- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pernah Disuntik PNM 2022, Garuda (GIAA) Minta Tambah Rp8,15 Triliun dari Danantara


TS
jaguarxj220
Pernah Disuntik PNM 2022, Garuda (GIAA) Minta Tambah Rp8,15 Triliun dari Danantara
Garuda Indonesia (GIAA) terakhir kali menerima PMN dari pemerintah sebesar Rp7,5 triliun yang resmi dicairkan pada 20 Desember 2022.
Bisnis.com, JAKARTA — Rumor rencana suntikan modal dari Danantara kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) kembali mencuat. Sebelumnya, GIAA pernah disuntik pemerintah Rp7,5 triliun pada 2022. Adapun, permintaan suntikan dana dari pemerintah ini merupakan yang kedua kalinya sejak 2022 ketika GIAA menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun yang resmi dicairkan pada 20 Desember 2022. Berdasarkan laporan Bloomberg, Danantara disebut tengah mempertimbangkan rencana untuk menggulirkan dana sekitar US$500 juta atau setara dengan Rp8,15 triliun (kurs asumsi Rp16.300 per dolar AS) kepada Garuda Indonesia. Suntikan modal tersebut dikabarkan menjadi bagian dari tahap awal pendanaan yang dilakukan dalam dua bagian guna memperbaiki kondisi keuangan perseroan.
Selain itu, sebagian dana tersebut direncanakan bakal dialokasikan ke anak usaha GIAA, yaitu Citilink untuk mengoperasikan kembali lebih dari selusin pesawatnya. Pemerintah Indonesia juga disebut sedang mempertimbangkan opsi untuk memindahkan kendali atas Citilink ke PT Pertamina. Namun, hingga kini pembicaraan masih berlangsung dan belum menghasilkan keputusan final. Untuk diketahui, GIAA terakhir kali menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah sebesar Rp7,5 triliun yang resmi dicairkan pada 20 Desember 2022. Dana itu menjadi bagian dari skema restrukturisasi keuangan Garuda dan digunakan untuk mendukung operasional serta memperkuat struktur permodalan perusahaan. Dukungan PMN yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 itu digunakan untuk mendukung percepatan pemulihan kinerja perseroan, khususnya pada lini operasional penerbangan, seperti program restorasi armada, pemeliharaan suku cadang pesawat, dan berbagai komponen pesawat lainnya.
Namun, hingga kuartal I/2025, GIAA masih membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta. Kerugian ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$87,03 juta. Penyusutan kerugian GIAA didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi US$723,56 juta atau Rp12,01 triliun, dibandingkan dengan US$711,98 juta pada kuartal I/2024. Sebelum pandemi Covid-19 atau sepanjang 2019, GIAA tercatat meraup laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$6,98 juta, berbalik dari kondisi rugi pada 2018 sebesar US$231,15 juta. Namun, pada 2020 pandemi Covid-19 menghantam. Garuda Indonesia pun sempat dibayangi kerugian beruntun tepatnya pada 2020-2021. Pada 2020, perseroan merugi US$2,47 miliar. Kondisi rugi disebabkan kinerja pendapatan tidak mampu mengimbangi beban usaha yang meningkat akibat pandemi Covid-19. GIAA meraup pendapatan US$1,49 miliar pada 2020, dengan beban usaha mencapai US$3,3 miliar. Pada 2021, kerugian GIAA membengkak menjadi US$4,14 miliar. Saat itu, pendapatan GIAA mencapai US$1,33 miliar dengan beban usaha US$2,6 miliar. Baru pada 2022, perseroan mencetak laba bersih sebesar US$3,73 miliar. Lompatan ini salah satunya diakibatkan oleh adanya pendapatan dari restrukturisasi utang senilai US$2,85 miliar.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Pernah Disuntik PNM 2022, Garuda (GIAA) Minta Tambah Rp8,15 Triliun dari Danantara", Klik selengkapnya di sini: https://market.bisnis.com/read/20250...dari-danantara
Penulis : Dionisio Damara Tonce - Bisnis
Siap2 semua BUMN sakit minta dana. ..
Bisnis.com, JAKARTA — Rumor rencana suntikan modal dari Danantara kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) kembali mencuat. Sebelumnya, GIAA pernah disuntik pemerintah Rp7,5 triliun pada 2022. Adapun, permintaan suntikan dana dari pemerintah ini merupakan yang kedua kalinya sejak 2022 ketika GIAA menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun yang resmi dicairkan pada 20 Desember 2022. Berdasarkan laporan Bloomberg, Danantara disebut tengah mempertimbangkan rencana untuk menggulirkan dana sekitar US$500 juta atau setara dengan Rp8,15 triliun (kurs asumsi Rp16.300 per dolar AS) kepada Garuda Indonesia. Suntikan modal tersebut dikabarkan menjadi bagian dari tahap awal pendanaan yang dilakukan dalam dua bagian guna memperbaiki kondisi keuangan perseroan.
Selain itu, sebagian dana tersebut direncanakan bakal dialokasikan ke anak usaha GIAA, yaitu Citilink untuk mengoperasikan kembali lebih dari selusin pesawatnya. Pemerintah Indonesia juga disebut sedang mempertimbangkan opsi untuk memindahkan kendali atas Citilink ke PT Pertamina. Namun, hingga kini pembicaraan masih berlangsung dan belum menghasilkan keputusan final. Untuk diketahui, GIAA terakhir kali menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah sebesar Rp7,5 triliun yang resmi dicairkan pada 20 Desember 2022. Dana itu menjadi bagian dari skema restrukturisasi keuangan Garuda dan digunakan untuk mendukung operasional serta memperkuat struktur permodalan perusahaan. Dukungan PMN yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 itu digunakan untuk mendukung percepatan pemulihan kinerja perseroan, khususnya pada lini operasional penerbangan, seperti program restorasi armada, pemeliharaan suku cadang pesawat, dan berbagai komponen pesawat lainnya.
Namun, hingga kuartal I/2025, GIAA masih membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta. Kerugian ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$87,03 juta. Penyusutan kerugian GIAA didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi US$723,56 juta atau Rp12,01 triliun, dibandingkan dengan US$711,98 juta pada kuartal I/2024. Sebelum pandemi Covid-19 atau sepanjang 2019, GIAA tercatat meraup laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$6,98 juta, berbalik dari kondisi rugi pada 2018 sebesar US$231,15 juta. Namun, pada 2020 pandemi Covid-19 menghantam. Garuda Indonesia pun sempat dibayangi kerugian beruntun tepatnya pada 2020-2021. Pada 2020, perseroan merugi US$2,47 miliar. Kondisi rugi disebabkan kinerja pendapatan tidak mampu mengimbangi beban usaha yang meningkat akibat pandemi Covid-19. GIAA meraup pendapatan US$1,49 miliar pada 2020, dengan beban usaha mencapai US$3,3 miliar. Pada 2021, kerugian GIAA membengkak menjadi US$4,14 miliar. Saat itu, pendapatan GIAA mencapai US$1,33 miliar dengan beban usaha US$2,6 miliar. Baru pada 2022, perseroan mencetak laba bersih sebesar US$3,73 miliar. Lompatan ini salah satunya diakibatkan oleh adanya pendapatan dari restrukturisasi utang senilai US$2,85 miliar.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Pernah Disuntik PNM 2022, Garuda (GIAA) Minta Tambah Rp8,15 Triliun dari Danantara", Klik selengkapnya di sini: https://market.bisnis.com/read/20250...dari-danantara
Penulis : Dionisio Damara Tonce - Bisnis
Siap2 semua BUMN sakit minta dana. ..



soelojo4503 memberi reputasi
1
378
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan