Kaskus

News

rizkync108.Avatar border
TS
rizkync108.
MIRIS! Grup Facebook Gay di Tasikmalaya Tembus 9.000 Anggota
MIRIS! Grup Facebook Gay di Tasikmalaya Tembus 9.000 Anggota, Aktivis dan Dinsos Angkat Bicara

Kabar Priangan - 27 Mei 2025, 14:00 WIB

Penulis: Dian Maldini
Editor: Tim Kabar Prianga
Quote:


KABAR PRIANGAN - Masyarakat Kota Tasikmalaya dikejutkan oleh temuan sebuah grup Facebook yang mengatasnamakan komunitas gay lokal dan telah dihuni oleh lebih dari 9.000 anggota

Fakta ini memicu keprihatinan sejumlah pihak, termasuk kalangan aktivis dan tokoh masyarakat, yang menilai fenomena tersebut sebagai ancaman terhadap nilai-nilai keagamaan dan sosial di daerah yang dikenal sebagai

“Kota Santri”. Sekretaris Jenderal Aliansi Aktivis dan Masyarakat Muslim Tasikmalaya (Almumtaz), Abu Hazmi, menilai maraknya komunitas LGBT di dunia maya mencerminkan lemahnya pengawasan dan kurangnya keseriusan pemerintah dalam menangani isu tersebut.

"Penanganan masalah LGBT yang makin marak ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi harus semua pihak berupaya, terutama para orang tua, karena di antara pemicu seseorang menjadi LGBT yaitu dari sikap orang tua dalam pola pengasuhan yang salah," ujar Abu Hazmi kepada wartawan Kabar Priangan, pada Selasa 28 Mei 2025.

Ia juga mendesak pemerintah untuk mengambil peran aktif sebagai inisiator dalam menyinergikan semua elemen masyarakat guna mencari solusi terbaik dari berbagai aspek, termasuk dari kalangan ulama, guru, aktivis dakwah, tenaga kesehatan, dan aparat hukum.

"Jika tidak ada upaya serius, maka sama saja membiarkan kehancuran dan dicabutnya keberkahan dari Allah, khususnya di Kota Santri ini. Naudzubillah," tambahnya.

Abu Hazmi mengungkapkan bahwa Almumtaz selama ini terus melakukan pemantauan terhadap aktivitas komunitas LGBT di wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya.

Ia menyebutkan bahwa data-data dan laporan yang telah mereka serahkan ke pihak pemerintah kerap kali tidak ditanggapi dengan serius.

“Fakta di lapangan LGBT ini semakin marak dan bebas. Kami sering menyampaikan data kepada pemerintah, namun mirisnya, informasi dari para aktivis sering dianggap angin lalu saja,” tegasnya.

Quote:


Menanggapi kekhawatiran tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, H Ely Suminar, menyatakan bahwa penanganan isu LGBTQ di Indonesia masih dalam tahap perkembangan dan bersifat normatif serta konservatif, terutama karena kuatnya pengaruh budaya dan nilai keagamaan.

Menurut Ely, Dinas Sosial memiliki tiga pendekatan dalam menangani kelompok-kelompok sosial rentan, yakni pendekatan preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Ia juga menjelaskan bahwa komunitas LGBT bisa masuk dalam beberapa kategori layanan sosial tertentu, seperti tuna susila, ODHA (orang dalam HIV/AIDS), keluarga dengan masalah sosial psikologis, hingga kelompok minoritas rentan.

"Tidak ada kebijakan nasional spesifik dari Kemensos yang ditujukan langsung untuk melindungi atau menangani komunitas LGBTQ dengan pendekatan hak asasi manusia.

Permensos Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Standar Layanan Rehabilitasi Sosial mencakup Kelompok minoritas rentan yang secara teori bisa mencakup LGBTQ, namun implementasinya tidak eksplisit ke sana," kata Ely Suminar melalui rilis yang diterima oleh Kabar Priangan.


Fenomena meningkatnya komunitas gay yang mengklaim berasal dari Tasikmalaya ini memunculkan desakan agar pemerintah kota segera menyusun langkah konkret, mulai dari sosialisasi kepada keluarga hingga kolaborasi dengan pemuka agama, sekolah, dan komunitas kesehatan mental.

Berbagai pihak menilai bahwa penyebaran komunitas LGBT secara bebas di media sosial tidak hanya berisiko menurunkan nilai moral, tetapi juga dapat memengaruhi generasi muda yang tengah mencari jati diri.

“Kita tidak bisa hanya mengutuk atau menyalahkan. Harus ada pendekatan yang menyentuh dari sisi akidah, pendidikan, dan psikologi,” ujar Etin, salah satu guru madrasah di Tasikmalaya.

Meski keberadaan komunitas LGBT di media sosial bukan hal baru, jumlah keanggotaan yang mencapai ribuan orang di satu daerah menandakan bahwa fenomena ini tidak bisa dianggap remeh.

Pemerintah daerah, tokoh agama, pendidik, dan masyarakat sipil dituntut untuk bahu-membahu mencari pendekatan yang efektif dan solutif, demi menjaga nilai-nilai sosial dan keagamaan di Tasikmalaya.***

sumber
kakekane.cellAvatar border
waloniAvatar border
PitrelliAvatar border
Pitrelli dan 3 lainnya memberi reputasi
4
516
53
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan