraksi penggunaan tenaga kerja adalah lapangan usaha industri pengolahan yang mencatat pertumbuhan negatif tenaga kerja 0,54%. Ini menjadi kontraksi terbesar dibanding lapangan usaha lain.

Disusul oleh sektor pertanian, kehutanan serta perikanan yang terkontraksi 0,38%, akibat terbatasnya aktivitas pascapanen komoditas tanaman pangan.

Lapangan usaha konstruksi dan pengadaan listrik juga tumbuh negatif perihal pemakaian tenaga kerjanya, sebesar masing-masing minus 0,29% dan 0,16%, serta sektor transportasi dan pergudangan -0,1%. "Ini sejalan dengan masih terbatasnya kegiatan pembangunan," kata Bank Indonesia dalam laporan yang dilansir hari ini.

Di lapangan usaha industri pengolahan, beberapa subsektor yang mencatat kontraksi di antaranya industri tekstil dan pakaian jadi, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, industri logam dasar, juga industri karet, barang dari karet dan plastik juga industri furnitur.

Sedangkan yang masih bertumbuh penggunaan tenaga kerjanya adalah sektor pertambahan dan penggalian, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial, juga pendidikan.

Untuk kuartal III-2025, survei memperkirakan rekrutmen tenaga kerja akan sedikit meningkat dengan SBT kembali positif di angka 0,81%.

Beberapa sektor yang diprakirakan meningkat penggunaan tenaga kerjanya antara lain lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, juga sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Serta jasa keuangan.

Namun, beberapa sektor kemungkin masih seret lapangan kerja seperti industri pengolahan tembakau, sektor tekstil dan pakaian jadi, industri kimia dan farmasi, industri karet, logam dasar, juga pengadaan listrik serta perdagangan mobil dan motor.

Pekerjaan Layak Kian Sempit


Rekrutmen Tenaga Kerja RI Jatuh ke Level Terendah Sejak 2022

Temuan survei kegiatan dunia usaha ini sejalan dengan hasil survei konsumen terakhir yang sudah lebih dulu dirilis oleh Bank Indonesia.

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada Juni turun 1,6 poin ke zona pesimistis di 94,1, terburuk sejak Maret 2022, memperpanjang tren kontraksi dua bulan beruntun.

Penurunan persepsi paling dalam terkait ketersediaan lapangan kerja ditunjukkan oleh konsumen dengan pengeluaran terbesar di atas Rp5 juta per kepala per bulan.

Dalam dua bulan berturut-turut, indeks pekerjaan kelompok ini berada di zona pesimistis. Pada Juni, angkanya ada di posisi 90,1, terburuk sejak Maret 2022 silam.

Sementara konsumen kelas terbawah, malah sudah empat bulan beruntun berada di zona pesimistis di bawah 100. Pada Juni, indeks kelas ini untuk pekerjaan ambles hingga 5,7 poin di level 87,3, terburuk sejak April 2022.

Kelas konsumen menengah atas dengan pengeluaran antara Rp4,1 juta hingga Rp5 juta per bulan per kepala, indeks pekerjaan menyentuh level di bawah 100, paling pesimistis sejak Maret tiga tahun silam.

Situasi lapangan kerja yang dinilai masih suram di Indonesia saat ini, tak mampu mengangkat keyakinan untuk perbaikan kondisi pekerjaan ke depan. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja stagnan pada Juni, hanya naik 0,3 poin.

Penurunan terbesar indeks ini dicatat oleh konsumen kelas terbawah dan menengah bawah, serta kelas konsumen teratas.

Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan angkatan kerja yang masuk ke pasar tenaga kerja, tak diimbangi dengan ketersediaan pekerjaan layak yang memberi upah serta jaminan sosial memadai.

Ini ditunjukkan bila melihat perbandingan antara laju pertumbuhan pekerja penuh waktu, pekerja paruh waktu dan setengah penganggur alias pengangguran terpaksa.

Selama periode Agustus 2019 sampai Februari 2025, persentase pekerja penuh di Indonesia malah menurun yakni dari 71% menjadi 66,2%. Kendati secara nominal, angkanya meningkat sekitar 5 juta menjadi 96,4 juta orang.

Sebaliknya, persentase jumlah pekerja paruh waktu pada saat yang sama naik menjadi 25,8% dari tadinya 22,5%. Jumlahnya pun membludak sekitar 8,6 juta orang, menjadi 37,6 juta pekerja paruh waktu.

Angkatan kerja berstatus pengangguran terpaksa juga melonjak 3,4 juta menjadi 11,7 juta orang. Persentase dibanding jumlah angkatan kerja juga makin tinggi, menyentuh 8% yang berarti sebanyak 8 dari 100 angkatan kerja adalah pengangguran terpaksa.

Dari laju pertumbuhan, jumlah individu yang berstatus pekerja penuh waktu naik hanya 5,5% pada periode tersebut, lebih kecil dibanding pertumbuhan pekerja paruh waktu 29,6% dan setengah penganggur 41,1%.

"Dari 17 juta pekerjaan baru, sebanyak 12 juta di antaranya tergolong pekerjaan paruh waktu di mana sebesar 8,6 juta orang tidak mencari pekerjaan tambahan, sedangkan 3,4 juta orang masih aktif mencari pekerjaan baru," demikian dilansir dari AlgoResearch dalam publikasi yang dirilis 10 Juli.

https://www.bloombergtechnoz.com/det...ah-sejak-2022/

Ternyata sudah ada 17 juta lapangan kerja baru..
Tapi informal, part-time dan gajinya ga jelas/ga layak..

Taunya lapangan kerjanya begini ya... emoticon-Ngakak (S)

superman313Avatar border
soelojo4503Avatar border
brucebanner23Avatar border
brucebanner23 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
269
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan