- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Eks Dokter Jaga IGD RSCM Soal 98: Narasi Pemerkosaan Tak Sesuai Fakta Medis!


TS
medievalist
Eks Dokter Jaga IGD RSCM Soal 98: Narasi Pemerkosaan Tak Sesuai Fakta Medis!
Kesaksian Eks Dokter Jaga IGD RSCM Soal Peristiwa 98: Narasi Pemerkosaan Tak Sesuai Fakta Medis!
Selasa 08-07-2025,10:29 WIB

Eks Dokter Jaga RSCM dr. Ani Hasibuan, sebut narasi pemerkosaan massal berlebihan-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID - Polemik penulisan ulang sejarah soal Pemerkosaan Massal pada 1998 masih jadi perbincangan tokoh hingga sejarawan.
Terbaru, Menteri Budaya Fadli Zon tetap melanjutkan usulan penulisan ulang sejarah meski dikecam banyak kalangan.
Kini, Kesaksian langka datang dari Dr. dr. Ani Hasibuan, salah satu dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSCM saat tragedi Mei 1998 berlangsung.
Narasi yang selama ini berkembang mengenai adanya korban pemerkosaan massal selama kerusuhan 98 dibantah tegas oleh Ani Hasibuan, serta Ia menegaskan bahwa keterlibatan TNI saat itu justru berperan menenangkan situasi.
“Saya bertugas langsung di IGD dan turut membantu proses identifikasi jenazah korban kerusuhan. Sebagian besar adalah korban kebakaran, bahkan dalam kondisi terbakar parah hingga gosong, bukan korban pemerkosaan seperti yang selama ini diberitakan,” ujar Ani Hasibuan yang saat ini dikenal sebagai dokter specialist saraf dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta dalam keterangannya, Selasa, 8 Juli 2025.
Menurut Ani, kala itu ia bersama rekan-rekan dokter koas dan forensik diperintahkan membantu proses identifikasi jenazah yang dikirim ke RSCM. Lokasi penuh hingga area parkir forensik digunakan untuk menampung korban.
Jenazah terbakar itu, menurut informasi yang ia terima, berasal dari kebakaran di beberapa mal di kawasan Ciledug dan Jakarta Barat.
“Semua korban yang kami tangani adalah korban kebakaran, tidak pernah ada laporan medis atau temuan forensik mengenai tanda-tanda kekerasan seksual. Saya bisa pastikan itu,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ani yang saat itu berusia 24 tahun, juga menjadi saksi mata bagaimana aparat TNI, khususnya dari Korps Marinir, membantu meredam emosi massa yang nyaris membakar showroom kendaraan di kawasan Salemba.
“Saya ingat betul, mobil-mobil di showroom itu sudah diseret keluar. Tapi tiba-tiba datang sekelompok tentara dengan baret ungu, belakangan saya tahu mereka Marinir yang kemudian mengajak warga bernyanyi bersama. Ajaibnya, massa jadi tenang dan batal membakar mobil,” kenangnya.
Ani juga menyebut nama Mayjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, yang kala itu muncul dari kendaraan lapis baja di sekitar FKUI Salemba dan memimpin pengamanan Ibukota saat itu.
“Saya ingat beliau menyebut namanya melalui pengeras suara. Suaranya tegas tapi menenangkan. Beliau dan pasukannya membuat kami bisa kembali merasa aman,” ujarnya.
Menyinggung narasi kerusuhan yang diklaim ditujukan kepada kelompok etnis tertentu, Ani menyatakan tidak melihat bukti langsung soal itu.
“Saya berteman baik dengan banyak etnis Tionghoa, dan saya sendiri saat itu juga sempat dihentikan massa di Kalimalang karena penampilan saya, bukan karena etnis. Jadi tidak ada indikasi serangan yang tertarget, apalagi berdasarkan etnis atau agama,” ungkapnya.
Sebagai aktivis mahasiswa FKUI pada masa itu, Ani bahkan menyebut dirinya pernah mengikuti demonstrasi hingga ke DPR bersama ratusan mahasiswa. Namun, lagi-lagi, ia menegaskan peran TNI tidak pernah bersifat represif.
“Kami justru diantar pulang oleh TNI, karena khawatir terjadi kerusuhan malam hari. Mereka menjaga, bukan menekan”, pungkasnya.
Menbud soal Usulan Penulisan Ulang Sejarah
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa kasus pemerkosaan yang terjadi pada Mei 1998 tidak akan dihapus dari catatan sejarah Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam konferensi pers yang diadakan di acara Festival Gau Maraja Leang-Leang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis, 3 Juli 2025.
Fadli Zon menyampaikan bahwa seluruh penjelasan terkait kasus pemerkosaan pada kerusuhan 1998 telah dipaparkan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI pada Rabu, 2 Juli 2025.
"Tidak ada penghapusan. Jadi kita terus lanjutkan pada program penulisan ulang sejarah," ucap Fadli Zon," tegas Menbud Fadli Zon, dikutip Kamis 4 Juli 2025.
Namun, Fadli Zon juga menjelaskan bahwa proses penulisan ulang sejarah tetap akan dilaksanakan. Penulisan ulang ini, menurutnya, bertujuan untuk menghadirkan narasi sejarah yang lebih komprehensif, akurat, dan berimbang, dengan mempertimbangkan berbagai perspektif dan temuan baru yang mungkin muncul.
"Penulisan ulang sejarah bukan berarti penghapusan fakta, melainkan upaya untuk memperkaya dan melengkapi narasi yang sudah ada. Kami ingin memastikan bahwa generasi mendatang memahami konteks penuh dari peristiwa-peristiwa penting di masa lalu, termasuk tragedi Mei 1998, dengan segala kompleksitasnya," jelasnya.
Ketika ditanya mengenai mengapa penulisan ulang sejarah perlu dilakukan, Mendikbud Fadli Zon menyatakan bahwa seiring berjalannya waktu, seringkali muncul data, kesaksian, atau interpretasi baru yang dapat memberikan gambaran lebih utuh tentang suatu peristiwa.
"Sejarah adalah ilmu yang dinamis. Pemahaman kita terhadap masa lalu terus berkembang. Dengan penulisan ulang ini, kami berharap dapat menyajikan sejarah yang tidak hanya faktual, tetapi juga reflektif dan edukatif bagi masyarakat," tambahnya.
Meskipun demikian, Mendikbud memastikan bahwa upaya ini akan dilakukan dengan sangat hati-hati dan melibatkan berbagai pakar sejarah, akademisi, serta pihak-pihak terkait, termasuk organisasi HAM dan perwakilan korban.
Transparansi dan akuntabilitas menjadi prinsip utama dalam proses ini.
Pernyataan Mendikbud Fadli Zon ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran publik dan memastikan bahwa peristiwa tragis seperti pemerkosaan Mei 1998 akan tetap menjadi bagian integral dari memori kolektif bangsa, sambil tetap membuka ruang untuk pemahaman sejarah yang lebih mendalam dan nuansa.
https://disway.id/read/884106/kesaks...ai-fakta-medis
Wah, padli jong punya temen nieh
Selasa 08-07-2025,10:29 WIB

Eks Dokter Jaga RSCM dr. Ani Hasibuan, sebut narasi pemerkosaan massal berlebihan-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID - Polemik penulisan ulang sejarah soal Pemerkosaan Massal pada 1998 masih jadi perbincangan tokoh hingga sejarawan.
Terbaru, Menteri Budaya Fadli Zon tetap melanjutkan usulan penulisan ulang sejarah meski dikecam banyak kalangan.
Kini, Kesaksian langka datang dari Dr. dr. Ani Hasibuan, salah satu dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSCM saat tragedi Mei 1998 berlangsung.
Narasi yang selama ini berkembang mengenai adanya korban pemerkosaan massal selama kerusuhan 98 dibantah tegas oleh Ani Hasibuan, serta Ia menegaskan bahwa keterlibatan TNI saat itu justru berperan menenangkan situasi.
“Saya bertugas langsung di IGD dan turut membantu proses identifikasi jenazah korban kerusuhan. Sebagian besar adalah korban kebakaran, bahkan dalam kondisi terbakar parah hingga gosong, bukan korban pemerkosaan seperti yang selama ini diberitakan,” ujar Ani Hasibuan yang saat ini dikenal sebagai dokter specialist saraf dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta dalam keterangannya, Selasa, 8 Juli 2025.
Menurut Ani, kala itu ia bersama rekan-rekan dokter koas dan forensik diperintahkan membantu proses identifikasi jenazah yang dikirim ke RSCM. Lokasi penuh hingga area parkir forensik digunakan untuk menampung korban.
Jenazah terbakar itu, menurut informasi yang ia terima, berasal dari kebakaran di beberapa mal di kawasan Ciledug dan Jakarta Barat.
“Semua korban yang kami tangani adalah korban kebakaran, tidak pernah ada laporan medis atau temuan forensik mengenai tanda-tanda kekerasan seksual. Saya bisa pastikan itu,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ani yang saat itu berusia 24 tahun, juga menjadi saksi mata bagaimana aparat TNI, khususnya dari Korps Marinir, membantu meredam emosi massa yang nyaris membakar showroom kendaraan di kawasan Salemba.
“Saya ingat betul, mobil-mobil di showroom itu sudah diseret keluar. Tapi tiba-tiba datang sekelompok tentara dengan baret ungu, belakangan saya tahu mereka Marinir yang kemudian mengajak warga bernyanyi bersama. Ajaibnya, massa jadi tenang dan batal membakar mobil,” kenangnya.
Ani juga menyebut nama Mayjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, yang kala itu muncul dari kendaraan lapis baja di sekitar FKUI Salemba dan memimpin pengamanan Ibukota saat itu.
“Saya ingat beliau menyebut namanya melalui pengeras suara. Suaranya tegas tapi menenangkan. Beliau dan pasukannya membuat kami bisa kembali merasa aman,” ujarnya.
Menyinggung narasi kerusuhan yang diklaim ditujukan kepada kelompok etnis tertentu, Ani menyatakan tidak melihat bukti langsung soal itu.
“Saya berteman baik dengan banyak etnis Tionghoa, dan saya sendiri saat itu juga sempat dihentikan massa di Kalimalang karena penampilan saya, bukan karena etnis. Jadi tidak ada indikasi serangan yang tertarget, apalagi berdasarkan etnis atau agama,” ungkapnya.
Sebagai aktivis mahasiswa FKUI pada masa itu, Ani bahkan menyebut dirinya pernah mengikuti demonstrasi hingga ke DPR bersama ratusan mahasiswa. Namun, lagi-lagi, ia menegaskan peran TNI tidak pernah bersifat represif.
“Kami justru diantar pulang oleh TNI, karena khawatir terjadi kerusuhan malam hari. Mereka menjaga, bukan menekan”, pungkasnya.
Menbud soal Usulan Penulisan Ulang Sejarah
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa kasus pemerkosaan yang terjadi pada Mei 1998 tidak akan dihapus dari catatan sejarah Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam konferensi pers yang diadakan di acara Festival Gau Maraja Leang-Leang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis, 3 Juli 2025.
Fadli Zon menyampaikan bahwa seluruh penjelasan terkait kasus pemerkosaan pada kerusuhan 1998 telah dipaparkan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI pada Rabu, 2 Juli 2025.
"Tidak ada penghapusan. Jadi kita terus lanjutkan pada program penulisan ulang sejarah," ucap Fadli Zon," tegas Menbud Fadli Zon, dikutip Kamis 4 Juli 2025.
Namun, Fadli Zon juga menjelaskan bahwa proses penulisan ulang sejarah tetap akan dilaksanakan. Penulisan ulang ini, menurutnya, bertujuan untuk menghadirkan narasi sejarah yang lebih komprehensif, akurat, dan berimbang, dengan mempertimbangkan berbagai perspektif dan temuan baru yang mungkin muncul.
"Penulisan ulang sejarah bukan berarti penghapusan fakta, melainkan upaya untuk memperkaya dan melengkapi narasi yang sudah ada. Kami ingin memastikan bahwa generasi mendatang memahami konteks penuh dari peristiwa-peristiwa penting di masa lalu, termasuk tragedi Mei 1998, dengan segala kompleksitasnya," jelasnya.
Ketika ditanya mengenai mengapa penulisan ulang sejarah perlu dilakukan, Mendikbud Fadli Zon menyatakan bahwa seiring berjalannya waktu, seringkali muncul data, kesaksian, atau interpretasi baru yang dapat memberikan gambaran lebih utuh tentang suatu peristiwa.
"Sejarah adalah ilmu yang dinamis. Pemahaman kita terhadap masa lalu terus berkembang. Dengan penulisan ulang ini, kami berharap dapat menyajikan sejarah yang tidak hanya faktual, tetapi juga reflektif dan edukatif bagi masyarakat," tambahnya.
Meskipun demikian, Mendikbud memastikan bahwa upaya ini akan dilakukan dengan sangat hati-hati dan melibatkan berbagai pakar sejarah, akademisi, serta pihak-pihak terkait, termasuk organisasi HAM dan perwakilan korban.
Transparansi dan akuntabilitas menjadi prinsip utama dalam proses ini.
Pernyataan Mendikbud Fadli Zon ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran publik dan memastikan bahwa peristiwa tragis seperti pemerkosaan Mei 1998 akan tetap menjadi bagian integral dari memori kolektif bangsa, sambil tetap membuka ruang untuk pemahaman sejarah yang lebih mendalam dan nuansa.
https://disway.id/read/884106/kesaks...ai-fakta-medis
Wah, padli jong punya temen nieh



variolikes memberi reputasi
1
225
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan