- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jangan Ditiru, Alumni Pasar Pramuka Ini Sukses Meniti Karir Bermodal Ijazah Palsu


TS
lowbrow
Jangan Ditiru, Alumni Pasar Pramuka Ini Sukses Meniti Karir Bermodal Ijazah Palsu

Di balik tembok kusam dan lorong sempit Pasar Pramuka, Jakarta Timur, ada sebuah sudut yang tak tercantum dalam peta resmi bisnis di Jakarta.
Di situlah sejak tahun 1990-an beroperasi jaringan senyap pembuat dokumen palsu—dari KTP, akta kelahiran, hingga ijazah sarjana lengkap dengan transkrip dan stempel basah kampus ternama.
Lokasi yang dikelola PD Pasar Jaya yang telah di relokasi tahun 2015 ini sudah lama jadi rahasia umum, tempat di mana gelar akademik bisa dibeli, bukan diraih.
Namun tak melulu cerita gagal, dari pojok pasar yang bau tinta dan pelarut itu, lahirlah sosok yang kini duduk di jajaran manajemen menengah sebuah perusahaan multinasional bidang logistik.
Kita sebut saja namanya R, lelaki 52 tahun yang sekarang bergaya dengan jas rapi, menyapa klien asing dengan bahasa Inggris fasih, dan memberikan presentasi strategi pemasaran yang meyakinkan.
Tak ada yang tahu, rapor cemerlangnya dimulai dari selembar ijazah palsu yang dibeli Rp3,5 juta belasan tahun lalu.
Kisah R bermula ketika ia gagal masuk universitas negeri. Orangtuanya buruh kecil, dan ia harus segera bekerja.
Tapi untuk melamar posisi staf administrasi di perusahaan outsourcing, syaratnya jelas, minimal lulusan S1.
Tak mampu kuliah, ia memilih jalur pintas, bertanya-tanya ke teman, dan akhirnya dikenalkan ke seseorang di Pasar Pramuka yang bisa "menguliahkan dalam waktu seminggu."
"Ijazahnya STMIK ternama di Jakarta. Lengkap dengan transkrip dan tanda tangan dekan," kata R, tanpa ekspresi menyesal.
Lolos seleksi, R memulai karier dari bawah. Tapi di luar ijazahnya yang palsu, ia punya satu hal yang nyata yakni etos kerja tinggi.
Ia belajar cepat, tak pernah menolak tugas lembur, dan selalu menjadi penyelesai masalah. Ia dipromosikan dari staf menjadi supervisor, lalu manajer regional dalam waktu sepuluh tahun.
Kebohongan yang Mengakar
Seiring waktu, R memalsukan lebih dari sekadar ijazah. Ia menciptakan narasi hidup lengkap tentang "masa kuliah", organisasi kampus, hingga skripsi fiktif berjudul “Optimalisasi Rantai Pasok Digital.”
Semuanya terdengar meyakinkan. Tak ada rekan kerja yang mencurigai, karena R memang kompeten.
Namun di dalam dirinya, ada beban yang terus mengintai, rasa takut terbongkar. Ia selalu menolak undangan menjadi pembicara di kampus, enggan memamerkan foto wisuda, dan menghindari pertemuan alumni yang bisa menguak rahasianya.
Fenomena R bukan satu-dua kasus. Ini sebagai gejala sistemik. Pasar Pramuka bukan sekadar lokasi, tapi simbol dari kemiskinan struktural dan absurditas birokrasi kita.
Di satu sisi, banyak orang miskin cerdas tak bisa kuliah. Di sisi lain, dunia kerja menilai dari lembar ijazah, bukan kualitas nyata.
Kasus R menunjukkan bahwa seseorang bisa membangun karier sukses dengan kerja keras, meski landasan awalnya kebohongan.
Ironisnya, ini juga menampar sistem pendidikan dan rekrutmen kita, apakah ijazah memang jaminan kualitas? Atau hanya formalitas yang bisa dibeli?
Hari ini, R masih bekerja. Tapi era digital saat ini membawa tantangan baru. Verifikasi ijazah kini lebih mudah lewat sistem terpadu.
Ancaman terbongkar lebih besar dari sebelumnya. Ketika semua kejujuran bisa ditelusuri dengan satu klik, apakah nasib R akan tetap aman?
Atau, seperti ribuan "alumni" Pasar Pramuka lainnya, ia hanya menunggu waktu.
https://seputarcibubur.pikiran-rakya...palsu?page=all






jennifersanj640 dan 6 lainnya memberi reputasi
5
1.1K
38


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan