- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Seluruh Tokoh Memastikan Egianus Keluar Dari Yahukimo, TNI Juga Lakukan Hal yang Sama


TS
mabdulkarim
Seluruh Tokoh Memastikan Egianus Keluar Dari Yahukimo, TNI Juga Lakukan Hal yang Sama
Seluruh Tokoh Memastikan Egianus Telah Keluar Dari Yahukimo, Berharap TNI Juga Lakukan Hal yang Sama

Tayang: Rabu, 9 Juli 2025 21:10 WIT
Penulis: Noel Iman Untung Wenda | Editor: Marius Frisson Yewun
zoom-inlihat fotoSeluruh Tokoh Memastikan Egianus Telah Keluar Dari Yahukimo, Berharap TNI Juga Lakukan Hal yang Sama
Tribun-Papua.com/Noel Iman Untung Wenda
KAMTIBMAS PAPUA PEGUNUNGAN : Seluruh tokoh masyarakat, gereja, Pemuda, pemerintahan distrik dan kampung, mahasiswa saat melakukan jumpa pers di Kantor Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) Rabu, (09/07/2025). Mereka memastikan TPNPB telah keluar dari wilayah mereka sehingga aparat TNI juga keluar agar masyarakat terhindar dari bayangan ketakutan yang selama ini mengekang mereka.
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com,Noel Iman Untung Wenda
TRIBUN-PAPUA.COM, WAMENA - Tokoh gereja, pemuda, pemerintah kampung dan mahasiswa dari Distrik Tangma dan Ukha, Kabupaten Yahukimo, menyerukan agar aparat TNI-Polri serta anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) segera meninggalkan wilayah mereka.
Seruan ini disampaikan dalam jumpa pers yang digelar di Kantor Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) di Kabupaten Jayawijaya, Rabu, (09/07/2025).
Ketua Klasis Tangma, Pdt. Yonius Hesegem, yang mewakili 13 jemaat, mengungkapkan bahwa kehadiran aparat keamanan maupun kelompok bersenjata di wilayah tersebut telah membuat masyarakat hidup dalam ketakutan dan trauma.
“Setelah terjadi penembakan, kami tidak aman berkebun, beribadah, bahkan untuk ke Wamena pun kami takut. Anak-anak tidak bisa sekolah dan layanan kesehatan terganggu,” ujar Yonius.
Ia mengakui hingga kini tiga gereja masih menampung warga yang mengungsi karena situasi yang belum kondusif. Ia juga mengkritisi upaya aparat membagikan Alkitab kepada jemaat.
“Kami tolak Alkitab dari TNI-Polri, karena kami sudah punya, termasuk dalam bahasa daerah. Yang kami butuhkan bukan itu, tapi rasa aman,” katanya.
Yonius menyatakan, masyarakat telah memastikan bahwa Egianus Kogeya dan kelompoknya sudah tidak berada lagi di Distrik Tangma dan Ukha. Karena itu, ia berharap aparat juga mundur dari wilayah tersebut.
“Kami sudah usir mereka (TPNPB), dan dengan itu kami juga minta TNI-Polri kembali ke pangkalan. Supaya kedua pihak sama-sama pergi dan masyarakat bisa hidup normal kembali,” tegasnya.
Tokoh Pemerintah dan Intelektual Minta Zona Damai
Kepala Distrik Ukha, Eliaser Aspalek, mengatakan bahwa tuntutan warga bukan berarti menolak keberadaan aparat atau kelompok bersenjata, namun demi keselamatan masyarakat sipil.
“Kami tidak ingin ada korban lagi. Kami bertanggung jawab atas masyarakat kami, jadi hentikan pertumpahan darah di wilayah ini,” ucapnya.
Hal senada disampaikan oleh Natan Yelemaken, mewakili kaum intelektual Tangma dan Ukha. Ia menegaskan bahwa semua pihak telah sepakat untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai zona damai.
“Kami minta TPNPB segera mundur, dan aparat jangan melakukan penyisiran serta tembakan di pemukiman warga. Jangan jadikan kampung kami zona perang,” katanya.
Trauma Masyarakat dan Layanan Publik Lumpuh
Kepala Puskesmas Tangma, Elianus Aspalek, mengungkapkan bahwa pasca-penembakan, masyarakat sangat trauma hingga enggan datang berobat. Bahkan petugas medis pun enggan bertugas di wilayah rawan.
“Pasien memilih bertahan di rumah meski sakit. Kami juga tidak bisa melayani karena takut, dan kami harap Puskesmas bisa kembali menjadi tempat yang aman,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Kampung Yeleas, Emaus Aspalek, atas nama sepuluh kepala kampung, meminta agar aparat TNI-Polri yang masih berada di pegunungan segera kembali ke markas.
Baca juga: Mobil Wakil Gubernur Papua Selatan Dilempari Botol Kaca, Pelaku Digiring ke Kejaksaan
“Wilayah kami bukan tempat perang. Kami ingin hidup damai, berkebun, dan beribadah seperti biasa,” tegasnya.
Investigasi YKKMP: Proyektil Menembus Dekat Pengungsi
Pimpinan YKKMP, Thoe Hesege, menyampaikan hasil investigasi timnya yang menemukan empat proyektil peluru di sekitar lokasi pengungsian. Penembakan terjadi sekitar pukul 06.00 pagi dan hampir mengenai warga.
“Kalau peluru itu mengenai warga, pasti ada korban jiwa. Ini sudah melanggar hukum humaniter. Pengungsi tidak boleh diganggu, apalagi anak-anak ada di sana,” ujarnya.
Ia menambahkan, kedua belah pihak baik TNI-Polri maupun TPNPB diminta untuk tidak beroperasi di kawasan sipil dan mengikuti standar hukum internasional dalam konflik.
“Saat ini korban hanya di pihak TPNPB, sementara dari TNI tidak ada korban jiwa, hanya satu polisi yang luka. Tapi masyarakat sipil sudah tiga orang meninggal. Ini sudah tidak manusiawi,” tambahnya.
Baca juga: DPRK Biak Numfor Mengakui Ekonomi di Sana Melemah Akibat Efisiensi Anggaran
Hesege menyebut, korban sipil atas nama Mesak Aspalek serta dua tukang bangunan di Air Garam tewas akibat konflik ini. Tiga anggota TPNPB juga dilaporkan tewas di Kali Yetni dan Tangma.(*)
https://papua.tribunnews.com/2025/07...sama?page=all.
seruan agar TNI dan Brimob segera ditarik

Tayang: Rabu, 9 Juli 2025 21:10 WIT
Penulis: Noel Iman Untung Wenda | Editor: Marius Frisson Yewun
zoom-inlihat fotoSeluruh Tokoh Memastikan Egianus Telah Keluar Dari Yahukimo, Berharap TNI Juga Lakukan Hal yang Sama
Tribun-Papua.com/Noel Iman Untung Wenda
KAMTIBMAS PAPUA PEGUNUNGAN : Seluruh tokoh masyarakat, gereja, Pemuda, pemerintahan distrik dan kampung, mahasiswa saat melakukan jumpa pers di Kantor Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) Rabu, (09/07/2025). Mereka memastikan TPNPB telah keluar dari wilayah mereka sehingga aparat TNI juga keluar agar masyarakat terhindar dari bayangan ketakutan yang selama ini mengekang mereka.
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com,Noel Iman Untung Wenda
TRIBUN-PAPUA.COM, WAMENA - Tokoh gereja, pemuda, pemerintah kampung dan mahasiswa dari Distrik Tangma dan Ukha, Kabupaten Yahukimo, menyerukan agar aparat TNI-Polri serta anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) segera meninggalkan wilayah mereka.
Seruan ini disampaikan dalam jumpa pers yang digelar di Kantor Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) di Kabupaten Jayawijaya, Rabu, (09/07/2025).
Ketua Klasis Tangma, Pdt. Yonius Hesegem, yang mewakili 13 jemaat, mengungkapkan bahwa kehadiran aparat keamanan maupun kelompok bersenjata di wilayah tersebut telah membuat masyarakat hidup dalam ketakutan dan trauma.
“Setelah terjadi penembakan, kami tidak aman berkebun, beribadah, bahkan untuk ke Wamena pun kami takut. Anak-anak tidak bisa sekolah dan layanan kesehatan terganggu,” ujar Yonius.
Ia mengakui hingga kini tiga gereja masih menampung warga yang mengungsi karena situasi yang belum kondusif. Ia juga mengkritisi upaya aparat membagikan Alkitab kepada jemaat.
“Kami tolak Alkitab dari TNI-Polri, karena kami sudah punya, termasuk dalam bahasa daerah. Yang kami butuhkan bukan itu, tapi rasa aman,” katanya.
Yonius menyatakan, masyarakat telah memastikan bahwa Egianus Kogeya dan kelompoknya sudah tidak berada lagi di Distrik Tangma dan Ukha. Karena itu, ia berharap aparat juga mundur dari wilayah tersebut.
“Kami sudah usir mereka (TPNPB), dan dengan itu kami juga minta TNI-Polri kembali ke pangkalan. Supaya kedua pihak sama-sama pergi dan masyarakat bisa hidup normal kembali,” tegasnya.
Tokoh Pemerintah dan Intelektual Minta Zona Damai
Kepala Distrik Ukha, Eliaser Aspalek, mengatakan bahwa tuntutan warga bukan berarti menolak keberadaan aparat atau kelompok bersenjata, namun demi keselamatan masyarakat sipil.
“Kami tidak ingin ada korban lagi. Kami bertanggung jawab atas masyarakat kami, jadi hentikan pertumpahan darah di wilayah ini,” ucapnya.
Hal senada disampaikan oleh Natan Yelemaken, mewakili kaum intelektual Tangma dan Ukha. Ia menegaskan bahwa semua pihak telah sepakat untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai zona damai.
“Kami minta TPNPB segera mundur, dan aparat jangan melakukan penyisiran serta tembakan di pemukiman warga. Jangan jadikan kampung kami zona perang,” katanya.
Trauma Masyarakat dan Layanan Publik Lumpuh
Kepala Puskesmas Tangma, Elianus Aspalek, mengungkapkan bahwa pasca-penembakan, masyarakat sangat trauma hingga enggan datang berobat. Bahkan petugas medis pun enggan bertugas di wilayah rawan.
“Pasien memilih bertahan di rumah meski sakit. Kami juga tidak bisa melayani karena takut, dan kami harap Puskesmas bisa kembali menjadi tempat yang aman,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Kampung Yeleas, Emaus Aspalek, atas nama sepuluh kepala kampung, meminta agar aparat TNI-Polri yang masih berada di pegunungan segera kembali ke markas.
Baca juga: Mobil Wakil Gubernur Papua Selatan Dilempari Botol Kaca, Pelaku Digiring ke Kejaksaan
“Wilayah kami bukan tempat perang. Kami ingin hidup damai, berkebun, dan beribadah seperti biasa,” tegasnya.
Investigasi YKKMP: Proyektil Menembus Dekat Pengungsi
Pimpinan YKKMP, Thoe Hesege, menyampaikan hasil investigasi timnya yang menemukan empat proyektil peluru di sekitar lokasi pengungsian. Penembakan terjadi sekitar pukul 06.00 pagi dan hampir mengenai warga.
“Kalau peluru itu mengenai warga, pasti ada korban jiwa. Ini sudah melanggar hukum humaniter. Pengungsi tidak boleh diganggu, apalagi anak-anak ada di sana,” ujarnya.
Ia menambahkan, kedua belah pihak baik TNI-Polri maupun TPNPB diminta untuk tidak beroperasi di kawasan sipil dan mengikuti standar hukum internasional dalam konflik.
“Saat ini korban hanya di pihak TPNPB, sementara dari TNI tidak ada korban jiwa, hanya satu polisi yang luka. Tapi masyarakat sipil sudah tiga orang meninggal. Ini sudah tidak manusiawi,” tambahnya.
Baca juga: DPRK Biak Numfor Mengakui Ekonomi di Sana Melemah Akibat Efisiensi Anggaran
Hesege menyebut, korban sipil atas nama Mesak Aspalek serta dua tukang bangunan di Air Garam tewas akibat konflik ini. Tiga anggota TPNPB juga dilaporkan tewas di Kali Yetni dan Tangma.(*)
https://papua.tribunnews.com/2025/07...sama?page=all.
seruan agar TNI dan Brimob segera ditarik
0
219
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan