- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Larangan Study Tour Bikin Pariwisata Bekasi dan Lembang Ambruk, Hotel Sepi,


TS
gentongbabi
Larangan Study Tour Bikin Pariwisata Bekasi dan Lembang Ambruk, Hotel Sepi,
Larangan Study Tour Dedi Mulyadi Bikin Pariwisata Bekasi dan Lembang Ambruk, Hotel Sepi, Pegawai Dirumahkan

RUBLIK DEPOK – Kebijakan kontroversial Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang melarang pelajar melakukan study tour sejak Februari 2025 memberikan dampak besar terhadap industri pariwisata di Jawa Barat, khususnya di Bekasi dan Lembang.
Larangan ini tidak hanya mengakibatkan penurunan tajam kunjungan wisatawan pelajar, tetapi juga berimbas pada menurunnya pendapatan usaha wisata, okupansi hotel, dan bahkan menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pengurangan jam kerja karyawan di sektor pariwisata.
Pariwisata Bekasi Lesu Akibat Larangan Study Tour
Di Kabupaten Bekasi, berbagai destinasi wisata edukatif mengalami kemerosotan yang cukup signifikan.
Museum Sejarah Islam yang terletak di kawasan Transera Waterpark, misalnya, yang selama ini menjadi magnet bagi pelajar dari luar kota, kini sepi pengunjung.
Museum ini menyimpan replika peninggalan penting seperti sandal, tongkat, pedang, dan miniatur rumah Rasulullah SAW yang biasa digunakan sebagai sarana edukasi bagi pelajar.
Sejak pelarangan study tour diberlakukan, kunjungan rombongan sekolah menurun drastis hingga memaksa pengelola untuk melakukan efisiensi, termasuk mengurangi jumlah pegawai.
Ketua Perhimpunan Usaha Taman Kreasi Bekasi, Zakky Afifi, menjelaskan bahwa musim libur sekolah yang biasanya ramai pada bulan Mei kini menjadi waktu sepi pengunjung.
“Banyak yang kacau.
Mei yang biasanya musim liburan sekolah, sekarang tidak boleh.
Mau tidak mau kami harus mengurangi pegawai dan melakukan efisiensi biaya operasional,” ujarnya.
Selain Museum Sejarah Islam, destinasi wisata lain di Bekasi yang mengandalkan kunjungan pelajar juga merasakan dampak yang sama.
Efek Berantai ke Sektor Pendukung Pariwisata
Dampak pelarangan ini tidak hanya terasa di tempat wisata saja, tetapi juga sektor penunjang seperti hotel, restoran, transportasi, dan pedagang kecil di sekitar kawasan wisata.
Di Lembang, misalnya, tingkat okupansi hotel turun drastis dari 80% menjadi hanya 30% pada kuartal kedua tahun ini.
Penurunan ini juga disebabkan oleh kebijakan efisiensi anggaran pemerintah pusat yang membatasi aktivitas dinas dan perjalanan luar kota.
Sejumlah hotel dan usaha kuliner di kawasan wisata kini kesulitan mempertahankan pendapatan. Banyak pegawai hotel yang akhirnya dirumahkan atau jam kerjanya dikurangi.
Kondisi ini sangat merugikan terutama bagi pekerja harian lepas dan usaha mikro kecil menengah yang menggantungkan hidup dari sektor pariwisata.
Koordinator Promosi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bandung Barat menyatakan bahwa pembatalan rombongan study tour dari sekolah-sekolah menjadi faktor utama penurunan kunjungan wisatawan.
Selain itu, pembatasan anggaran dan pengurangan kegiatan rapat dinas juga turut memperburuk kondisi industri pariwisata.
Pelaku Wisata dan Komunitas Dorong Solusi Alternatif
Menanggapi kondisi ini, pelaku usaha wisata di Bekasi dan Lembang tengah berupaya mencari solusi agar bisnis tetap berjalan.
Beberapa tempat wisata mulai mengalihkan target pasar dengan menggandeng komunitas lokal untuk mengadakan berbagai event dan aktivitas yang tidak bergantung pada kunjungan pelajar.
Namun upaya tersebut dirasa belum cukup mengingat kerugian yang sudah cukup besar selama beberapa bulan terakhir.
Mereka berharap pemerintah provinsi dapat meninjau ulang kebijakan larangan study tour agar sektor pariwisata bisa kembali bangkit.
Studi Tur sebagai Sarana Edukasi yang Tak Tergantikan
Pihak sekolah dan pelaku pendidikan juga menilai bahwa study tour merupakan metode pembelajaran luar kelas yang sangat efektif.
Dengan kunjungan langsung ke museum, tempat sejarah, dan destinasi edukatif lain, siswa dapat memahami materi pelajaran secara lebih mendalam dan menarik.
Selain aspek pembelajaran, study tour juga berkontribusi terhadap perekonomian daerah karena mendatangkan pengunjung dari berbagai wilayah.
Oleh karena itu, larangan yang menyeluruh dinilai terlalu ekstrem dan perlu pendekatan kebijakan yang lebih fleksibel dan berimbang.
Harapan pada Kebijakan yang Lebih Inklusif
Saat ini, pelaku industri wisata berharap adanya kebijakan yang mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan edukasi dan keberlangsungan ekonomi sektor pariwisata.
Alternatif seperti pembatasan jumlah peserta, protokol kesehatan yang ketat, dan penjadwalan kunjungan yang teratur bisa menjadi solusi untuk mengizinkan study tour tetap berjalan tanpa mengorbankan kebijakan pengendalian lainnya.
Tanpa adanya perubahan kebijakan, dikhawatirkan sektor wisata di Bekasi, Lembang, dan wilayah lainnya di Jawa Barat akan terus mengalami kemerosotan, yang berimbas pada meningkatnya angka pengangguran dan menurunnya kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidup dari pariwisata.
Sumber
terbukti sudah kalau hotel2 itu sgt bergantung pada uang para pelajar

Quote:
umat indon sungguh memuliakan replika




avalanchefoes dan aldonistic memberi reputasi
2
715
44


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan