Sosok Agam Rinjani (tengah) mendapat apresiasi tinggi dari warganet Brasil karena dedikasinya untuk Juliana Marins (Google)
Jakarta, Beritasatu.com - Nama Agam Rinjani mendadak jadi sorotan warganet Brasil. Pemandu lokal asal Lombok itu menjadi buah bibir usai kisahnya bertahan di lereng curam Gunung Rinjani bersama jenazah wisatawan asal Brasil, Juliana Marins, viral di media sosial.

Agam dan dua rekannya disebut rela bermalam selama beberapa hari di tepi jurang tempat Juliana ditemukan setelah terjatuh dari bibir kawah pada Jumat, 20 Juni 2025. Selain itu, Agam juga disebut-sebut menemani jasad Juliana agar tidak tergelincir lebih jauh sambil menunggu bantuan datang.

Cerita menyentuh ini menyebar luas di komunitas pendaki hingga akhirnya viral di Brasil. Dipantau Beritasatu.com, Rabu (25/6/2025), ribuan warganet negeri Samba membanjiri akun Instagram milik Agam (@agam_rinjani) dengan ucapan terima kasih, pujian, dan kekaguman atas tindakannya yang dinilai luar biasa.

“Betapa mulianya orang-orang ini! Mereka mempertaruhkan hidup mereka demi seseorang yang belum pernah mereka kenal. Mereka pantas mendapat pengakuan internasional, atau setidaknya medali kehormatan dari Brasil,” tulis salah satu akun yang komentarnya ramai disukai.


Juliana Marins pendaki asal Brasil ditemukan tewas pada Selasa 24 Juni 2025 setelah terjatuh di Gunung Rinjani. - (X.com/@yankisner)
Komentar lain menyebut Agam sebagai “malaikat yang dikirim Tuhan” dan “jiwa yang bercahaya dalam dunia yang keras.” Beberapa pengguna bahkan menandai akun Presiden Brasil dan meminta agar Agam serta timnya diberi penghargaan resmi.

Hingga berita ini ditulis, Agam belum memberikan pernyataan resmi terkait apresiasi yang datang dari warganet Brasil. Namun ia diketahui menyematkan beberapa testimoni dari warga Brasil di akun media sosialnya sebagai bentuk terima kasih. Ia juga mendapat lonjakan jumlah pengikut baru dari Brasil dalam beberapa hari terakhir.

Sementara Pproses evakuasi turis Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani diyakini menjadi salah satu misi penyelamatan tersulit sepanjang sejarah operasi SAR gunung di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii.


Seorang pendaki asal Brasil, Juliana Marins (26), ditemukan tewas setelah terjatuh dari ketinggian sekitar 600 meter di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa, 24 Juni 2025. - (Istimewa/-)
Korban, Juliana, berhasil dievakuasi tim gabungan Basarnas setelah sebelumnya terperosok ke jurang sedalam 600 meter di kawasan Cemara Nunggal, Gunung Rinjani, pada Rabu (25/6/2025).

Mohammad Syafii menegaskan, medan yang dihadapi sangat ekstrem dan nyaris mustahil dijangkau tanpa kerja sama tim yang solid dan peralatan yang memadai.

“Pukul 13.50 Wita, korban atas nama Juliana berhasil dievakuasi dari kedalaman 600 meter menuju ke Last Known Position (LKP),” ujar Syafii kepada wartawan.

https://www.beritasatu.com/nusantara...juliana-marins



Evakuasi Turis Brasil yang Jatuh di Rinjani Tersulit Sepanjang Sejarah

Basarnas berhasil mengevakuasi jenazah Juliana, turis asal Brasil yang jatuh 600 meter di Cemara Nunggal, Gunung Rinjani, Rabu 25 Juni 2025. (Beritasatu.com/Awaludin)
Lombok, Beritasatu.com - Proses evakuasi turis Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani menjadi salah satu misi penyelamatan tersulit sepanjang sejarah operasi SAR gunung di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii.

Korban, Juliana, berhasil dievakuasi tim gabungan Basarnas setelah sebelumnya terperosok ke jurang sedalam 600 meter di kawasan Cemara Nunggal, Gunung Rinjani, pada Rabu (25/6/2025).

Mohammad Syafii menegaskan, medan yang dihadapi sangat ekstrem dan nyaris mustahil dijangkau tanpa kerja sama tim yang solid dan peralatan yang memadai.

“Pukul 13.50 Wita, korban atas nama Juliana berhasil dievakuasi dari kedalaman 600 meter menuju ke Last Known Position (LKP),” ujar Syafii kepada wartawan.

Awalnya, rencana penyelamatan mengandalkan evakuasi udara menggunakan helikopter. Namun, kondisi cuaca yang memburuk di kawasan Gunung Rinjani menggagalkan opsi tersebut. Kabut tebal, hujan deras, dan angin kencang menciptakan risiko tinggi bagi penerbangan.

“Kita ingin melaksanakan evakuasi secepat mungkin menggunakan helikopter, tetapi kondisi cuaca tidak memungkinkan,” jelas Syafii.

Dengan evakuasi helikopter dibatalkan, tim penyelamat akhirnya menempuh jalur darat. Jenazah Juliana harus ditarik dari jurang menuju jalur utama pendakian, kemudian ditandu menembus rute curam, licin, dan penuh batuan tajam.

Evakuasi dilakukan secara estafet dan melibatkan unsur gabungan dari TNI, Polri, relawan SAR, serta petugas Taman Nasional Gunung Rinjani. Jalanan sempit dan potensi longsor memperlambat proses yang berlangsung berjam-jam.

“Evakuasi dengan tandu memerlukan waktu yang cukup lama karena medan sangat sulit. Kami berjalan secara bergantian melewati jalur ekstrem,” terang Syafii.

Seluruh tim evakuasi bekerja dengan kehati-hatian tinggi karena risiko kecelakaan susulan dan kelelahan fisik selalu membayangi.

Tantangan berat ini tidak hanya menguji stamina dan ketangguhan fisik, tetapi juga dedikasi para petugas SAR dalam menjalankan tugas kemanusiaan.

Insiden jatuhnya turis Brasil ini kembali menyuarakan pentingnya evaluasi sistem keamanan pendakian, khususnya di kawasan ekstrem seperti Gunung Rinjani. Pengelolaan jalur pendakian dan kewajiban pemandu bagi wisatawan asing mungkin menjadi sorotan utama ke depan.
https://www.beritasatu.com/nusantara...anjang-sejarah

Dari kecaman warganet Brazil menjadi pujian...