Kaskus

Entertainment

yantosauAvatar border
TS
yantosau
Lelaki Penjual Mimpi
Lelaki Penjual Mimpi

Di sebuah gang sempit di pinggiran kota, tinggal seorang lelaki tua yang dikenal sebagai "Penjual Mimpi." Namanya Pak Raka. Tak ada yang tahu pasti siapa dia, dari mana asalnya, atau apa pekerjaannya dulu. Namun, setiap malam, anak-anak kecil dari lingkungan sekitar akan berkumpul di depan rumahnya yang berbau kayu tua dan tanah basah, menunggu ia membuka jendela kecil di dinding rumahnya.

Di balik jendela itu, Pak Raka menjual sesuatu yang tidak biasa. Bukan permen, bukan mainan, bukan juga makanan—melainkan mimpi. Ia akan menyapa satu per satu anak dengan suara serak namun lembut, lalu bertanya, “Mimpi apa yang ingin kamu bawa malam ini?”

Seorang anak menjawab, “Saya ingin mimpi naik ke bulan.”

Pak Raka akan merogoh sebuah kantong kulit tua, lalu mengeluarkan sebuah botol kecil berisi serbuk berkilau. “Ini mimpi bulan,” katanya, “taburkan di bawah bantal, dan jangan lupa berdoa sebelum tidur.”

Anak-anak akan pulang ke rumah masing-masing dengan hati berbunga, membawa botol mimpi seperti membawa harta karun. Dan anehnya, setiap dari mereka benar-benar bermimpi sesuai permintaan mereka malam itu.

Orang dewasa menganggap Pak Raka hanya sedang bermain imajinasi dengan anak-anak. Namun semakin lama, desas-desus mulai beredar. Seorang remaja bermimpi menjadi penyanyi terkenal setelah meminta mimpi itu dari Pak Raka, dan seminggu kemudian ia ditemukan oleh seorang produser jalanan. Seorang pemuda yang putus sekolah memimpikan jadi pengusaha, dan tiba-tiba dapat ide bisnis dari mimpi yang dia alami.

Mimpi-mimpi itu seperti menuntun, mengubah nasib.

Suatu malam, seorang ibu muda mengetuk rumah Pak Raka, memohon agar diberikan mimpi untuk anaknya yang sakit keras. “Saya tak butuh keajaiban, hanya butuh harapan,” katanya sambil menangis. Pak Raka menatap mata ibu itu lama, lalu memberinya sebuah botol berisi cairan bening.

“Mimpi ini bukan untuk sembuh, tapi untuk membuatnya tersenyum. Kadang, itu lebih penting.”

Beberapa hari kemudian, anak itu memang belum sembuh. Tapi ia tertawa dan bercerita bahwa ia mimpi bermain di taman yang penuh kupu-kupu bersama ayahnya yang telah tiada. Senyum itu membuat ibunya percaya—bahwa harapan tidak selalu berarti kesembuhan, kadang cukup rasa damai.

Namun suatu hari, Pak Raka tidak membuka jendelanya lagi. Anak-anak menunggu, para orang dewasa bertanya-tanya. Rumah itu tetap tertutup rapat, sepi. Sampai suatu malam, semua orang bermimpi hal yang sama: Pak Raka berdiri di sebuah jembatan cahaya, melambai dan tersenyum.

“Mimpi itu kini milik kalian,” katanya. “Jangan lupa berbagi.”

Sejak hari itu, anak-anak mulai saling bercerita sebelum tidur, membagikan imajinasi mereka, menyalakan kembali warisan mimpi yang Pak Raka tanamkan. Dan di setiap malam yang sunyi, jika kamu diam-diam menaruh harapan kecil di bawah bantal, mungkin—hanya mungkin—kau akan melihat sebutir cahaya dari jendela kecil rumah di ujung gang itu.
intanasaraAvatar border
rizkyarif23Avatar border
mammendtzAvatar border
mammendtz dan 3 lainnya memberi reputasi
4
261
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan