- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Gereja: Kehadiran militer di Yuguru sebabkan warga tinggalkan kampungnya


TS
mabdulkarim
Gereja: Kehadiran militer di Yuguru sebabkan warga tinggalkan kampungnya

Larius Kogoya
Last updated: June 28, 2025 5:11 pm
Gereja: Kehadiran militer di Yuguru sebabkan warga tinggalkan kampungnya
Masyarakat sipil dari Kampung Yuguru saat dalam perjalanan meninggalkan kampungnya-IST
SHARE
Jayapura, Jubi – Pihak Gereja Kemah Injili atau KINGMIA di Tanah Papua menyatakan warga sejumlah kampung di Distrik Mebarok, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan perlahan meninggalkan kampungnya.
Sekretaris Klasis Gereja KINGMI di Tanah Papua Yuguru, Nopinans Kogoya mengatakan warga meninggalkan kampungnya, karena ketakutan dan trauma dengan kehadiran militer dalam jumlah banyak di Kampung Yuguru dan sekitarnya.
Pernyataan itu disampaikan Nopinans Kogoya kepada Jubi melalui panggilan teleponnya, Jumat (27/6/2025).
Menurutnya, sejak beberapa waktu lalu prajurit TNI mendarat di lapangan terbang Yuguru dan langsung menguasai sejumlah fasilitas publik di sana. Tak berapa lama setelah kehadiran mereka, suatu malam seorang warga sipil bernama Abral Wandikbo ditangkap, dengan tuduhan ia adalah anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM.
“Abral Wandikbo, setelah ditangkap, [ia] dibawa lalu [diduga] disiksa dan dimutilasi sampai dia meninggal dunia. Tidak lama [kemudian] aparat militer melakukan penyisiran ke rumah-rumah warga, lalu di sejumlah kampung, itu rumah-rumah warga dibongkar, dirusak dan dihancurkan,” kata Nopinans Kogoya.
Kogoya mengatakan, sejak peristiwa itu, warga 13 Kampung di Distrik Mebarok ketakutan, trauma dan merasa terintimidasi akibat kehadiran militer dalam jumlah yang banyak, dengan persenjataan lengkap.
“Masyarakat memilih meninggalkan kampung halamannya. Mereka pergi ke hutan dan kampung terdekat mencari kenyamanan, perlindungan dan keselamatan. Ada warga yang masih di hutan, bahkan satu persatu pergi ke daerah terdekat ke [Kabupaten] Lanny Jayapura, Wamena, Timika, sampai ke Jayapura,” ucapnya.
Katanya, kini warga yang masih ada di Kampung Aptam, Bone, Eregelmanggal, Lemurak, Mebarok, Narugim, Ngenamba, Olunmu, Pereki, Sabiem, Setmit, Siginimarem, Talpam dan Yuguru sebagian besar hanya orang tua yang sudah lanjut usia, dan tidak bisa jalan jauh.
“Hingga kini masyarakat masyarakat belum kembali ke kampung mereka. Keadaan di Yuguru dan sekitarnya sunyi. Tempat berkebun masyarakat, juga militer masuk lalu membuat pos di sana. Akhirnya warga juga merasa tidak bebas untuk mencari makan dan berkebun,” ujarnya.
Nopinans Kogoya mengatakan, militer juga merusak bangunan Gereja Kingmi di sana, sehingga warga jemaat beribadah itu di halaman.
Pihaknya pun meminta pengirim militer ke sana dihentikan, dan militer non-organik ditarik dari Kampung Yuguru dan sekitarnya. Pemerintah juga diharapkan dapat melindungi dan memberikan rasa aman kepada masyarakat.
“Kami minta kepada pemerintah Kabupaten Nduga, supaya mengurus masyarakat sipil yang lari meninggalkan kampung karena takut. Mereka yang ada di berbagai daerah seperti Wamena, Jayapura, Lanny Jaya itu [mesti] dijamin hak hidup mereka,” kata Kogoya.
Salah satu pemuda Yuguru yang tak mau disebutkan namanya mengatakan hal yang sama. Menurutnya, sejak kehadiran militer di Yuguru menyebabkan warga ketakutan. Sembilan kampung di Distrik Mebarok kini telah kosong. Warga memilih meninggalkan kampung mereka.
Misalnya warga Kampung Unggutmu, Kerambuwanit, Yimiri 1 dan Yimiri, Nunggupuksarak, Kuib, Tunggirid, Osabiem dan Kampung Gereja Borom. Mereka pergi ke hutan dan wilayah lain yang dianggap aman.
“[Warga] sembilan kampung itu, sampai sekarang mereka masih di hutan karena takut dengan tembakan, takut dengan bunyi helikopter dan takut dengan kehadiran militer Indonesia yang bernama Post Taipur Indonesia di Yuguru,” katanya melalui teleponnya kepada Jubi.
Pemuda itu mengatakan, warga kampung lain yang sebelumnya tidak lari mencari perlindungan, juga telah meninggalkan kampungnya sejak terjadinya mutilasi terhadap Abral Wandikbo.
“Mereka menyaksikan dengan mata mereka sendiri bagaimana Abral Wandikbo itu disiksa, dipukul, dimutilasi karena mereka takut jadi lari cari tempat aman. Ada beberapa orang masyarakat sipil diinterogasi, intimidasi, [dan mendapat] ancaman dari aparat militer Indonesia, termasuk saya punya bapak, juga dapat intimidasi,” ujarnya.
Katanya, warga Distrik Mebarok meminta tim yang membebaskan pilot Selandia Baru beberapa waktu lalu dan Pemerintah Kabupaten Nduga, memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan.
“Harapan warga itu, aparat militer yang banyak ini ditarik kembali, karena Kampung Yuguru dan sekitarnya bukan daerah operasi militer atau konflik. Karena itu Edison Gwijangge dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk tarik militer lalu kembalikan masyarakat ke kampungnya,” ucapnya. (*)
https://jubi.id/lapago/2025/gereja-k...an-kampungnya/
tuntutan agar TNI non-kodam Cendrawasih ditarik segera dari Yuguru
0
132
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan